MASA LALU adalah apa yang membuatmu menjadi dirimu yang sekarang. Itu yang amat Sardinia yakini.
Terlahir dalam keluarga yang hangat. Ibu yang penyayang dan ayah yang tegas, hidup Sardinia terasa jauh lebih sempurna berkat kehadiran sesosok adik lelaki manis yang selalu menatapnya penuh kekaguman. Namanya Erin. Pangeran kedua Sirena yang sayangnya memiliki gangguan kesehatan sejak kecil pada sistem pernapasannya. Erin yang selalu tersenyum mendorong Sardinia untuk rela berbuat apa saja untuk mempertahankan senyum itu. Bernyanyi, menari, bercerita. Ada perasaan hangat yang menelusup tiap kali bocah bersurai api itu tertawa. Kehangatan itu seakan memeluk Sardinia tiap kali mereka berdua bersama.
Sayang, tak seperti dongeng indah tentang keluarga kerajaan yang seringkali diceritakan oleh para penyair-penyair hebat, Sirena jatuh ke dalam konflik berkepanjangan. Gerakan pemberontak semakin brutal menyerang berbagai sisi pemerintahan. Ketika kondisi bertambah buruk, Raja memutuskan untuk membawa pergi keluarganya ke tempat yang aman, ke rumah sekutu lama mereka, Negeri Besi Hitam, Lama. Tetapi, Ratu memutuskan untuk menemani sang Raja, dan sang putra mahkota, Sardinia, juga bersikeras untuk membantu melindungi negerinya. Karena itulah, Erin dititipkan sendirian di istana dingin Lama.
Sardinia tidak pernah membayangkan kejadian yang terjadi selanjutnya. Para pemberontak merangsek masuk ke istana suci Sirena, membunuh kedua orangtuanya di hadapannya sendiri. Pemuda bermanik platina itu mencium maut di depan mata tatkala melihat hunusan pedang bersimbah darah. Dan saat itulah, keajaiban menghampirinya.
"Aku punya keinginan, Yang Mulia."
Apa yang Shinkai katakan saat ini persis sama seperti yang dulu penyihir itu katakan ketika mereka bertemu untuk kali pertama. Bila saat itu, Shinkai menyelamatkannya dari pemberontak yang hendak merenggut jiwanya, kini, sang penyihir malah bernuat membawanya ke dalam situasi pelik.
"Aku hanya butuh akses menuju Lama."
Dan tak kurang dari dua puluh empat jam setelah Sardinia memenuhi keinginan Shinkai, salah seorang prajuritnya berkata bahwa sebuah kapal komando dagang meminta izin untuk mendarat secara pribadi di halaman istana. Ditambah, mereka bersikeras untuk bertemu langsung dengan Sardinia, tetapi enggan untuk menyebutkan identitas secara lengkap.
Oh, tentu saja Sardinia tahu raut seperti apa yang akan teman lamanya berikan ketika bertemu nanti.
***
Fang ingat sekali. Baru kemarin sore Orion dan dirinya mengeluh tentang Coda dan Erin, bocah yang sama-sama berada dalam tanggung jawab mereka masing-masing. Fang bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana Coda datang kepadanya dengan pipi semerah tomat, dengan rasa malu yang terlalu besar untuk disembunyikan, anak itu berkata pelan, bertanya apakah ia boleh meminta untuk diantar menuju Alba demi berjumpa dengan sang kakak yang belum belum pernah ditemuinya.
Tetapi kini, semuanya terasa bagaikan mimpi.
Fang lalai menajamkan indera dengan dalih lelah dan ingin merasa bebas barang sebentar saja, selagi ada Orion--sahabat baiknya--untuk menemaninya. Fang menyesal ia terlalu memenuhi hati dengan kesenangan karena dapat berbincang secara normal dengan orang yang sebaya dengannya, bahkan bergurau soal cara mengisap asap tembakau paling enak--itu konyol. Bukan, ia tidak setitik pun menyalahkan Orion karena tragedi tadi pagi. Fang tahu Orion sama terpukulnya, sama menyesalnya, sama bersalahnya. Apalagi ketika Erin datang dengan luka sobek di sudut bibir dan mengucurkan air mata. Dengan rambut acak-acakan dan lengan pakaian yang sobek di sana-sini. Tangannya menggenggam secarik kain berlambang bunga daisy di dalam riak air yang berhasil Erin renggut dari jubah orang yang membuatnya seperti itu.
"Orion, seorang penyihir mengambil Coda pergi!"
Rasanya, langit runtuh ke atas kepala Fang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne of Stellar
FanficIdolish7 Hoshimeguri AU (+ info dll) Konflik berkecamuk di penjuru kaum Angkasa ketika intisari peradaban, Star Gem, meredup. Pembakaran, pembumihangusan, dan perseteruan klan-klan bintang tak lagi dapat terhindarkan. Para kesatria, para penyihir, p...