{43. Telah Memilih}

514 46 15
                                    

Seorang cowok berbaring gusar di atas kasurnya. Ia tidak tidur, matanya terbuka sempurna menatap langit-langit kamar berwarna putih polos. Buku-buku yang tertata rapi di rak, lukisan bergambar gitar tua, lemari, dan seisi kamar lainnya menjadi saksi betapa kalutnya pikiran Jeidan saat ini. Sejak setengah jam lalu ia berada di kasur. Mulai dari duduk, berbaring, duduk, dan sekarang sudah berbaring lagi.

Napas berat berkali-kali terdengar dari mulutnya. Cowok itu juga sering mengacak rambutnya kasar.

Ddrrt ddrrt

Getar ponsel menarik Jeidan dari lamunannya. Ia meraih ponsel di nakas, lalu menjawab panggilan itu saat melihat nama Ara tertera di layar.

“Halo, Ra?”

“....”

“Lo di mana sekarang?” Jeidan turun dari kasur. Ia berjalan menuju lemari, ponselnya masih ditempelkan di telinga.

“....”

Cowok itu mengambil hoodie abu-abu sambil berkata, “Gue ke sana, tungguin. Lo jangan ke mana-mana.”

Setelah itu Jeidan memutuskan sambungan teleponnya. Ia buru-buru memakai hoodie yang tadi ia ambil. Cowok itu keluar kamar menuju dapur.

Saat sampai di dapur, ia menghampiri mamanya yang sedang memasak.

“Ma, kunci mobil aku di mana?” tanya Jeidan. Karena ia jarang menggunakan mobil yang diberikan orang tuanya, sehingga ia meminta Arumi yang menyimpan kunci.

“Di laci meja rias mama dalam kamar. Tumben kamu mau pakai mobil,” kata Arumi sembari menuangkan ayam rica-rica masakannya ke mangkuk.

“Nggak pa-pa, Ma. Aku ambil, ya?”

“Iya, ambil sana.”

Jeidan berjalan cepat ke kamar mamanya. Setelah mendapatkan yang ia cari, ia berjalan ke luar rumah. Saat di ruang tamu ia sempat berteriak, “Ma, aku jalan. Assalamu’alaikum.”

Mendengar itu, Arumi menghampiri Jeidan yang sudah berada di luar rumah. “Hati-hati, jangan pulang malam-malam,” katanya penuh perhatian.

“Siap, Ma.”

Setiap ada kendaraan yang lewat, gadis itu berharap ia adalah cowok yang tadi ia telepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setiap ada kendaraan yang lewat, gadis itu berharap ia adalah cowok yang tadi ia telepon. Sudah setengah jam berlalu, tetapi yang ditunggu belum juga tiba.

Ara duduk di pinggir trotoar, di samping motor Scoopy-nya. Ia mencak-mencak, sebal karena bannya bocor saat posisinya ia jalan sendirian.

Kepala Ara menoleh ke samping—ke belakang motornya—ada sebuah mobil hitam menepi. Tidak lama, seorang cowok menggunakan hoodie keluar.

Akhirnya Ara bisa mengembuskan napas lega saat melihat siapa yang datang. Ia berjalan menghampiri Jeidan. Ara menatap cowok itu dengan wajah sedih, seperti kucing yang minta dimanja induknya.

Tsundere Couple ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang