{8. Jeidan lagi}

778 61 2
                                    

Petemuan Tak Sengaja

Lagi, waktu dengan senang mempermainkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi, waktu dengan senang mempermainkan. Menyamakan pertemuan tanpa janji yang berakibat memalukan.

📖

Sekaleng soda mendarat di atas meja, pemiliknya memilih duduk di sofa sambil menyalakan TV. Tangannya kini beralih menyentuh ponsel, menggulir layar sambil berpikir. Layar ponsel itu mati, ia meletakkannya di meja. Rasanya sulit, padahal hanya menulis pesan singkat saja.

Netra Jeidan bergulir ke sekeliling, rasa sepi membuatnya bosan. Ia kemudian beralih menonton layar di hadapannya, di sana tengah menampilkan film robot yang bisa berubah menjadi mobil.

Perhatiannya masih sesekali kembali ke ponsel, tangannya terulur ingin mengambilnya lagi, tapi ia urungkan. Jeidan mengembuskan napas berat, kenapa sesusah ini?

Jeidan bersandar di sofa lalu memejamkan mata, otaknya kembali memutar kejadian di kafe tadi. Kenapa ia bisa kelepasan membentak Ara? Kenapa pula ia terlalu mencemaskan hati gadis itu, padahal si pemilih hati diam saja.

"Kusut amat itu muka, galau, ya?"

Jeidan membuka mata, ia melirik Arvin—kakak kandung Jeidan—yang tak mirip sama sekali dengan dirinya itu. Arvin sedang duduk di sofa yang berbeda darinya. Di depan lelaki itu tersaji semangkuk mie instan dengan kuah dan aroma yang menggoda.

"Nggak, sok tau lo, Bang," jawab Jeidan. "Tumben di rumah, nggak kayak orang ilang."

Arvin sibuk mengaduk mie di depannya. "Ya lo pasti tau dong sibuknya anak kuliah, ntar juga tau sendiri rasanya," jawab Arvin tanpa menatap Jeidan.

Kembali Jeidan meraih ponselnya, kali ini cowok itu membuka aplikasi perpesanan dan mencari kontak bernama Kyara. Sebuah kalimat sudah ia ketik, tapi segera ia hapus kembali. Hal itu dilakukannya berulang kali hingga ia kembali membanting ponsel tak bersalah ke atas sofa.

Kelakuan Jeidan yang aneh tak luput dari mata elang Arvin. Lelaki itu sudah menghabiskan mie dan kini fokusnya hanya pada sang adik.

"Kenapa, sih, Dan? Lagi berantem sama pacar?" tanya Arvin, menebak.

"Nggak!" bantahnya, ia lalu gelagapan karena Arvin memandang sambil tersenyum miring. Bisa bahaya jika abangnya itu tahu apa yang tengah ia lakukan.

"Terus kenapa mukanya kusut gitu? Mana dari tadi main hp sampai dibanting gitu, ada cewek 'kan lo?" Arvin semakin mendesak Jeidan, lelaki itu lalu tertawa melihat wajah adiknya memucat hanya karena ucapannya.

"Ya elah, santai aja, Dan," kata Arvin di akhiri kekehan, senang juga menggoda adik lelakinya. "Ada masalah atau ada orang ketiga? Biasa, sih, tikungan banyak."

Ingin sekali Jeidan membanting tubuh kekar abangnya itu, enak saja ia dikatai galau. Punya pacar aja nggak, gimana mau galau apalagi nge-bucin? Jeidan mengusap wajah dengan tangan kanan, merasa kalah jika harus berdebat dengan abangnya.

Tsundere Couple ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang