Twenty : I'm Sorry

234 30 9
                                    

"Maafkan aku, aku tahu kau akan terluka jika bersamaku.

Tapi aku tidak bisa menjauhimu.

Karena aku mencintaimu, gadisku."


— Miracle Of 101 Days —


Saat ini, Jirae sedang berada di perpustakaan. Kali ini dia tidak ditemani oleh Yena maupun Minjoo seperti biasa, kedua temannya itu sedang mengikuti ekstrakulikuler dance.

Dia terlihat sedang mencari sebuah buku. Dia melihat ke beberapa rak buku, nampaknya dia sedikit mencari buku tersebut di antara tumpukan ratusan buku lainnya yang terpajang.

Namun ada yang berbeda buku yang dia cari saat ini. Dia mencari buku fiksi seperti novel. Sangat jarang dia membaca buku semacam fiksi dan kali ini dia ingin membaca buku tersebut. Bukannya itu terdengar aneh.

Sudah sekian lama dia mencari, akhirnya gadis itu menemukan buku yang dia cari. Namun sepertinya dia sedikit kesulitan mengambil buku tersebut, karena jaraknya berada di rak yang paling atas. Dia bersumpah pada siapa saja yang menaruh buku di atas sana, dia akan memarahi orang tersebut.

Dia masih berusaha mengambil buku tersebut, menggunakan tangga atau bangku juga sepertinya percuma, karena gadis itu tidak menemukan benda semacam itu di dekatnya.

Saat gadis itu hampir meraihnya dengan cara menjinjit, tiba-tiba saja ada seseorang yang mengambil buku tersebut. Dia berbalik untuk melihat siapa orang tersebut, dia tercengang saat tahu siapa orang tersebut.

"Kau, ingin membaca buku ini?" tanya seseorang itu.

Gadis itu masih terdiam mendengar jawaban orang tersebut. Kilasan kejadian kemarin masih terngiang di ingatannya. Bagaimana sikap orang itu, sikap kasar yang sangat berbeda dengan yang dia lihat saat ini.

Dia adalah Guanlin.

Jirae sangat ingat sekali, saat pemuda itu berkelahi dengan Hyunjoon dengan angkuh. Bahkan sampai tidak sengaja mendorongnya hingga terjatuh dan sikap pemuda itu tidak terlihat perduli sama sekali dengan keadaannya.

Dan saat ini pemuda itu kembali muncul di hadapannya? Rasanya dia ingin mengusir orang di depannya ini, segera.

Terlebih jarak di antara mereka sangat dekat, karena memang ruang di antara dua rak yang berhadap ini sangat sempit. Membuat gadis itu menahan napas sejenak.

"Jirae, aku sedang bertanya padamu, apa kau tidak mendengarnya?" tanya pemuda itu lagi, kali ini dengan nada bicara yang lebih lembut.

"Apa yang kau lakukan? Menyingkir dari hadapanku sekarang!"

Raut wajah pemuda itu terlihat menyesal. Dia masih ingat sekali, bagaimana sikapnya pada gadis itu. Pasti gadis itu masih sangat marah padanya.

"Kumohon, untuk kejadian kemarin, tolong maafkan aku. A-aku, tanpa sengaja bersikap kasar padamu. Maaf." Ada nada penyesalan yang di dengar oleh Jirae dari pemuda itu. Namun gadis itu enggan menanggapinya.

"Jika kau ingin membaca buku ini, ambil saja, aku tidak membutuhkannya lagi." Jirae langsung melangkah pergi meninggalkan pemuda tersebut.

Namun langkahnya terhenti ketika pemuda itu kembali berbicara.

"Kebahagiaan bukanlah suatu hal yang bisa kau nikmati seorang diri, tetapi sebuah kebahagiaan harus kau rasakan bersama orang-orang yang juga kau sayangi. Maka dari itu, berbahagialah untuk diriku, maka aku juga akan bahagia untukmu. The Origin Of Love, halaman 138, alinea keempat, ada kalimat seperti itu bukan?"

Miracle Of 101 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang