Truth or Dare

2.1K 221 142
                                    

Kira-kira, bagaimana perasaan manusia pertama yang menjejak bulan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira, bagaimana perasaan manusia pertama yang menjejak bulan?

Apakah ia merasa takjub? Takut? Penasaran? Euforia?

Apapun yang mereka rasakan, pasti tidak seberapa dengan yang Pluem rasakan hari ini.

Pluem melirik jam tangan yang ia letakkan di atas nakas. Pukul 8 pagi. Termasuk awal untuknya yang terbiasa bangun lebih siang. Namun hari ini, tubuhnya serasa baru diganti olinya. Ia bersemangat; ia punya interview yang berpotensi mengantarkannya pada karir impiannya, Jan sudah memaafkannya, dan Chimon memperlakukannya dengan sangat baik. Seperti orang yang pertama kali mendarat di bulan, Pluem merasa dapat menaklukkan dunia.

Ia bertemu Jan di dapur. Tidak peduli tidur selarut apapun, gadis itu pasti akan bangun ketika terpapar sinar matahari. Ia bersiul dengan ceria, rambut pendeknya digelung, menampilkan leher putih yang jenjang. Di tangannya, beberapa jenis buah sedang dipotong menjadi dadu-dadu kecil.

"Pagi, manis," sapa Pluem.

"Jaga mulut lo," jawab Jan sambil mengacungkan pisau ke arahnya.

"Pagi-pagi galak amat."

Jan tertawa, "Nggak enak kalau kedengaran yang lain."

"Nanon, maksudnya?" tanya Pluem dengan senyum miring.

Jan menatapnya tajam, kali ini ia serius. Pluem mengangkat kedua tangannya menyerah. Secepat itu pula, keduanya saling mengerti. Masih sama.

"Mau bikin jus?" tanya Pluem yang disambut gelengan Jan. "Ya udah, sini aku bantu."

Pluem mengambil pisau yang lebih besar dari laci dapur, kemudian mulai membuka mangga. Ia memotong melingkari bijinya, mengiris daging buahnya dengan motif menyilang, kemudian menekan kulitnya ke atas hingga potongan mangga segar menyembul.

"Nih," ia menyuguhkan satu bagian pada Jan dan setengah lainnya untuk ia nikmati sendiri. Mereka duduk sambil menggigit mangga yang masih menempel pada kulitnya, cara favorit Jan menikmati buah itu.

"Mau kopi?" tanya Jan pada Pluem.

"Boleh."

Wangi kopi menyebar ke seluruh rumah ketika Jan mulai menyeduh. Secangkir iced americano yang ampasnya disaring tidak pernah terlewat dari rutinitas pagi Jan.

"Nggak ada bubuk kayu manis, nggak apa-apa, ya," ujar Jan sambil menyodorkan secangkir kopi susu pada Pluem. Pluem menggeleng sambil tersenyum. Hangat cangkir kopi di genggamannya tidak seberapa dengan hangat di dadanya karena Jan masih ingat racikan favoritnya.

Indahnya hidup Pluem.

Langkah Sing dan Ohm yang baru muncul dari kamar mereka terhenti melihat Jan dan Pluem di meja dapur. Dengan semangkuk besar buah potong di hadapan mereka, mereka mengobrol sambil diselingi tawa-tawa kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Afternoon Crush, Overnight Rush (or The Pluemon Fake Dating AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang