Nanon

1.6K 258 224
                                    

Panas yang melingkupi Bangkok sungguh tidak kenal waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panas yang melingkupi Bangkok sungguh tidak kenal waktu. Siang maupun malam, tetap saja mereka tidak akan pernah selamat dari basah keringat. Untungnya, apartemen Chimon yang berada di lantai 14 menyelamatkan mereka dari nyamuk-nyamuk beringas yang tidak mampu terbang tinggi.

Mereka makan malam di deretan penjual makanan di dekat apartmen, yang menurut Pluem masih kalah enak dari masakan Chimon. Kali ini Pluem tidak banyak bicara. Puluhan pertanyaan berputar di benak Chimon tentang Pluem dan Tay, tapi ia akan memendamnya untuk saat ini.

Ia bisa memendamnya bertahun-tahun jika perlu, bila itu akan mengembalikan candaan genit dan absurd Pluem sekarang juga.  

Sekembalinya ke apartemen, Pluem mengenakan kaus dan celana Chimon. Sebenarnya, ia bisa saja ke apartemen Frank untuk mengambil barang-barangnya, tapi sekarang mereka sama-sama membutuhkan ruang sendiri.

"Nanti bajunya kamu bawa pulang aja," ucap Chimon.

"Kenapa? Ini kan punya kamu."

"Ini baju yang waktu itu kamu beli pas kita kehujanan. Aku udah janji bakal balikin. Nanti kamu bawa aja, ya."

"Nggak. Ini saya beli buat kamu."

Chimon berbalik menghadap Pluem, "Nggak mau. Kan aku udah bilang waktu itu."

"Dan saya nggak pernah bilang kalau saya setuju,"

"Pluem," rengeknya.

"Lagipula kamu pakai baju setiap hari, kan? Artinya kamu perlu. Simpan aja."

"Nggak."

"Chimon."

"Pluem."

"Ya udah, supaya kamu simpan, saya lepas bajunya," ujar Pluem sambil menanggalkan kaus tersebut.

"Hei!"

Pluem melipat bajunya rapi dan memasukkannya kembali ke dalam lemari.

"Pluem ngapain sih?!" seru Chimon.

Pluem yang bertelanjang dada naik kembali ke kasur. Menyamankan dirinya ke posisi awal seolah tidak terjadi apa-apa.

"Pluem, pakai bajunya!!"

"Nggak mau. Lebih baik saya nggak pakai baju daripada bajunya harus saya ambil lagi."

"Pluem nanti masuk angin!"

"Kamu cerewet kayak ibu-ibu."

Bugh.

Bantal bulu angsa Chimon menghantam wajah Pluem.

"Ngomong apa tadi?"

Pluem bangun bertumpu pada sikunya, "Cerewet. Kayak. Ibu-ibu."

Chimon mengayunkan lagi bantalnya tanpa ragu-ragu ke arah Pluem. Namun kali ini ia sudah siap dan segera menangkisnya.

Afternoon Crush, Overnight Rush (or The Pluemon Fake Dating AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang