Chapter 12 : Disruption.

35 5 5
                                    

Hari ini, pemilihan LDK dimulai. Aku terpilih menjadi salah satu peserta nya. Tidak banyak, hanya 40 orang. Ada di sekolah, dan ada juga yang di luar sekolah. 3 hari aku mengikuti kegiatan di sekolah, dan tidak ada kesannya sama sekali, karena kami saling sibuk.

Akhirnya, kegiatan kami di luar sekolah pun, dimulai. Kami pergi ke suatu tempat yang pemandangan nya sangat indah. Entah apa yang harus ku katakan, tapi suasana ini mengingatkan ku pada sebuah film favorit ku;Twilight.

Saat Edward dan Bella berbaring, saling menatap dengan posisi tubuh yang sejajar. Bunga lavender mengelilingi kedua sejoli itu. Mereka tersenyum, tertawa, bahkan membagi cerita di tempat yang indah itu. Aku melihat pemandangan saat ini, seperti di scene film itu, yah, walau aku tidak bersama 'Edward' ku sekarang.

Upacara pembukaan dimulai. Semua berjalan dengan lancar, kecuali aku. Tiba-tiba saja, aku pingsan. Aku dibawa oleh kakak-kakak ke barak yang ada di sebelah lapangan. Kayu putih, teh hangat menjadi temanku. Setelah aku sadar, aku melirik sedikit ke arah lapangan, dan aku mendapati wajah Karis yang begitu khawatir, entah karena masalahnya atau karena aku.

Setelah selesai, teman-teman regu mengelilingiku dan bertanya-tanya. "Aku belum sempat sarapan, jadi tenang aja yah guys."

Karis melihatku dari luar, dan memberikan senyuman, sesuatu yang sangat berharga bagiku. Seketika, semangat darinya mengalahkan rasa sakit. Aku pulih dalam beberapa menit. Dan akhirnya, aku bisa mengikuti kegiatan.

Hari kedua, ketika kami mengikuti kegiatan outbound. Ini adalah hal yang ditunggu-tunggu setiap orang. Kami berbaris sesuai regu dan mulai berjalan. Jalan itu sedikit curam, karena telah dibasahi oleh hujan ringan tadi malam.

Karena tinggi badanku tinggi, aku berjalan paling akhir, dan regu ku adalah regu yang terakhir. Otomatis, ujung ekornya adalah aku. Dan para panitia mengikuti kami dari belakang. Tepat dibelakang ku, ada dia;Karis.

Mungkin karena dia bertugas sebagai pemandu, dia membawa speaker putih yang dikalungkan ke lehernya. Berdampingan seperti ini rasanya, aneh. Walau sebenarnya, wajah ku terlihat merah akibat malu. Dan ia tidak sendiri, ia ditemani oleh sahabat perempuannya, Kak Fisa.

Duh, ribet ya. Orang yang disuka malah punya banyak sahabat cewek :') .

"Test, test." Suara itu memekikkan telingaku. Bagaimana tidak? Ia dengan sengaja menaruh speaker nya tepat di depan telinga sebelah kananku.

"Ih kang, sakit telinga nih."

"Biarin, kan sengaja."

Aku berjalan cepat dan menyalip beberapa temanku yang ada di depan. Tapi nihil, mereka malah marah-marah dan menyuruhku kembali ke tempat asal.

"Tuh kan, makanya jangan jauh-jauh dari orang ganteng."

"Apasih, ganggu mulu." teriakku tak kalah.

Guru pemandu terus berbicara, tidak lupa dengan ucapan 'hati-hati'. Kami melewati sebuah parit yang lumayan besar, dengan air yang jernih. Sepertinya, kawasan ini memang sangat terjaga alamnya.

"Tahu bulat~ Digoreng~ Di mobil~ Dina katel~" Karis menyanyikan lagu 'fenomenal' itu.

"DADAKAN! BERISIK WOI!" Dengan tidak sengaja, aku berteriak ke arah Karis. Sontak, para panitia yang lain menatapku heran.

"Udah, Ris. Kasian tuh cewek, lagi jalan sampai serius gitu malah diganggu." bela temannya, Kang Diga.

"Lagian lucu sih ekspresinya, haha." jawabnya dengan tampang yang tak berdosa.

'Sebentar, akang ini.. kayaknya pernah lihat. Oh, dia yang waktu menabrak ku di sekolah. Dia OSIS juga? Hufh, tidak peduli aku.' batinku sambil menatap Kang Diga lekat-lekat.

雨 (𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang