Chapter 2 : MPLS (2)

78 11 0
                                    

Suara itu terdengar dari belakang. Dan otomatis, aku menunduk dan jongkok. "Kamu kenapa?"

"Huh, kang. Aku kaget."

"Ahaha, konyol banget sih. Sini, aku antar lagi." Ia memasang muka 'kawaii' nya.

"Boleh?"

"Iyalah. Mau gak? Atau mau naik angkot? Nanti dihipnotis gimana, hayo?"

Mampus! 'Tolak jangan? Ahh, rumit..'

"Nih, helm. Ayo cepat naik."

Dan ya, alhasil, aku pulang dengannya lagi. Selama perjalanan, hening yang kurasa. Suara motor, klakson mobil, ibu-ibu yang sedang belanja, suara bel sepeda, bahkan anak kecil berlari pun terdengar jelas. Aku hanya melihat pemandangan, dan dia fokus menyetir. Sampai akhirnya suasana hening tadi pecah dengan sebuah pertanyaan. "Kamu, betah di sekolah baru?"

Deg!

'Apa? Bagaimana aku menjawabnya?!'

"Umm, gatau sih. Nanti setelah lama baru tahu."

"Bener juga, ya.. Ah bentar." Ia membelokkan stir nya ke minimarket.

"Akang ingin beli sesuatu, gapapa, kan?"

"Iya. Aku juga kebetulan harus ada yang dibeli." Ia tersenyum dan langsung berbalik arah menuju pintu.

Salah satu incaran ku tiap pergi ke minimarket, atau supermarket sekalipun, ialah makanan. Aku paling suka makanan ringan, susu UHT, yoghurt, dengan nori.

'Yosh, persediaan seminggu ini udah ada.'

"Sudah?" Tiba-tiba ia muncul di hadapanku. Aku mengangguk. Kami segera pergi ke kasir.

Setelah itu? Ya kami pergi ke rumah. Dengan barang belanja yang banyak, membuat Ibuku bingung. Tanpa sadar, ia lupa siapa orang yang mengantarkan ku ke rumah.

"Banyak banget. Beli sendiri?"

"Iyalah."

Aku berbalik, dan membungkukkan badan. "Ari- eh, terima kasih." Jawaban darinya hanya senyuman.

Seakan baru sadar dari pertanyaan nya, ia baru menanyakan hal itu. "Dia siapa?"

Orang yang ditanya pun, langsung menghilang.

"Eh? Kemana orangnya?"

"Entahlah.. Ayo bu, masuk."

'Begonya aku. Sampai lupa nanya nama. Bodo lah.'
***

Hari ketiga. Hari terakhir MPLS. Jadwal nya hanya Demonstrasi Ekstrakurikuler. Dan pagi ini, entah jin apa yang memasuki pikiranku. Aku menjadi lebih bersemangat. Datang pagi-pagi buta, belum ada siapapun selain para panitia. Tapi, aku tidak melihat pemuda yang kemarin. Sudahlah.

"Hoy, pagi-pagi udah melongo aja lu!" ucap seseorang dari belakang. Spontan, aku langsung memasang gaya tangkisan ke depan mukanya. "Eh eh woi, gaakan gue bunuh lu! Santai bro, kalem."

"Huh, kirain siapa. Jangan ngagetin kali ah."

"Hahaha, lagian sih, lu pagi-pagi gini masang tatapan kosong gitu. Semangat dong, kayak gue."

"Semangat apaan? Ngagetin orang?"

"Ga lah! Nih, semangat buat belajar di sekolah!" Ia memamerkan wajah antusias nya.

"Hah, lu bisa aja."

"Udah mulai inget gue kan?"

"Iya, gue inget." Dia bener temen gue, yang dulu beda shift masuk. Jadi jarang banget buat ketemuan.

雨 (𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang