♛❸DP: 5|Sean or Daniel?

2.7K 318 11
                                    

Ambang pintu depan adalah objek yang sejak tadi tak pernah luput dari arah pandang Valerie. Siang sudah akan berganti malam, cahaya terang mentari, perlahan telah di isi gelapnya suasana. Namun sejak kejadian di restoran siang tadi, Sean belum juga kembali. Valerie merasa cemas memiliki alasan, bukan? Setelah berpikir berulang-ulang, ia sadar jika ia sudah berbuat kesalahan terhadap laki-laki tersebut. Harusnya Valerie memang bisa membuka diri untuk menerima niat baik Sean mengajaknya makan siang bersama. Tapi hanya karena alasan kesal akibat insiden masa lalu, ia membuat usaha yang dilakukan Sean berantakan.

Kini, rumah besar itu hanya dihuni dua Tuannya yang lain. Adit yang seperti biasa selalu sibuk dengan pekerjaannya, entahlah sepertinya menghabiskan seharian di kantor belum juga cukup bagi pemuda itu. Lalu di tempat favoritnya, Daniel tengah berguling-guling seraya bermain ponsel.

Di mana Sean? Apa laki-laki itu baik-baik saja?

Ting... Tong...

Entah mengapa, langkah Valerie begitu bersemangat untuk membukakan pintu. Ia sangat berharap jika seseorang yang akan ia temui di sebalik sana adalah sosok yang ia tunggu-tunggu. Melupakan asumsi-asumsi lain, Valerie lantas membukakan daun pintu. Senyuman yang akan terbit dari bibirnya tertelan rasa kecewa ketika mendapati pria berseragam merah yang dilengkapi topi senada, dengan senyuman lebar yang nyatanya menyambut.

Lagi pula, mengapa Valerie mendadak bodoh? Sean tak akan membunyikan bel hanya untuk masuk ke dalam rumah——oh, ayolah... perasaan bersalah ini semakin lama semakin menjadi. Berimbas pada kinerja otak Valerie yang menjadi lamban seketika untuk menganalisa sesuatu.

"Permisi, saya datang untuk mengantarkan paket makanan."

Sama sekali Valerie tak tertarik. Pikirannya masih berkelana sendiri. Apa yang sudah terjadi padanya? Oh ya Tuhan!

Syukurlah Adit muncul dari belakang. Disertai senyuman ramah, pria tersebut menyambut beberapa tas makanan yang telah disodongkan pengantar paket. Membalas ucapan terima kasih dan juga kalimat pamit lelaki berseragam tersebut dengan pembawaan yang tak kalah ramah. Valerie yang berdiri tanpa jiwa di sampingnya ampuh menarik perhatian Adit. Diperhatikannya sajak tadi, gadis ini banyak melamun.

"Valerie?"

Lantas terkesiap, Valerie menoleh cepat. "Ya?" senyuman canggung ia paparkan membalas tatapan keheranan yang Adit usung.

"Ada apa? Sejak tadi saya sudah memperhatikan, dan sepertinya sesuatu janggal terjadi dan itu menganggu. Ada masalah apa, Valerie? Kamu dapat menceritakannya."

Menggaruk tengkuknya yang tak gatal, gadis itu kembali beberkan senyuman aneh. Dirasa akan memalukan jika Valerie membagi ini pada penghuni rumah. Bisa-bisa ia dianggap buruk atau sebagainya. Yang pasti, Valerie mana mau mengaku jika kepalanya sedang terbebani Sean saat ini. Tidak! Itu memalukan.

"T-tidak terjadi apapun. Saya merasa hanya sedikit lelah," Valerie mencari celah agar Adit tak bertanya lagi, "ah, saya akan menyajikan makanannya." tanpa persetujuan, tangan Valerie sudah merampas seluruh tas makanan yang tadi Adit pegang, kemudian setelah memberikan sedikit gerak-gerik berpamitan, ia melongos dari sana.

Tidak puas sebenarnya dengan jawaban yang Valerie berikan, namun Adit tak ingin memaksa. Ia pun hanya menggelengkan kepalanya pelan, lalu beranjak masuk, tak lupa menutup pintu kembali.

Sementara itu, Valerie yang sudah berada di dapur, akhirnya rampung dengan tugasnya memindahkan makanan. Ia berjalan ke ruang makan untuk menaruh satu persatu piring di meja. Ia baru saja akan memanggil penghuni rumah, namun si kakak beradik itu sudah datang. Seperti biasa, Daniel pasti akan selalu bersemangat jika sudah menyangkut perihal makan, dan yang tertua seolah paham betul akan tabiat sang adik, hanya tersenyum geli memaklumi.

3 Devil Prince (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang