Four : Ignored

466 67 4
                                    

"Sudah sejak lama aku ingin mengenalmu lebih dekat.

Akan tetapi, kau terlihat acuh dan mengabaikanku."


— Miracle Of 101 Days —


Renjun sudah bergegas untuk berangkat ke sekolah. Setelah memakai seragam dan tas sekolahnya, dia langsung turun dari kamarnya dan sarapan di ruang makan.

Sebelumya dia tidak pernah merasakan sarapan pagi di rumah. Hanya berbekal sebungkus roti dan sekotak susu, lalu berangkat. Pagi-pagi sekali Ibunya pasti sudah berangkat sekolah, membuat dirinya malas menghabiskan sarapannya di rumah dan memilih memakannya saat di sekolah, tepatnya di taman belakang.

Tetapi yang terjadi sekarang sangatlah berbeda. Dia duduk di meja makan panjang bersama Ibu dan Ayah Guanlin. Benar-benar hal yang tidak pernah terjadi padanya sebelumnya.

"Bagaimana dengan sekolahmu? Apa kau mengalami kesulitan?" tiba-tiba saja Ibu Guanlin bertanya padanya, memecah keheningan.

"Iya Eomma, baik. Teman-teman sangat baik dan mau membantuku."

"Kalau begitu, baguslah." ucap Ibu Guanlin lagi sembari mengelus lembut rambut yang dia anggap anak kandungnya.

"Sebaiknya kau segera menghabiskan makananmu dan berangkat ke sekolah. Jangan berbicara saat makan, nanti kau tersedak." ucap sang Ayah Guanlin, mengingatkan. Di keluarga ini memang ada tata krama untuk tidak berbicara sembari makan.

"Baiklah, A-appa ...." balas Renjun sedikit kaku, karena sebelumnya dia tidak pernah memanggil Ayah kandungnya dengan sebutan 'Appa'. Dia lebih sering memanggil Ayahnya dengan sebutan 'pria tidak bertanggung jawab'.

Setelah percakapan singkat, Renjun segera menyelesaikan makannya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Renjun sudah berada di depan rumah menunggu mobil yang akan mengantarnya. Bagi Renjun tempat ini lebih seperti lobby mall sangking luasnya. Sedikit berlebihan memang, namun kenyataannya memang seperti itu.

Saat mobilnya sudah datang, baru saja dia akan masuk, tiba-tiba Ibu Guanlin kembali berbicara.

"Hati-hati yah di jalan, Lin. Hari ini kau jemput Jirae yah. Karena Ayahnya tidak bisa mengantar."

Tepat. Renjun memang ingin menemui gadis itu dan bertanya tentang mengapa sikap Jirae sangat acuh pada Guanlin. Menurutnya, memulai percakapan saat pagi hari akan lebih menyenangkan dilakukan daripada di waktu siang hari. Entah itu hanya menurut persepsi Renjun atau apalah.

Renjun hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Tidak ada yang melihat, senyum tipis yang terpancar di wajahnya.

...

Di sepanjang perjalanan ke rumah Jirae, Renjun hanya sibuk untuk memikirkan, kata-kata apa yang harus dia ucapkan. Rasanya lebih canggung daripada pada saat dia menolong Jirae beberapa waktu yang lalu, saat pertama kalinya mereka menjadi teman.

Lamunannya membuatnya tidak sadar jika mereka sudah sampai di depan rumah Jirae. Sungguh, jantung Renjun seperti akan meledak karena sangking cepatnya berdetak.

Pemuda itu melihat gadis itu sedang menunggu di depan gerbang rumahnya dan segera masuk ke dalam mobil.

"Oh ... annyeong," sapa Renjun begitu Jirae sudah duduk di sampingnya.

Tak ada balasan, gadis itu hanya memandangnya malas, lalu membuang wajah ke arah lain.

Apa-apaan ini? Mengapa sikap gadis itu sangat acuh padanya?

Miracle Of 101 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang