Fifteen : A Lost Diary

244 34 9
                                    

"Ada begitu banya hal yang mungkin tidak aku ketahui.

Tentang fakta arti semua kejadian yang sedang terjadi.

Dalam kehidupan rumit yang sedang kualami."


— Miracle Of 101 Days —


"Di mana buku diaryku?" tanya Renjun pada dirinya sendiri.

Berkali-kali dia mencoba mencari buku tersebut di segala tempat di kamarnya, namun dia sepertinya tidak menemukan letak buku tersebut. Seingatnya, dia selalu membawa buku itu bersamanya. Bahkan saat terakhir dia melihat buku itu di sekolah, Renjun yakin, jika dia sudah membawa buku tersebut. Namun saat sampai di rumah, dia tidak bisa menemukan buku tersebut di manapun.

Mungkin bagi sebagian orang, buku tersebut tidak artinya bagi mereka. Tetapi bagi Renjun, buku tersebut ialah teman dalam hidupnya selama ini. Teman yang selalu menemaninya di kala dia sendiri. Saksi bisu yang melihat, bagaimana ketidakadilan yang selama ini Renjun alami di dalam hidupnya. Kehilangan buku tersebut, sama saja dia kehilangan separuh dari jiwanya.

Berkali-kali dia menghardik dirinya sendiri dengan kebodohnya, karena telah ceroboh meletakkan benda penting itu.

Bagaimana jika buku itu sampai ke tangan orang lain, atau paling tidak, buku itu dibuang begitu saja bagai ronsokkan tak berguna?

Renjun tidak bisa membayangkan akan seperti apa nasib buku diarynya itu. Tergiling dengan mesin besar hingga hancur berkeping-keping? Oh tidak, Renjun tidak ingin itu terjadi.

Dia masih saja terus mencari, tidak perduli kamarnya akan sangat berantakkan karena itu. Toh, dia masih bisa membereskannya lagi, bukan?

Saat sedang sibuk mencari buku diarynya, Renjun tidak sadar jika ada sesosok yang tiba-tiba datang dan berdiri di sampingnya.

"Kau sedang mencari apa?"

Renjun tentu saja terkejut saat tiba-tiba ada yang berbicara dengannya.

"Astaga Hyung, kupikir siapa. Mengagetkan saja," katanya langsung menoleh pada sosok tersebut. Ternyata dia adalah grim reapernya.

"Hyung?" tanya grim reaper tersebut bingung.

"Iya, karena kita sudah sering bertemu dan saling akrab. Tak apa 'kan aku memanggilmu Hyung?" tanya Renjun lebih seperti meminta izin.

"Seterah kau sajalah."

Sejujurnya sang grim reapernya tidak menyangka dengan panggilan 'Hyung' yang Renjun layangkan padanya. Jika pemuda itu memanggilnya seperti itu, bukankah artinya Renjun sudah menganggap dirinya sebagai kakaknya atau teman dekatnya, padahal tugasnya di sini untuk mencabut nyawanya.

Aneh, namun sedikit menyentuh.

Tiba-tiba Renjun kembali berbicara, membuat sang grim reaper kembali menoleh pada pemuda itu.

"Ngomong-ngomong Hyung, kenapa baru muncul lagi sekarang? Kemarin ke mana saja?" tanya Renjun lagi.

"Sudah kukatakan 'kan, aku ini sibuk. Tidak seperti dirimu yang kelewat santai," balas grim reaper itu dengan sombong.

Renjun hanya membalas dengan mendecih pelan.

Mengabaikan grim reapernya, Renjun kembali pada fokus utamanya yaitu mencari buku diarynya yang menghilang.

Miracle Of 101 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang