Khayalan indah, kenyataan pahit

2.2K 142 22
                                    

Main song :
Without you - Lucia

"Dokter!" Teriakan nyaring sang perawat membuat Dokter itu segera masuk kembali kedalam ruangan operasi. Tak berharap banyak Chanyeol menghembuskan nafasnya pasrah.

Changwook dan Jihyun pergi menenangkan diri, meninggalkan Chanyeol yang terduduk lemas di koridor rumah sakit. Tak perduli dimana ia sedang duduk.

Satu persatu air matanya mulai menetes bahkan tanpa seizinnya membuat penyesalan begitu saja memenuhi ruang pikirnya.

Chanyeol menutup matanya sesaat, melampiaskan rasa lelahnya setelah seharian bekerja. Bahu lebar yang kini bersandar di kursi kebesarannya itu mulai turun perlahan lahan menandakan rasa lelah yang dirasakannya.

Chanyeol segera merapikan berkas diatas mejanya sebelum bergegas pulang. Memilah mana tugas yang sudah harus dikirim ataupun sekedar membersihkan mejanya.

Chanyeol membuka laci kecil yang berada tak jauh dari meja kebesarannya. Matanya mengernyit heran kala melihat sebuah berkas berisi nama yang terasa tak asing baginya.

Park Chaeyoung, 11 februari.

Chanyeol mulai menelusuri isi berkas tersebut dengan raut wajah yang kembali serius. Merupakan rasa lelah akibat seharian bekerja.

"G-gadis ini—" Chanyeol kehilangan kata bahkan untuk mengucapkan perkataannya.

"Lee Taemin, pesankan tiket pesawat untukku" ujarnya kala ponsel genggamnya sudah terhubung dengan panggilan seseorang diseberang sana.

Chanyeol yakin. Gadis ini adalah gadis yang selama ini mengganggu fikirannya.

Chanyeol terbangun kala sang dokter menggoyangkan tubuhnya. Ah, ternyata dia tertidur.

"Bisa ikut keruangan saya sebentar, pak?" tanya sang dokter yang membuat Chanyeol menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Chanyeol dan sang dokter telah masuk di ruangan putih putih khas dokter.

"Apa anda keluarga nona Roseanne Park?" tanya sang dokter dengan pandangan ke berkas didepannya.

"Bisa dibilang begitu," ujar chanyeol sedikit bingung menjawab pertanyaan sang dokter.

"Saya tidak yakin tentang hal ini, namun jantung nona Rose berdetak kembali. Menandakan setidaknya nona Rose memiliki sedikit kemungkinan untuk hidup." kedua bola mata Chanyeol kompak melebar.

"Namun, kemungkinan nona Rose untuk bertahan hidup hanya sedikit mengingat penyakit yang dideritanya. Bengkak di pembuluh darahnya kian membesar. Sedikit kemungkinan jika nona Rose bisa bertahan hidup dengan keadaan seperti itu." lanjut sang dokter yang membuat Chanyeol kembali tak bersemangat.

"Apa ada tindakan yang bisa anda lakukan untuk kesembuhan pasien, dok?" tanya Chanyeol.

"Tindakan tentu ada, namun tidak banyak kemungkinan baik,"

"Pihak rumah sakit tentu saja akan melakukan usaha yang semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasien. Namun, bila tuhan berkehendak lain usaha yang dilakukan juga tidak berbuah apa apa." sambung sang dokter diakhir.

Chanyeol keluar dari ruangan sang dokter dengan raut wajah tak bersemangat. Matanya terlihat menahan tangis. Dengan langkah kaki sempoyongan ia melewatai koridor rumah sakit dengan tatapan kosong hingga ia sampai di bagian rooftop rumah sakit. Angin berhembus perlahan, senada dengan keadaannya yang saat ini butuh ketenangan.

Chanyeol merasa sepi dengan keadaanya kini. Gadis dengan pipi chubby yang biasanya bersamanya terbaring lemah di kasur rumah sakit.

Chanyeol menghadap kearah samping seakan merasakan hadir Rose disisinya. Senyumnya melebar kala ia melihat bayang bayang khayalannya yang membentuk wajah gadisnya itu. Celetukan Rose dan wajah bahagianya terpampang dalam khayalan Chanyeol saat ini. Tangannya terulur ingin menyentuh bayang gadis itu. Tangannya mengapung diudara pertanda gadis itu hanya lagi ada dalam benak khayalannya. Chanyeol tak ingin melewatkan hal ini barang sedetikpun. Khayalannya kini lebih indah bahkan dari kenyataan yang ia hadapi sekalipun.

Chanyeol mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan menahan isak tangisnya. Kedua tangannya menyeka air matanya bersamaan dengan wajahnya yang mendongak keatas.

Chanyeol ingin menunu keruangan rawat Rose namun seseorang tak sengaja menjatuhkan barang tepat didepannya membuat ia segera membantu orang tersebut.

"Terimakasih," ujar gadis itu dengan wajah berbinar membuat tanda tanya tersirat dalam tatapan Chanyeol.

"Ah perkenalkan aku—" gadis itu menggantungkan kalimatnya, menggantinya dengan kata lain.

"Apakah kau mengingatku, oppa?" Chanyeol menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau begitu, kuharap kau bisa mengingatku. Sampai jumpa!" ujarnya dan segera pergi menyisakan tanya dalam benak chanyeol.

Chanyeol kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang rawat Rose. Rose sudah bisa dijenguk.

Chanyeol mendudukkan badannya dikursi sebelah tempat terbaringnya Rose. Dengan alat medis yang memenuhi tubuh gadis itu yang menandakan keadaannya sudah sangat parah.

Tangan besar Chanyeol perlahan lahan mulai menggenggam tangan gadis itu yang tertempel selang infus. Kini bukan khayalan indahnya tapi kenyataan pahitnya. Air matanya turun begitu saja. Tak kuasa menahan itu semua.

Chanyeol tertunduk masih sambil menggenggam tangan gadinya. Tangisannya pecah di ruangan itu. Menyesali perbuatannya selama ini. Ingatannya yang belum sepenuhnya pulih menambah kesedihan didalam benaknya.

"Chaeyoung-ah, ireona aku akan mendengarkan semua penjelasanmu disini meskipun aku telah memahami hal itu. Memang terlambat tapi.." Chanyeol tak kuasa meneruskan ucapannya.

Tepat dipintu ruangan yang setengahnya kaca. Dua orang berlawan jenis terlihat memantau mereka.

"Kau yakin ingin membunuh gadis itu?" tanya sang pria yang dibalas dengan anggukan serta smirk.

Pria itu mengernyitkan kening sebelum berucap. "Chanyeol ada disisinya. Bagaimana kau bisa yakin ingin membunuh gadis itu?"

"Chanyeol bahkan tidak mengingatku bodoh. Dan kurasa Chanyeol juga tidak mengingatmu. Meskipun pria itu bodoh tapi aku tetap akan selalu mencintainya. Seharusnya saat itu kau lumpuhkan saja kakinya. Atau kau bikin gadis itu terbentur keras juga."

"Tapi aku yakin, nasib baik tidak akan menghampiri gadis itu dua kali. Kini biar aku yang memberinya nasib buruk sebagai tanda perpisahan."

~To be Continue~

Haha. Bisa juga ya aku selesain chapter ini huhu:( kemaren kena writer block guys. Ide ku mampet ga jalan selama berbulan bulan. Tugas juga menghujani ku gaes. Aku bukan sok sibuk tapi beneran lagi sibuk nugas online pusyeng aing teh.

Spam komennya dong guys! semangatin aku juga jangan lupa😘
Emang banyak maunya ya penulis satu ini 😇

FOR LIFE || Chanrosè (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang