part 3 : Salam kenal, Alza :')

1.1K 160 18
                                    

Hellooooo, gengs..

Apa kabar? Lama tak jumpa di lapak ini hehe..

Akhirnya aku punya mood nulis lagi v: doakan aku supaya lancar terus yaa...

Maap pendek :v nanti aku usahakan lebih panjang yaa

Maapz alur nya seperti ini, tapi nanti bahagia kok hehehe doakan doakan wkwk

Happy reading

********

"Pada kenyataannya, aku masih mencintaimu dengan sangat. Walaupun kamu melupakan aku."

~Alisia_Kim~

*****

"ALZA!"

Yuki berteriak sembari melebarkan matanya terkejut. Keringat bercucuran dan nafas memburu.

"Mimpi?" Gumam Yuki dengan nada ketakutan.

Ia mengedarkan pandangannya, dan menyadari kalau sekarang ia sedang berada di kamarnya.

Mimpi itu terus menghantuinya hingga sebulan ini. Yapz, mimpi Yuki sebenarnya adalah kenyataan sebulan yang lalu.

Alza, orang yang pernah mengisi hatinya telah lupa padanya. Itu semua karena hipnoterapi sebulan yang lalu.

Yuki tahu semuanya, dan ia enggan mendekati Alza lagi. Bukan karena ia tak memaafkan Alza. Yuki tak bisa memaafkan dirinya sendiri kalau ia masih mendekati Alza.

Menurut Yuki, hubungan mereka dulu adalah toxic, atau Racun. Alza terlalu mencintainya hingga seperti cinta gila.

Dan Yuki tahu itu kebodohan, Yuki tak mau Alza mengalami kebodohan.

Pada akhirnya, Yuki membiarkan Alza melupakannya. Setelah ia mendapat persetujuan dari mami Lezma dan papi Jun.

Walaupun mereka tidak rela menantu kesayangan mereka berpisah. Tapi, itu harus.

Lalu, kalian tahu?

Hal itu adalah tindakan terbodoh Yuki selama hidupnya.

*******

Sekarang, Yuki bersiap untuk ke kampus barunya. Yuki memutuskan untuk melupakan kenangan buruk di Allyzone.

Ia juga memilih untuk menghapus kontak Lily dan Max. Biarkan mereka bahagia.

"Kak!!" Radit berteriak, sekarang juga ia sudah berkuliah di kampus yang sama dengannya.

Baru aja masuk, Radit sudah dapat banyak fans. Dari kakak tingkat sampai dosen muda. Entah pake pelet apa si Radit itu.

Lalu, sebagai kakak yang baik. Yuki memutuskan untuk berpura-pura manja. Demi menjauhkan jalang-jalang kampus dari adiknya.

Ewh kalau misalnya si Radit dapet jalang. Ogah Yuki dapet Adek ipar kek gitu. Minimal yang bisa bantu-bantu ia di rumah.

"Kak, ayo." Suara Radit membuyarkan lamunannya. Ia pun bergegas menuju lantai bawah.

******

"Kak, pokoknya kalau ada apa-apa kasih tau, tungguin aku juga kalau misalnya mau pulang. Kita harus bareng pulang pergi kalau misalnya gak ada kerkom! Wajib ngabarin!"

Yuki hanya manggut-manggut saja. Malas menanggapi ucapan Radit yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Setelah itu, ia berjalan menuju kelas barunya.

Begitu masuk, ia memilih untuk duduk di pojok. Sebenarnya, ia sudah ada di kelas ini 2 hari kemarin.

Disini, ia belum punya teman. Entah karena mereka ngiri dengan kecantikan Yuki atau memang mereka enggan berdekatan dengan Yuki.

Karena Yuki bersikap seperti es. Dingin dan tidak tersentuh.

Ia menutup rapat-rapat keramahannya karena takut mereka akan mengkhianatinya lagi.

"Btw, ketua kelas kita masuk kan hari ini?"

"Iya, kan dia habis diterapi. G-tiga kan dia? Ganteng ganteng gila?"

"Biarpun gila, tetep aja ganteng, sekseh, menggoda iman."

"Dari namanya aja udah maskulin gitu, Alza.."

Deg!

Yuki tidak mendengar lagi lanjutan ucapan itu. Telinganya serasa tertutup mendengar nama Alza.

Bukan, bukan Alza! Batin Yuki menolak.

Waktu terus berlalu, hingga dosen pun masuk. Hal itu membuat Yuki lega karena omongan cewek tadi hanya sekedar gosip.

Namun..

"Maaf, pak."

Deg!

Mata Yuki membulat sempurna ketika mendengar suara berat di pintu kelasnya.

"Al..Za," ucap Yuki pelan.

Jantungnya berdebar kencang, dan sesaat tatapan mereka bertemu. Lalu, buru-buru Yuki menundukkan pandangannya.

Yuki mendongak sedikit, dan baru menyadari kalau hanya bangku sebelah-nya yang kosong.

What the...

Ia berharap Alza tidak menyapanya. Eh tapi, kan Alza..

Dan benar saja, Alza seakan tak peduli dengan kehadiran Yuki. Sesuai keinginannya.

Entah kenapa, rasa sakit di hatinya kembali terbuka.

Padahal, harapannya sudah terkabul.

Tapi kenapa, malah rasa sakit yang menerpa? Bukan rasa bahagia?

******

Yuki hendak meminta file kepada salah satu dosen yang tadi. Akan tetapi, bukannya mendapatkan file itu malah ia mengetahui suatu fakta.

Kalau dosennya sudah memberikan file-nya pada ketua kelas. siapa lagi ketua kelasnya selain..

Alza Galih Vernand.

Memikirkan itu saja membuat Yuki sakit kepala.

Kenapa setiap Yuki memilih menjauh, Tuhan malah mendekatkan mereka.

Padahal, Yuki sudah memperkirakan kampus yang tidak akan menjadi pindahan Alza atau tempat yang Alza tidak berpikir untuk kesana.

Tapi ini...

Mau tak mau, Yuki mencoba mengirimkan pesan pada sang ketua kelas.

Ke nomor yang sudah Yuki sembunyikan Selama ini.

Ia harus berpura-pura tidak tahu Alza. Berpura-pura tidak mengenalinya.

Hingga..

"Salam kenal, Alza." Yuki membaca pesan yang baru saja ia kirimkan.

Air matanya jatuh, dadanya sesak, kepalanya pusing.

Kenapa sesakit ini?

Sementara itu, di lain tempat.

Alza menatap ponselnya dengan tatapan datar. Lalu, ia menggenggam ponselnya erat.

Tatapan yang bisa diartikan sebagai tatapan berpikir. Entah apa yang Alza pikirkan.

"Yuki.."

YukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang