Afternoon Crush, Overnight Rush (or The Pluemon Fake Dating AU)

Fluffy

Jika bukan karena dering telepon yang meraung-raung di atas nakasnya, Pluem yakin bahwa ia tidak akan bangun hingga dua hari ke depan. Dengan penuh perjuangan, ia berusaha menggapai ponselnya tanpa harus menggerakan badannya yang sudah lekat di kasur.

"Haoh?" Bahkan pita suaranya pun juga enggan dibangunkan sepagi ini.

"Halo, Pluem? Masih tidur ya?"

"Hm."

"Ah, maaf kamu jadi kebangun."

"Hrghghr."

Peneleponnya tertawa kecil, "Aku boleh ke apartemen kamu?"

"Igizapa?"

"Ini Chimon."

"Oh? 'Pain?"

"Ehm.. Jadi aku lagi keramas terus air dan listrikku tiba-tiba mati," ia memberi jeda sejenak, "Aku boleh lanjut mandi di apartemen kamu, nggak?"

"Hmghm."

"Gimana?"

"Iya," Pluem segera menutup teleponnya. Bergulung seperti dadar gulung, ia kembali lelap.

Hal kedua yang membangunkan Pluem pagi ini adalah harum masakan yang masuk melalui celah pintu. Penciuman dan lambungnya setuju bahwa ia harus segera bangun dan makan, sekarang juga.

Namun, yang sukses membuat Pluem melompat dari kasurnya adalah fakta bahwa adiknya sama sekali tidak bisa masak. Ia hanya mengizinkan Frank menggunakan microwave karena terakhir kali ia mencoba memasak dengan kompor, dapur mereka hampir hangus terbakar.

"Frank!!!! Lo masak??!!" teriaknya panik sambil berlari ke dapur, mengagetkan Frank dan Chimon yang sedang berkutat di depan kompor.

"Kak! Kaget tau! Nggak liat apa gue pegang pisau?" ia mengacungkan pisaunya ke arah Pluem. Matanya sembab dan hidungnya merah berair.

Pluem refleks mundur dengan tangan terangkat.

"Kalian ngapain? Kok kamu di sini?" tanyanya pada Chimon.