20 | Fellowship of Stars

492 70 6
                                    

PERTAHANAN YANG selama ini ia bangun sekuat baja, yang sebelumnya tak pernah Sardinia izinkan siapa pun untuk menyentuhnya barang sedikit, kini luluh lantak.

"Kenapa...." Bibirnya bergetar kala mengucap, Sardinia tak mampu menyelesaikan kalimat. Kenapa kau di sini? Tubuhnya bagai membeku, tak kuasa untuk bergerak. Dan ketika netra crimson itu mengerjap menatapnya dengan tatapan yang amat ia rindukan, dunia Sardinia mendadak memburam. Adiknya terlihat ingin mengucap sesuatu, tetapi kembali tertunduk--entah karena apa, Sardinia tidak paham.

"Erin," Suara baritone milik pangeran Lama membuat Sardinia tersadar. Ia hanya menatap dari ujung mata ketika Erin berjalan melewatinya, menuju ke sisi pemuda berambut perak yang angkuh itu. Jemari mereka nyaris bersentuhan, tetapi tubuh Sardinia menolak untuk melaksanakan perintah dari otaknya : genggam tangannya, bawa kembali dia ke pihakmu!

"Istirahat, Erin," Kata Orion sambil menuntun kesatrianya duduk di sofa. "Atur dulu napasmu, selanjutnya, ceritakan mengapa kau berada di sini, bukannya tetap berada di kapal seperti yang aku suruh padamu."

"Orion," Sardinia mendengar Fang bertanya dengan nada khawatir, "tidak sebaiknya kau meminta untuk memanggil tabib untuk Erin?"

Sardinia mengeratkan kepalan tangan, berusaha menahan emosi agar tak meledak keluar--meski sebenarnya berusaha mati-matian untuk tak menyerang dua pemuda yang lebih tua darinya itu. Berlagak bagai saudara bagi Erin, memangnya siapa kalian?

"Aku--tidak apa-apa, Tuan Fang tidak perlu khawatir." Erin menghela napas panjang, "Aku ... Baik-baik saja, sungguh!"

Sardinia memejamkan mata. Cukup, aku akan pergi. Ia melangkahkan kaki menuju pintu, mencoba mengabaikan punggungnya yang terasa panas karena ditatap oleh tiga pasang mata yang lain. Sardinia berusaha untuk tidak peduli. Udara di ruangan ini terasa begitu kental untuk dihirup. Dan suara itu ... kalau Erin bersuara lagi, Sardinia hampir yakin dia akan kalah dengan ego diri, makanya--

"Kak,"

Untuk kedua kalinya, langkah Sardinia harus terhenti.

"Kakak, kau mau ke mana?"

Sardinia bersikeras mengangkat kaki--

"Aku ... pada akhirnya bisa kemari setelah delapan tahun. Aku ... hanya menemani Orion, juga kalau bisa ... aku ingin bertemu denganmu, kak. Tapi, kalau ... kalau kakak memang tidak ingin melihatku seperti ini, tidak apa."

Sardinia mendengar suara isakan.

"Aku akan tetap menjadi kesatria Orion seperti yang kakak ingin--"

Ketika Sardinia menyadarinya, itu adalah suara tangisnya sendiri.

***

Carnelian harus memilih.

"Sekarang kau berlagak seperti kakak yang baik, huh?"

Boleh jadi, dia memang pernah membenci adiknya. Meratapi mengapa wanita yang paling dicintainya memilih untuk pergi dan memiliki keluarga baru di sana. Bahkan sampai sekarang, Carnelian tidak mengerti mengapa ibunya memilih untuk meninggalkan Alba hanya demi seorang pria biasa dari Bestia. Meski pada akhirnya, wanita itu kembali hanya untuk menyampaikan pesan : jaga adikmu dengan baik, Carnelian.

"Lazu, beritahu aku kalau ancaman penyihir itu seharusnya bukan menjadi urusanku." Ucap Carnelian, frustrasi. "Orang yang Shinkai culik, seharusnya tidak membebani pikiranku, benar kan Lazu?"

Melihat tuan yang dihormatinya begitu menderita, Lazu memutuskan untuk menyuarakan pendapat yang selama ini dipendamnya.

"Yang Mulia," kata Lazu. Carnelian mendongak, menunggu apa yang akan Lazu katakan. Melihat gores luka dan kesedihan di netra oranye itu, Lazu menjadi goyah. Jangan bunuh adikmu, Yang Mulia. Bukankah itu keinginan Ratu? Tetapi Lazu kembali berpikir bahwa sosok yang bahkan belum pernah pangerannya temui itu telah membawa begitu banyak masalah dalam hidup Carnelian. Alhasil, apa yang berhasil terucap dari lisannya adalah kepatuhan tanpa batas : "Apa pun pilihan Yang Mulia, saya akan melakukannya."

Throne of StellarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang