Chimon melirik jam tangannya. Bukan hal baru jika teman-temannya terlambat datang. Ia sudah hafal dengan kelakuan mereka. Biasanya, ia pun akan datang terlambat setengah jam (meski ia benci terlambat). Namun hari ini ia sengaja datang lebih awal untuk bertemu dengan seseorang yang ia kenal dari aplikasi kencan terlebih dahulu.Ia merutuki dirinya sendiri. Jika saja ia tidak keceplosan pada teman-temannya dan keterusan menyebut teman chattingnya ini sebagai pacar, pasti tidak akan seperti ini. Ia sebenarnya takut. Bagaimana jika ia ditipu? Bagaimana jika sebenarnya orang ini ternyata pedofil yang bersembunyi di balik profil perempuan manis, kemudian meculik dan menjualnya sebagai budak seks?
Jujur saja, ia merasa janggal karena perempuan yang matched dengannya ini terlalu cantik. Kulitnya bersih, badannya ramping, rambutnya panjang berwarna cokelat terang, dan dandanannya mirip artis Korea (yang untungnya cocok dengan perawakannya). Aneh rasanya jika orang secantik dia main aplikasi kencan seperti rakyat jelata pada umumnya.
"Hai, kamu udah sampai belum?" ketiknya di aplikasi tersebut. Seketika pesan itu terbaca.
"Mon, sorry ya, aku nggak bisa dateng nih," balas lawan bicaranya. Tanda ia sedang mengetik berkali-kali muncul lalu berhenti.
"Kucingku kecelakaan, aku harus ke dokter hewan,"
"Kita ketemu kapan-kapan aja, ya,"
"It was nice talking to you, mon,"
Lalu ia pun offline.
"Shit," umpat Chimon. Ia membenamkan kepalanya ke atas meja. Gagal sudah rencananya. Apa lagi alasan yang harus ia buat kepada teman-temannya untuk menjelaskan bahwa "pacar"nya ini tidak bisa datang untuk yang ketiga kalinya?
"Permisi, di sini kosong?"
Ia segera mengangkat kepalanya. Eh?
"Loh, Sun?"
"In?!"
"Wah, ketemu lagi!" sapanya ramah. Ia tidak terlihat berubah sejak terakhir kali mereka berpisah di bandara, "Apa kabar?"
Chimon masih tidak mempercayai matanya. Dari ribuan orang di Bangkok, mereka bisa bertemu lagi?! "B-baik."
Pluem tertawa, "Di sini kosong? Saya boleh duduk di sini?"
Sontak, Chimon bergeser, "Eh iya, iya, kosong kok, duduk aja."
"Kamu sendirian, tapi duduknya di meja sebesar ini? Menunggu om yang mana kali ini?" candanya.
"Om Bambang," balas Chimon cepat.
"Oh? Wah, maaf deh saya ganggu," ujarnya sambil beranjak.
"Hei, hei, aku bercanda!" jawab Chimon sambil menarik lengan Pluem untuk kembali duduk, "Aku nunggu teman-temanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afternoon Crush, Overnight Rush (or The Pluemon Fake Dating AU)
RomanceAwalnya diselamatkan dari godaan om-om mesum, kemudian hilang kontak, tidak sengaja bertemu lagi, dan sekarang laki-laki ini mengaku sebagai pacarnya?!?!?! A Pluemon Fake Dating! AU [Cerita ini murni fiksi dan untuk keperluan hiburan semata. Tokoh...