Pai Cokelat

2K 270 505
                                    

Ayah Pluem mengajak Chimon ke dapur kering untuk memotong kue yang ia bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayah Pluem mengajak Chimon ke dapur kering untuk memotong kue yang ia bawa. Mereka akan menghidangkannya sambil mengobrol santai setelah makan siang. Tay membereskan meja makan, sementara Pluem, Frank, dan ibu mereka mencuci piring di bagian dapur basah.

Pluem dan ayahnya mirip. Kulit mereka sangat terang dan fitur wajahnya lebih lembut daripada istrinya. Tekstur rambut dan cara berjalannya pun serupa. Sebagai laki-laki, ia tidak mengintimidasi sama sekali. Mungkin tuntutan pekerjaan sebagai dokter spesialis kandungan.

"Chimon suka masak?" tanya ayah Pluem.

"Suka, Om."

"Masak apa?"

"Masak yang standar aja, Om. Saya lebih suka bikin kue," jawab Chimon.

"Sayangnya di apartemen nggak ada oven, jadi saya cuma bisa buat kue yang nggak harus dipanggang," kemudian ia menjelaskan bagaimana pai cokelat yang dibawanya dibuat hanya dengan mendinginkannya di freezer. "Kalau Om paling suka makanan apa?"

"Pai" jawabnya ramah.

"Oh ya? Pai favorit Om apa?" tanya Chimon dengan mata berbinar.

"Hmm, kalau menurut Om, pai itu yang paling enak yang di Amerika. Om pernah konferensi di sana dan makan pecan pie yang enak sangat, padahal makannya di diner kecil di pinggir jalan tol. Cherry pie Om juga suka," jelasnya dengan mata menerawang. Sepertinya ia sedang membayangkan kembali rasa pai yang pernah ia cicip. "Makanya kebetulan kamu bawa pai. Om jadi bisa coba."

Tenggorokan Chimon mendadak kering. Bagaimana jika pai buatannya tidak sesuai standar ayah Pluem?

Ia memperhatikan ayah Pluem yang memotong pai cokelatnya dengan sendok kecil. Selagi ia menyuap, Chimon mengencangkan pegangannya pada pinggir meja dapur. Ia menahan napasnya.

"Enak," pujinya. Ia tersenyum senang.

Chimon melepaskan pegangannya sambil bernapas lega. Ia balik tersenyum.

"Kamu tambah bubuk kayu manis, ya?" tanyanya penuh selidik.

"I-iya, Om."

"Kenapa? Om rasa manisnya sudah pas."

"Ka-karena Pluem suka."

Ayah Pluem mengangkat alisnya, "Pluem suka kayu manis?"

Ia mengangguk, "Pluem suka cokelat, kayu manis, seafood dan telur dadar. Kalau saya perhatiin, dia suka apapun yang teksturnya lembut. Frank, dia suka segala macam, tapi saya lihat dia suka yang rasa bawang putihnya kuat.

"Kalau Bang Tay, sepengamatan saya tadi, dia suka sayuran yang nggak terlalu matang jadi masih crunchy, dan makanan pedas, tentunya.

"Sementara Pluem nggak terlalu suka makan pedas. Makanya tadi saya kaget kenapa makanannya pedas-pedas semua, kasihan Pluem jadi nggak bisa makan kuahnya—"

Afternoon Crush, Overnight Rush (or The Pluemon Fake Dating AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang