{34. Racun Sekaligus Obat}

531 43 2
                                    

Ara bertopang dagu sejak bel istirahat kedua berbunyi nyaring, matanya memandang bosan seisi kelas yang sepi tanpa penghuni. Perasaannya tengah kacau sejak semalam, ditambah tadi pagi di belakang sekolah.

Mengingat kejadian tadi pagi membuat sudut bibirnya tertarik, menciptakan sebuah senyum tipis penuh makna.

Gadis itu menegakkan badan saat seorang siswa memasuki kelas, tatapannya lurus ke depan. Cowok itu berjalan menuju tempat Ara—bukan, lebih tepatnya meja di samping Ara.

Suasana canggung menyergap Ara, ia pun membuang muka saat matanya tidak sengaja bersirobok dengan mata cowok itu. Jeidan kembali berlalu setelah mengambil ponselnya di tas, tubuh jangkung itu menghilang ditelan pintu.

Helaan napas berat Ara terdengar di sepinya kelas, ia membenamkan wajah pada lipatan tangan di atas meja. Racauan samar terdengar dari gadis itu, sesekali kepalanya bergerak seolah tengah menghindari sesuatu.

"Ini siapa, sih, ganggu orang lagi galau aja," cercanya saat ponsel yang ada di saku baju bergetar singkat.

Setelah menegakkan badan, ia merogoh saku mengambil ponsel. Dilihatnya sebuah pesan singkat dari Dio memenuhi layar, cowok itu menyuruhnya menuju belakang sekolah sekarang juga.

Ara bangkit dengan lesu, semangatnya hari ini benar-benar ludes tidak tersisa. Ingin sekali ia pulang dan mengistirahatkan tubuh, tidur sejenak untuk melupakan semua masalah yang  sudah ia perbuat.

Kaki berbalut sepatu itu menghentak lantai, menerobos banyaknya siswa yang memenuhi koridor. Wajah Ara datar tanpa ekspresi, tatapannya lurus ke depan.

Entah apa yang ingin Dio katakan, Ara harap cowok itu bisa membantunya memecahkan masalah. Kini tinggal Dio tempatnya bersandar, hanya cowok itu yang masih mau menerima sikap bodohnya selama ini.

Langkah Ara memelan saat sampai di belakang sekolah, kakinya terasa berat untuk melangkah mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Ara memelan saat sampai di belakang sekolah, kakinya terasa berat untuk melangkah mendekat.

Di depan sana, di sebuah bangku panjang, duduk sambil bercanda dua orang yang sangat dikenalnya. Terdengar tawa renyah dari Gea, sedangkan Dio di sebelahnya tersenyum simpul.

Ara ragu, rasanya ingin kabur saja daripada menghampiri keduanya. Ara takut, ia tidak siap menghadapi kekecewaan Gea lagi, cukup kemarin saja mereka bertengkar. Ia tidak akan kuat jika harus bermusuhan dengan sahabatnya. Namun, gadis itu terlambat membalikkan tubuh, Gea sudah melihatnya kala gadis itu melempar pandang ke belakang. Tawa dan binar di mata Gea hilang detik itu juga.

Mau tidak mau Ara harus menghampiri mereka. Kecanggungan tercipta saat Ara berdiri dengan gelisah di depan Gea dan Dio, ia menghindari kontak mata karena tidak nyaman dengan situasi itu.

Bagaimana pun Ara dan Gea belum berbaikan, mana mungkin ia langsung bertingkah baik-baik saja?

"Sini, Ra, malah bengong." Dio berdiri, ia menepuk tempat yang baru saja didudukinya.

Tsundere Couple ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang