*lagunya bole sambil diputer hehe~
.
Walaupun mimpi terasa jauh,
Oh ingatlah sesuatu.
Ku akan selalu,
Jadi sayap pelindungmu.
***"Udah subuh hei bangun semuaa." teriakku sambil memukul-mukul piring memakai sendok. Suara ayam berkokok tidak tahu dimana membangunkan ku. Adzan terdengar dimana-mana. Segera ku pergi ke toilet untuk wudhu dan cuci muka.
BRAKK!
"Duh, kalau jalan liat-liat dong, ketabrak nih.." sahut pria yang menabrak ku.
"Kamu gapapa kan?" Aku menggelengkan kepala dan langsung pergi kembali ke tenda.
"Karis? Yang tadi Karis bukan?"
***Hari kedua, memang hari yang paling melelahkan. Aku tidak tahu lagi apa yang harus dikatakan. Sangat sangat lelah. Dalam waktu beberapa jam saja, badanku telah dibuat remuk oleh panitia.
Akhirnya, aku memutuskan untuk memasak mie instan ketika yang lain pergi menikmati wahana di sebrang sana. Dan lanjut mencuci piring bekas makan. Haha tumben rajin sekali.
"Dor." Aku langsung memegang kedua telingaku dan menutup mata.
"Iya, ngagetin aja terus!" teriakku. Tidak salah lagi, yang dibelakang ku hanya Karis. Lalu ia duduk tepat di sampingku dan ikut melihatku memasak mie.
"Ngapain disini?" tanyaku.
"Gatau, iseng aja. Kenapa? Gaboleh? Yaudah."
"Eh iya, jangan pergi-eh"
'Lah kok? Jadi salah ngomong gini?'
"Iya, asalkan aku juga buatin mie nya yah. Nih." Ia menyodorkan mie instan juga padaku. Aku pun melanjutkan kegiatanku, ditemani oleh tatapannya.
"Itu matanya, bisa merem gak sih?" tanyaku risih.
"Gabisa."
"Kenapa?"
"Gapapa."
'Ngeselin amat ni orang.'
'Untung sayang, eh sabar.'
Setelah aku menaruh mie di mangkuk, seseorang datang dan nyaris membuatku terkejut kembali. Kang Levi datang dan memanggil Karis untuk segera pergi ke tempat panitia.
"Ini kagok, lagi dibuatin mie." jawabnya secara singkat.
"Eh, itu dipanggil. Apel terus ya sama calon kabogoh."
Deg!
'Hah? Apa tadi? Ga salah denger? Eh jangan halu, jangan halu!'
"Calon kabogoh? Ih, maaf ya kang. Aku gaboleh kabogoh-kabogoh gitu kata ibu aku."
"Bobogohan kali."
"Nah iya itu." Aku sedikit menundukkan kepala karena malu. Yakali kabogoh-kabogoh. Hadeuh kacau.
Beberapa saat kemudian, mie untuk Karis pun jadi. Wajah kelaparan Karis pun seakan menghilang. Ia makan dengan sangat lahap. Aku kebingungan dan ia tersedak.
"Nih, air. Bisa ga makan nya ga buru-buru gitu? Keselek kan jadinya." ucapku sambil menyodorkan air putih.
"Iya ni-uhuk, mie nya enak. Kamu buatnya kayak di warteg-warteg." sahutnya sambil tertawa kecil.
"Emang aku ini mba-mba warteg ya? Jauh gini beda. Terus kan, emang rasa mie kayak gitu!"
Aku berbalik, memasang wajah masam. Dari firasatku, ia tersenyum. Memegang pundakku dan berkata ...
KAMU SEDANG MEMBACA
雨 (𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧)
Roman pour Adolescents[SLOW UPDATE] Hujan. Bagiku, ini hanya sapaan rindu. Yang datang tanpa diminta, dan pergi tanpa kata-kata. Mungkinkah ku bisa, merangkai sebuah kalimat. Agar kau tahu bahwa, sebenarnya.. aku merindukan nya? Sedikit rumit bagimu. Tetapi cukup mudah b...