♛❸DP: 6|Pregnant?

2.9K 322 11
                                    

Sayup-sayup bunyi hari yang mulai sibuk kian merasuki indra pendengaran. Sinar sang surya yang juga semakin naik, mengganggu sepasang netra kembar yang masih tertutup kelopak. Bulu mata halus nan menghias di sana tampak bergerak, raut wajah yang awalnya damai juga berganti gelisah akibat merasa terganggu.

Diawali dengan suara ringisan yang disampaikan sang bibir, bola mata yang tadinya bersembunyi, perlahan-lahan menampilkan jati dirinya. Rasa silau kontan mendera, sehingga ia putuskan untuk memblokir sumber datangnya cahaya yang menganggu. Beriring serpihan kesadaran itu diraih, sebanyak itu pula rasa keterkejutan yang membuat dadanya berdetak sangat cepat.

Benar atau tidak, Valerie merasakan ada yang membelit tubuhnya dari belakang. Ia juga merasakan hembusan nafas seseorang yang menerpa teratur di puncak kepalanya. Manik hazel Valerie mengerjap, memastikan kemungkinan buruk ini sekali lagi. Dan ya! Ia dipastikan tidak bangun di ranjangnya sendiri, karena kamar yang sebelumnya ia tempati bukan dominan bewarna biru gelap layaknya ruangan yang sekarang ia lihat.

Oh tidak, mimpi buruk apa lagi ini?

Perlahan, semoga saja ini tak nyata, gadis itu membalik tubuh. Setiap detiknya ia merasa semakin gugup, apalagi ketika sekarang sudah melihat sosok yang terbaring bersamanya adalah manusia ini.

"Se-Sean?"

Dilingkupi kecamuk asing yang terus-terusan menyerang, Valerie tak sadar jika pria yang tadinya masih terbaring dengan mata tertutup telah membuka matanya. Sean puas menyaksikan bagaimana Valerie berpikir sekarang. Di lain hal juga merasa senang karena ternyata inilah rasanya masa depan.

"Selamat pagi."

Valerie memekik histeris. Ia tak dapat melanjutkan angannya dengan menganggap ini adalah mimpi. Rasa sakit yang ia rasakan ketika mencubit diri sendiri, dan juga tatapan mesum Sean yang baru saja ia saksikan, menjadi lebih dari cukup bukti jika ini adalah kenyataan. Tidak mungkin Sean bisa masuk ke mimpinya! Valerie tak akan sudi. Tapi jika dibandingkan dengan realita ini?

Tubuhnya dibuat bangkit. Kedua tangan ditaruh di depan dada dengan posisi disilangkan. "Sean! Apa yang kamu lakukan?! A-apa yang t-terjadi? Me-mengapa k-kita— tidak! Kamu pasti merencanakan ini, kan?! Mengaku!" mata Valerie nyaris keluar saat menyaksikan Sean toples tanpa atasan ketika laki-laki itu menyusulnya duduk.

"J-jangan mendekat!" dirincinya diri sendiri dengan hati-hati. Valerie masih bisa menghela nafas lega karena pakaian yang ia gunakan semalam masih lengkap tanpa hilang satu benangpun.

"Oh ada apa denganmu? Mengapa kontras sekali perubahannya? Hmm, saya tahu..." gerakan sensual dengan menggigit bibir bawahnya dilakukan demi membuat pertahanan mangsa makin kacau. "terlalu malu menemui pagi akibat kegiatan kita semalam?"

"Jangan bicara omong kosong! Jelas-jelas semalam tak terjadi apapun!"

Sean mengernyit. Sisi aktor yang handal dari dalam dirinya kian dipertontonkan. Meski belum kesampaian mendapatkan project film, tapi ia pernah dicasting bermain peran sebelumnya. "Oh serius saja, Valerie? Kamu tak mengingatnya? Semalam adalah memorian terindah untuk dikenang, dan kamu melupakannya? Oh saya merasa sedikit kecewa sekarang."

"Sean, diam! Jangan lanjutkan omong kosong itu lagi! Ini sama sekali tak lucu!"

"Apa, Sayang? Saya tak bicarakan omong kosong. Semalam bukannya kita benar-benar, uhmm..."

Menggeleng cepat, Valerie bahkan menutup kedua telinganya, pertanda tak ingin berpikir aneh-aneh hanya karena Sean yang berbohong. "Semalam tidak terjadi apapun! Kita tak pernah melakukan apa yang kamu tuduhkan! Saya hanya datang untuk mengantarkan makanan, lalu—"

3 Devil Prince (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang