Aku terkejut mendapati teriakan dari Ka Lisa tepat ditelingaku. "Dek, bangun! Sudah jam empat lewat dua menit. Sebentar lagi masuk waktu imsak!"
Dia menarik tanagnku agar segera bangkit dari kasur, dan membantunya menyiapkan makan sahur. Maklum Ayah dan Ibu sedang pergi ke luar kota mengurus pekerjaan kantor.
"Ya, Tuhan, Dek! Kaka lupa masak nasi tadi malem?"
Yang awalnya aku hanya bermalas-malasan untuk membantunya menyiapkan makanan, kini sontak aku bersemangat mencari bahan makanan yang cukup kenyang untuk sahur. Karena jika masak nasi, waktu tidak akan merestui nasinya matang dalam waktu lima belas menit.
Kak Lisa, segera memasak dua porsi mie rebus campur telur. Sedangkan aku menmbuat dua gelas minuman susu hangat.
"MasyaAllah, gasnya abis, Dek? ..."
Mienya masih teramat keras, karena baru saja dimasukan kedalam panci. Kami kebingungan, di kulkas tidak ada makanan, hanya ada satu butir telur ayam rebus.
"Yasudah, Kak, telurnya kita bagi dua saja ya? Semoga puasa kita besok bisa full sampai maghrib?"
Dengan, senyum menenangkan Kak Lisa, mengangguk. Seketika aku ingat pada ibu, biasanya ibu yang selalu menyiapkan makan sahur dan ayah, yang rajin membangunkanku tepat saat makanan sudah tertata rapi di meja.
Aku baru sadar selama ini aku tidak menghargai kerja keras ayah dan ibu, mereka melakukan semuanya untuk aku dan Kak Lisa, tapi, kami sulit sekali untuk menyadari ketulusannya.
"Ibu, ayah, cepet pulang, Aku kangen..."
Kak, lisa memeluku, seakan dia mengerti apa yang aku pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Ramadhan
Short StoryProjek story 30hari Ramadhan tentang indahnya Ramadhan yang hanya bisa di rasakan sekali dalam setahun. Aku adalah cahaya, yang menyinari setiap gelapnya lara. Aku adalah cinta yang akan mendatangkan kebahagiaan bagi setiap yang merasakannya. Dan T...