Karis.
"Zen, mau nonton gak?"
08.00Pesan singkat itu muncul di layar permukaan handphone ku. Dengan cepat, aku membuka dan membalas pesannya.
Me.
"Nonton apa?"
08.01Karis.
"Film yang lagi rame aja ya. Aku tunggu jam 11, nanti aku dateng ke rumah kok. See u babe :*"
08.03Semenjak kejadian di taman, Karis mulai semakin romantis dan, alay. Pfftt.
Aku pun menyiapkan barang yang perlu ku bawa untuk disana, bersiap-siap mandi dan makan. Sejujurnya, aku belum pernah pergi ke bioskop bersama orang lain, dan ini baru pertamakali nya di hidupku, bersama orang yang ku sayangi.
Tas kecil dengan warna yang gelap membuatnya serasi dengan pakaianku. Pashmina hitam dengan gamis abu-abu membuat semuanya terasa lucu, bahkan dengan sendal gunung khusus wanita dan kacamata bulat. Aku menunggu cantik di teras rumah. Aku membayangkan, apa yang akan terjadi di sana.
Pip, pip!
Suara klakson itu mengagetkan ku saat sedang melamun. Karis tertawa melihatku memasang wajah kaget. Ia langsung menarikku ke pelukannya.
"Kok kaget, sih? Kayak ketemu hantu aja," sahut Karis.
"Lagi bengong malah dikagetin. Humh, mau ngambek aja." ucapku.
"Yaudah kalau ngambek, gajadi deh nontonnya."
"Ish iya deh, iya. Aku gak ngambek nih, liat!" Aku memaksakan bibirku untuk melengkung ke atas, dan menutupi mataku.
Karis pun mengelus-elus kepalaku lembut, dan mencium keningku, tanda ia sangat sayang padaku, katanya. Ibu pun mendekati kami, dan berpamitan.
"Hati-hati ya. Karis, jaga Zen baik-baik. Jangan sampai nangis, lho. Zen juga, jangan terlalu repotin Karis, ya. Inget, jangan macem-macem disana."
"Siap, bu bos!" sahut kami bersamaan.
***"Zen, tahu gak?"
"Gak mau, aku gak mood makan tahu."
"Bukan ish!" Karis membentakku pelan.
"Kenapa kalau jalan-jalan sendiri resiko masuk anginnya lebih tinggi?"
Aku terdiam sejenak. Bahkan orang yang berboncengan dengan yang sendiri sama saja, ujung-ujungnya minta dikerokin. "Gatau, kenapa tuh?"
"Karena gaada perlindungan di depan sama di belakang." Karis tersenyum.
"Hah? Gimana?"
"Jadi gini, kalau sendiri, di depan bakal kena angin kenceng, dan di belakang juga sama. Coba kalau sama pacar, belakang dipeluk, depan dijaga." Ia tertawa lepas.
"Iya, gimana Karis aja. Aku mah bagian ngeiyain."
Beberapa kemacetan kami lewati secara perlahan. Ia akan menjaga kecepatan motor, karena ia tahu bahwa aku tidak suka diajak ngebut. Aku memeluknya secara pelan, dan mungkin memang terasa sedikit hangat.
"Ekhem.. jadinya meluk nih?" goda Karis sambil tertawa.
"Ih, ya ampun. Tangan nakal banget sih ah."
"Gausah ngelak juga kali, mau peluk yaa tinggal peluk aja." ucapnya membuat jantungku berdegup kencang.
Aku berusaha memeluknya dari belakang, menatap sendu wajahnya, sambil bergumam, "Kau ciptaan Tuhan yang terbaik untukku."
"Nah, udah sampai. Turun dulu, tunggu sana nanti aku nyusul. Mau parkir motor." Aku menganggukkan kepala dan berjalan pelan ke arah yang ditunjuk nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
雨 (𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧)
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Hujan. Bagiku, ini hanya sapaan rindu. Yang datang tanpa diminta, dan pergi tanpa kata-kata. Mungkinkah ku bisa, merangkai sebuah kalimat. Agar kau tahu bahwa, sebenarnya.. aku merindukan nya? Sedikit rumit bagimu. Tetapi cukup mudah b...