Chapter 4 : Information.

48 9 1
                                    

"Bulan Agustus, kalian akan menghadapi Camping Pendidikan Kepramukaan atau yang disingkat CPK. Informasi lebih lanjut akan disampaikan oleh kakak-kakak OSIS." ucap seorang guru di depan papan tulis.

Dia membuat tabel dengan spidol dan memberi nomor untuk tiap tabel. "Baiklah, siapa yang mengajukan menjadi ketua tiap regu?" lanjutnya. Sebagian orang mengacungkan tangan sambil berteriak menyebutkan nama masing-masing.

"Karena banyak yang mengajukan, silahkan Ketua Murid kedepan dan memilih siapa yang pantas menjadi ketua regu." Ketua itu pun dengan gugup jalan ke depan dan menunduk. Ia melihatku dan langsung menunjukkan telunjuknya ke arah bangkuku. "Kamu aja."

'Maap maap ae ni ye, gue gamau asli. Gue gatau apa-apa.' batinku. Aku menggelengkan kepala tanda menolak.

"Kamu sudah terpilih, jadi jangan mengelak. Tempatkan namanya di Regu Sakura." ucap bapak satu ini.

'Ini sekolah apaan dah? Main serobot ae perasaan.'

"Woi, napa?" tegur temanku dari samping.

"Gaaaaaa, gapapa."

"Klo lu gapapa, napa ngomong 'ga' nya panjang banget? Trus, bengong lagi."

"Ya bebas lah gimana gue. Dah ah, mau bengong lagi gue. Lu jangan ganggu." ucapku sambil menopang dagu.

"Yeu, bengong mulu. Kesurupan baru tau rasa lu."

"Hush, jangan sompral lah."
***

Setelah selesai semua terpilih dan memilih, kami belajar seperti biasa. Bel sekolah berbunyi, kami keluar untuk istirahat. Aku selalu disiapkan bekal nasi oleh Ibu. Karena lebih baik membawa bekal sendiri daripada jajan yang tidak sehat.

"Eh, elu. Bawa bekel juga?" tanya seseorang yang suaranya, sepertinya ku kenal. Aku menoleh dan terkejut. "Ehe, Res. Kemarin kemana? Kok pas MPLS lu gaada?"

"Gue pergi ke Jakarta. Gatau nih, acara keluarga." sahutnya sambil mengeluarkan mistingnya.

"Bawa bekel nasi juga?" tanyaku.

"Iya. Gue emang kayak gini sejak SD." Aku mengangguk dan mulai memakan nasi.

"Halo!" sapa seseorang, dan..

"UHUKK, UHUK!!"

'Asli ini, gue keselek.'

"Eh? Loh? Lu kenapa?" Ressha yang sedang ada di sebelahku pun mulai panik. "Uohok, uhuk, udah udah, gue gapapa."

"Kamu gapapa?" Seseorang melihatku dari atas dengan tatapan yang kasihan. "Eh, Karis. Bikin kaget aja." jawabku sambil membersihkan mulut.

"Emm maaf ya."

"Da-iyaiya gapapa." Aku hanya tersenyum dan menanyakan sesuatu. "Ada apa Karis kesini?"

"Akang mau ngobrol sebentar boleh?"

"Nanti aja pulangnya, gapapa?"

"Okelah. Akang tunggu." Ia langsung menghilang dari hadapanku. Sedangkan, seseorang yang sedari tadi menemaniku di sebelah 'terpesona' melihat makhluk tadi berbicara.

"I-itu ketos ya?" tanyanya yang, sepertinya ia tidak sadarkan diri.

"Hah? Ketos? Ketua OSIS maksudnya?"

"Ho-hooh.."

"Maybe. Bisa aja sih." Aku melihatnya dan.. mukanya memerah.

"Lu napa dah?"

"Ganteng banget woiii, naksir gue sama dia!"

"Naksir? Sama yang gituan? HAHAHA! Gila lu ya?"

"Napa si lu? Iri ya?" balasnya.

雨 (𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang