♛❸DP: 14|A Problem With Daniel

1.1K 168 13
                                    

"Tuan?"

"Hai. Apa kabar? Selama saya pergi, semuanya baik-baik saja, kan?"

Valerie mengangguk, kemudian mengambil beberapa barang bawaan Adit untuk membantu pria itu membawanya.

"Woah, My Brother is back!!!"

Dari arah ruang tengah, Daniel menyambut kedatangan kakak tertuanya dengan riang. Bahkan saking antusiasnya, pemuda itu nyaris berlari. Memeluk Adit dengan erat, seolah ini adalah pelukan terakhir bagi mereka.

Adit yang menanggapi hanya terkekeh geli. Tapi tangannya tetap ikut membingkai hangat guna membalas perlakuan adik kecilnya tersebut. Jarang-jarang ia temui Daniel yang manja seperti ini lagi.

"Huh! Katanya hanya beberapa hari, tapi coba cek kalender! Ini bahkan hampir satu bulan kau pergi!" protes Daniel menggebu saat pelukan mereka terlepas.

Membalasnya dengan senyuman manis, Adit mengusap surai pemuda itu. "Maaf, Daniel. Ada beberapa hal yang tak masuk list rencana nan membuatnya lebih lama. Maafkan saya, itu di luar kendali saya untuk memanajemennya."

Daniel juga tak terlalu mengerti dengan dunia bisnis yang sedang dijalani tekun oleh kakak tertuanya ini. Yang Daniel tahu, berkecimpung di dunia bisnis itu akan menguras isi otak, waktu, bahkan sarana memperpendek masa muda. Itu mengapa, Daniel benar-benar ingin mendapatkan pekerjaan yang selaras dengan seleranya.

"Oh ya, di mana Sean?" Adit mengitari pandangan saat tak melihat keberadaan adiknya yang satu itu.

"Belum pulang. Katanya hari ini ada jadwal latihan. Biasa, pria sibuk. Artis."

***

Empat penghuni rumah sedang berada di ruang keluarga. Tak berselang lama pasca kepulangan Adit tadi, sang adik yang berprofesi sebagai Artis juga sampai di rumah. Kini, keempat penghuni rumah tengah berbincang di sana.

"Adit, kau tahu, aku melakukan ujian akhirku dengan baik! Aku lulus sekarang!" antusiasme ini berasal dari Daniel.

"Benarkah?" Adit sebenarnya sudah dikabari Sean tentang kelulusan Daniel, namun ia hanya berusaha membuat si bungsu makin gembira. "sebuah kebahagiaan mendengarnya, Daniel. Saya bangga padamu."

"Sebenarnya aku tak menyangka." bahkan Daniel sudah menerawang jauh, memikirkan alasan yang harus ia berikan kepada orang tuanya jika saja sidang kemarin gagal.

"Lucu sekali, dia pun mengakui ketidakyakinannya." ledek Sean dengan kekehan yang sudah ketara pecah.

Adit ikutan terkekeh karena itu, Daniel menatap kedua saudara lelakinya dengan raut heran, lalu bertanya dengan bingung, "Siapa?"

"Bukan siapa-siapa."

Daniel menyipit sebentar setelah penuturan Sean, kemudian ia kembali ceria. Tak ingin memikirkannya lebih jauh.

"Oke, akan aku lupakan."

"Prfft, bilang saja memang susah untuk memikirkan itu." sepertinya meledek Daniel adalah hal yang amat Sean gemari.

Membuat adik bungsunya itu menatap Sean dengan kesal sebentar, tapi kembali merubah raut saat melihat Adit.

"Oh, ya! Sebenarnya Valerie yang sudah membantuku di malam sebelum aku mengikuti ujian."

3 Devil Prince (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang