"Kamu alergi apa?" Pluem berusaha tetap tenang meskipun ia panik melihat Chimon yang kesulitan bernapas. Chimon menunjuk sekitarnya.
"Kupu-kupu?"
Ia menggeleng, "Serbuk sari."
Pluem terperangah, "Penyakit kamu bule banget?"
Chimon tersenyum meski air matanya meleleh akibat banyak mengerjap untuk menghilangkan gatal. Pluem ikut duduk di tanah, memandang langsung ke mata Chimon yang memerah.
"Hidungnya mampet?" tanya Pluem. Chimon membalasnya dengan sebuah anggukan.
"Oke, coba napas bareng saya, ya," ia mencoba menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan-pelan tanpa melepas pandangannya dari Chimon. Percobaan pertama dan kedua berhasil, tapi Chimon malah batuk-batuk panjang pada percobaan ketiga. Ia bergerak untuk duduk di samping Chimon dan mengusap punggungnya.
Melihat muka Chimon yang pucat sekaligus memerah, Pluem langsung mencari informasi tentang alergi serbuk sari di ponselnya. Di sana tertulis bahwa ia harus membawa penderita sejauh mungkin dari potensi alergen agar tidak memperparah reaksinya.
"Kamu sesak?" tanyanya. Chimon memberi tanda sedikit dengan jarinya, "Kalau jalan, bisa?"
Chimon mengangguk. Pluem membantu Chimon berdiri, menawarkan lengannya untuk bertumpu. Mereka tidak terlalu jauh dari pintu keluar. Pluem dilema apakah ia harus memapah Chimon agar bisa keluar secepat mungkin atau berjalan lambat selama Chimon dapat bernapas lega.
Suara mengi yang dikeluarkan Chimon membuat Pluem semakin panik. Menurut laman yang dibacanya, alergi bisa menyebabkan gejala asma dan jika serangannya parah, Pluem hanya punya waktu 20 menit.
"Kamu bawa obat?" ia menelaah Chimon yang di kantungnya hanya terdapat ponsel dan dompet. "Perlu ke rumah sakit?" tanyanya. Chimon menggeleng.
Pluem tidak mengindahkan Chimon, ia langsung membuka aplikasi taksi online untuk membawa mereka secepat mungkin ke rumah sakit. Melihat bahwa rumah sakit berjarak 25 menit, ia berdoa semoga pengemudi yang mereka dapatkan cukup lihai menembus macetnya Bangkok.
Mereka menunggu tumpangan di luar area taman. Napas Chimon yang pendek membuat Pluem ikut kehabisan napas juga. Namun ia berusaha tetap tenang, tangannya tidak beranjak dari punggung Chimon, mengusap lambat-lambat.
Sebuah Honda Accord abu-abu metalik datang melambat mendekati mereka. Awalnya Pluem tidak yakin karena mobil ini terlalu mewah untuk jadi taksi online. Namun melihat plat mobilnya cocok, Pluem segera melambai cepat, mengisyaratkan bahwa mereka sedang dalam keadaan darurat.
Sambil meluncur masuk, Pluem takjub dengan interior mobil yang mulus dan wangi yang mantap, tapi tidak menyengat. Mirip parfum mobil ayahnya yang ia tahu harganya tidak murah. Di belakang kemudi, seorang perempuan menurukan kacamata hitamnya. Mata cokelat besarnya yang berbulu mata lentik beradu pandang dengan Pluem dari kaca spion tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afternoon Crush, Overnight Rush (or The Pluemon Fake Dating AU)
RomanceAwalnya diselamatkan dari godaan om-om mesum, kemudian hilang kontak, tidak sengaja bertemu lagi, dan sekarang laki-laki ini mengaku sebagai pacarnya?!?!?! A Pluemon Fake Dating! AU [Cerita ini murni fiksi dan untuk keperluan hiburan semata. Tokoh...