{23. Bucin}

558 43 1
                                    

Bucin

Sesak, panas, dan berisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesak, panas, dan berisik. Itulah yang dirasakan orang-orang yang saling berdesakan di kantin. Tidak ada yang dapat menghindari kebisingan dari suara-suara yang tidak sabar menunggu antrean. Di sisi kiri paling depan, ada tiga orang murid yang sudah anteng menikmati mi ayam serta es jeruk.

Ara menyeruput es jeruknya sampai setengah. Kuah mi ayamnya masih tersisa tetapi isinya nihil. Gadis itu sudah selesai makan, ia mendorong lebih maju mangkuknya, kemudian menarik gelas mendekat.

"Tumben, Ge, Juan nggak kelihatan," ujar Ara, karena memang nama yang barusan ia sebutkan sering bergabung dengan mereka.

"Itu dia." Bukan Gea yang menjawab, tetapi Dio yang sibuk dengan ponsel. Cowok itu menatap ke arah pintu masuk kantin.

Ara menoleh ke belakang, tetapi bukan hanya Juan yang menarik perhatiannya, melainkan cowok jangkung yang ada di samping Juan. "Panjang umur," kata Ara berusaha biasa saja. Padahal dalam hati ia sudah berteriak sambil menyusun rencana bagaimana cara agar bisa menghilang sekarang juga.

Ara berpindah fokus pada ponselnya, tetapi indera pendengaran gadis itu tidak bisa berbohong. Entah mengapa bisa-bisanya langkah kaki kedua cowok yang mendekat di belakangnya terasa nyaring di tengah keriuhan kantin siang ini.

"Ra, kenapa lo?" tegur Gea. Wajah kaku temannya itu terpampang nyata, bukan Ara banget.

"Hm?" Ara menatap Gea, gadis itu langsung tersenyum paksa. "Apanya?" Pertanyaan itu diikuti kekehan.

Dio pun memerhatikan Ara dan Gea yang saling menatap. Cowok itu mengerutkan dahi. "Ada Jeidan kali makanya dia begitu."

"Heh! Mulut lo, ya, hati-hati," sergah Ara tidak terima. Dia mencebik menatap Dio yang malah senyum-senyum. "Lo kali, ah, sama bule."

"Gea," sapa Juan, secara tidak langsung menengahi debat Ara dan Dio. Cowok itu memang selalu menyapa setiap kali bertemu Gea, kecuali Juan sedang marah barulah tidak menegur. Begitulah kisah asmara anak-anak SMA.

Tidak seperti Juan yang berhenti di samping meja tiga sekawan itu, Jeidan malah terus melangkah menuju stan jualan bakso. Sikap cueknya itu membuat Juan bingung. Pandangannya kini jatuh pada Ara yang hanya menunduk menatap ponsel. Kemudian cowok itu mendesah berat.

"Ra, masalah lagi?" tanya Juan. Akhir-akhir ini kadang ia bingung dengan mood Jeidan yang seperti perempuan PMS. Ketika ditanya, jawabannya pasti tidak jauh-jauh dari Ara dan Aleta. Namun akhir-akhir ini, nama Ara-lah yang lebih banyak temannya itu cetuskan.

Ara mendongak bingung. Ia pun sadar Jeidan berlalu dengan wajah datar. Ara bisa melihat itu lewat ekor matanya. Gadis itu menipiskan bibir, ia tersenyum kikuk pada Gea dan Dio yang terlihat bingung. Kemudian Ara mendongak menatap Juan.

"Apanya?" Lagi-lagi hanya kata itu yang bisa Ara keluarkan. Bukannya menjawab, ia malah balik bertanya seperti orang tidak mengerti apa-apa. "Gue nggak ngerti," kilahnya. Kemudian gadis itu kembali berkutat pada ponsel.

Tsundere Couple ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang