AuthorPov
Wanita itu duduk di sofa ruang keluarganya, ia menatap layar plasma yang berukuran sedang di depannya dengan tangan yang mengelus-elus perut buncitnya.
Wanita itu menggelengkan kepalanya saat melihat siaran berita yang ditampilkan, "sampai saat ini, dua negara yang sejak dulu kita kenal berselisih masih tetap saling mendeklarasikan perang."
"Negara putih masih terus mempertahankan keamanan negaranya, sedangkan negara hitam terus melancarkan serangannya," kini layar plasma itu menampilkan pemandangan dimana dua negara yang berdekatan saling melancarkan aksinya.
Wanita itu terus mengelus lembut perutnya, "lihatlah nak, negara itu saling bermusuhan. Nanti kalau kamu punya banyak teman, jangan sampai kamu juga punya musuh ya, usahakan kita bersikap baik sama semua orang" katanya pada bayi yang ada di janinnya.
Usia kandungannya kini sudah sembilan bulan, tinggal menunggu hari saja, bayi yang masih setia diperutnya akan dia lahirkan di dunia.
Wanita cantik bernama, Shamira itu menatap jam yang tertempel di dinding rumah kecilnya. Pukul 18.49 yang artinya sebentar lagi suaminya akan pulang kerumah, tanpa sadar bibir wanita yang akrab dipanggil Mira itu membentuk sebuah senyuman indah.
Sepuluh menit kemudian pintu rumahnya di ketuk, Mira segera berdiri dan berjalan menuju pintu dan membukakannya untuk orang yang dia tebak adalah suaminya. Benar saja, suaminya berdiri di depan pintu, tersenyum lembut menatap istrinya. Rasa lelah yang dirasakannya saat bekerja sirna saat melihat istri dan buat hatinya yang masih dikandungan baik-baik saja.
Suami Mira, Arya Dinata yang kerap dipanggil Arya, melangkah masuk. Dia menutup pintu lalu memeluk istrinya, sebelum melerai pelukannya ia meninggalkan kecupan di dahi sang istri, "aku pulang."
Mira tersenyum senang, "selamat datang suami."
Arya membungkukkan badannya, menyamakan tingginya dengan perut buncit istrinya. "Hai anakku. Papamu pulang" lalu mengecup perut istrinya.
Mira tersenyum, kini Arya menegakkan tubuhnya. "Gimana? Apa belum ada tanda-tanda akan melahirkan?" Mira menggelengkan kepalanya, "belum ada, Arya" mereka berjalan bersisian, memasuki rumah sederhana mereka.
Tangan Arya tersampir di pinggang Mira, dia membantu istrinya yang sedikit kesulitan untuk berjalan. "Kamu mau makan?" Arya mengangguk antusias, dia sangat rindu masakan istrinya, walaupun dia baru saja memakan masakan istrinya tadi pagi sih.
"Yaudah kamu bersih-bersih sana, aku mau siapin makanan dulu" Arya mengangguk patuh, dia menarik tangannya yang memeluk pinggang istrinya. Sebelum meninggalkan istrinya menuju kamar, dia menyempatkan mengecup pipi istrinya.
👑
Keluarga mereka sederhana, tidak ada yang berlebihan. Arya mempunyai perusaahan kecil yang ia bangun sendiri, walau kecil tapi penghasilan yang dia dapat dari pekerjaannya bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.
Mira yang sebenarnya dulu adalah guru Taman Kanak-kanak, kini berhenti karena Arya memintanya untuk fokus menjaga buah hati mereka. Setelah bertahun-tahun menanti buah hati, akhirnya mereka di berikan juga oleh tuhan.
Hal itu membuat mereka sangat bersyukur, bahkan sejak awal menikah, mereka telah membuat tabungan khusus untuk kehidupan anak mereka nanti.
Mira sedang memanaskan makanan, dia mengaduk kuah sayur. Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di tubuhnya. Mira tersenyum, "Arya jangan peluk dulu ya, ini masakannya tumpah nanti" Arya yang menaruh wajahnya di ceruk leher istrinya menggeleng manja.
"Aryaa.." mendengar teguran Mira dengan amat sangat terpaksa ia melepas pelukannya.
Mira menatap Arya yang menekuk wajahnya, "kamu duduk di kursi ya, sebentar lagi makanannya jadi" Arya menurut, ia duduk di salah satu kursi meja makan dengan muka ditekuk.
Beberapa menit menunggu, Mira datang menghidangkan beberapa makanan sederhana di atas meja. Dia duduk di kursi samping suaminya, badannya ia hadapkan ke suaminya yang masih tetap belum menyentuh makanan dengan muka tertekuknya.
Mira tersenyum lembut, tangannya ia arahkan, membelai wajah suaminya yang cemberut, alis yang berkerut ia pijat lembut, "jangan cemberut terus dong, ayo dimakan. Udah capekloh aku siapinnya."
Perlahan wajah tekukan di wajah Arya menghilang, dia menatap istrinya manja, "kalau gitu suap" Mira menggelengkan kepalanya, merasa lucu dengan tingkah suaminya yang tidak mengenal umur.
Tapi tak ayal ia mengambil sendok dan mengisikan nasi beserta lauk pauknya, hendak ia suapkan ke suaminya. Arya menolak, ia memalingkan wajahnya membuat Mira menaikkan sebelah alisnya, "pake tangan!" Mira terkekeh, dengan telaten dia menyuapi suaminya dengan tangannya. Sesekali Arya memaksanya untuk makan juga.
👑
Hari kini sudah semakin malam, setelah makan Arya dan Mira menyempatkan untuk menghabiskan waktu dengan menonton. Saat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam barulah mereka beranjak ke kamar untuk segera tidur.
Lampu kamar mereka matikan, Arya tidur sambil memeluk tubuh istrinya dengan hati-hati, takut menyakiti buah hatinya. Pukul 12 malam tepatnya dimana hari berganti bahkan tahun ikut berganti, Mira merasa perutnya bergejolak.
Mira membuka matanya, tangannya meremas sprei. Dia menatap Arya yang masih tertidur pulas, tidak tega membangunkan suaminya, tapi sepertinya anak mereka akan lahir, "Ar--Arya" panggilnya lirih.
Belum ada respon, "Arya.." perlahan Arya membuka matanya, dia megerjap-ngerjapkan matanya. Saat matanya terbuka yang ia lihat adalah wajah istrinya yang sudah dipenuhi keringat.
Seketika rasa ngantuknya menguap, "kamu kenapa Mira?" tanyanya cemas, ia melihat wajah istrinya yang sangat kesakitan.
"Anak kita Ar... Perutku sakit..." Arya mengangguk, dengan segera ia bangun, mengganti bajunya lalu mengambil dompet, ponsel serta kunci mobilnya.
Dia mendekati istrinya, "kamu bisa jalan sayang?" Mira menggeleng lemah. Arya meletakkan tangannya di tungkai kaki dan leher istrinya.
Dengan perlahan ia mengangkat istrinya, membawa menuju mobil. "Tenang ya sayang, kita ke rumah sakit."
Dalam perjalanan, sebisa mungkin Arya menghindari kemacetan yang terjadi akibat pergantian tahun. Dia tidak ikut merayakan pergantian tahun karena istrinya sedang hamil, ia lebih memilih beristirahat di rumah.
Arya menyetir lumayan cepat, satu tangannya dia gunakan untuk mengelus perut istrinya. Mira memejamkan matanya, rasanya sangat sakit. Bagian belakang tubuhnya keram.
Mira meremas tangan suaminya untuk melampiaskan kesakitannya. Beberapa menit diperjalanan, kini mereka telah sampai di salah satu rumah sakit yang tidak besar tapi cukup terjamin.
Arya segera mematikan mobilnya, jujur ia panik, tapi sekeras mungkin dia sembunyikan. Istrinya sedang sakit, tidak mungkin ada waktu untuk kebingungan dan panik.
Perlahan Arya menggendong Mira, membawanya masuk ke dalam rumah sakit. "Suster!" Arya berteriak nyaring, beberapa suster datang.
Saat melihat pasien yang dalam gendongan, salah satu dari mereka cepat-cepat mengambil brankar. Mira dibaringkan perlahan, dia di dorong menjelajahi koridor rumah sakit sampai ke satu ruangan dengan papan tulisan, ruang bersalin. Arya setia mengikuti sampai akhirnya mereka masuk ke dalam ruang persalinan.
Bidan dan beberapa suster yang membantu, terlihat bersiap. "Anak anda akan lahir ke dunia, pak. Berdoalah."
>>>>>
Wushh kaget juga ya Author bisa bikin cerita kayak gini. Jangan siders ya! Oh iya nama negaranya abaikan saja ya, itu hanya karangan.
#salamLazy
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Girl (Tamat)
Novela Juvenil[MOHON FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA] >>>>> Hari itu di tanggal, bulan, tahun, jam, menit bahkan detik yang menunjukkan angka sama, anak itu lahir. Konon anak yang lahir di waktu seperti itu diberkahi keberuntungan yang tiada habisnya. Di hari keti...