Awalnya diselamatkan dari godaan om-om mesum, kemudian hilang kontak, tidak sengaja bertemu lagi, dan sekarang laki-laki ini mengaku sebagai pacarnya?!?!?!
A Pluemon Fake Dating! AU
[Cerita ini murni fiksi dan untuk keperluan hiburan semata.
Tokoh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kilatan lampu flash membangunkannya.
"Tunggu aja sampai Sing dan Ohm lihat!!!" sebuah bisikan setan membuatnya menggeliat bangun dari tidurnya.
Di mana ini?
Di sekitarnya, orang-orang beranjak bangun dari tempat duduk mereka, meski banyak yang masih mengobrol di kursinya masing-masing. Di depannya, sebuah layar besar menampilkan nama segenap kru yang bertugas dalam membuat film. Di sebelah kanannya, seekor setan berbadan bongsor sedang khusyuk mengetik telepon genggamnya dengan muka puas. Di sebelah kirinya, bahu siapa ini?!
Ia melonjak kaget dan secepat kilat menarik kepalanya dari bahu Pluem, "Ow!"
"Chimon kenapa?" tanya Pluem panik.
"Kayaknya ada otot yang ketarik," katanya sambil memijat leher sampingnya yang protes karena ia bangun tiba-tiba.
"Makanya pelan-pelan bangunnya," kata Pluem sambil meraih lehernya yang sakit, "Sakit di sini?"
Chimon mengangguk. Tangan Pluem menggantikan tangannya dan segera memijatnya perlahan.
"Erhghemhem!!!" Seekor setan di sebelahnya membuat suara yang lebih dekat dengan batuk rejan daripada berdeham, "Mesra-mesraan tolong tahu tempat!"
Chimon mendelik, "Yang peluk-pelukan manja kayak anak sama ibunya siapa, hah?!"
"Eits! Yang pegang bukti siapa, hah?!" kata Nanon sambil memperlihatkan foto Chimon yang tertidur pulas di bahu Pluem sambil memeluk lengannya. Meskipun sedikit menganga, gue tetap tampan, pikir Chimon.
Tunggu dulu!
Dua hal penting berkecamuk di kepala Chimon berebut untuk diprioritaskan. Yang pertama: ambil dan lenyapkan barang bukti dari handphone Nanon segera, atau yang kedua: periksa apakah ia meninggalkan jejak di sweater Pluem.
Ia memerlukan setidaknya sepuluh detik untuk memutuskan.
Akhirnya ia menoleh pada Pluem. Pluem mengikuti pandangan Chimon yang mencari-cari sesuatu di sweaternya.
Oh. Pluem tersenyum.
"Tenang aja, kamu nggak ngiler kok."
Tawa Nanon pecah dengan menggelegar di sebelahnya, bahkan Jan pun ikut terbahak. Chimon tidak religius, tapi kali itu ia berdoa supaya ia bisa menghilang dari bumi ini sekarang juga atau setidaknya Nanon diberi imbalan berupa azab dan sengsara.
Telepon genggam di sakunya berdering. Pesan baru muncul di group chat mereka.
Nanon sent a picture.
Bangun-bangun dia nyari jejak ilernya di sweater Pluem dong.