part 13 : "Kenapa kamu pergi?"

545 82 50
                                    

Heywoooo....

Heywoooooooo....

Welcome back to Yuki's story...

Udah ah, jangan kebanyakan bacodd

Happy reading...

******

"Ketika kebenaran terungkap, apakah aku akan tersingkirkan dan digantikan olehnya?"

~Yuki

*********

Sebulan sejak saat itu....

Tidak ada hal yang berubah, Yuki masih saja dengan Alza. Masih berdekatan dengan Alza.

Namun, hari ini, entah kenapa Alza berubah.

Alza tidak menghubunginya, Alza tidak terlihat di kampus, Alza bahkan tidak menanyakannya.

Seakan-akan Alza hilang di telan bumi.

"Alza kemana?"

Dan tidak ada satupun yang bisa menjawab.

Sekarang, Yuki sedang duduk sendirian. Si kembar sedang pergi menyusul orang tuanya. Arvano juga sedang pergi bersama Bagas.

"Yuki."

Badan Yuki langsung kaku begitu mendengar panggilan dari sisi kanannya.

"Lama tak berjumpa."

Dan, Yuki mulai merasakan dinginnya besi di lehernya.

"Pi... Pisau?"

Lalu, wanita itu menutup mulut Yuki dengan sapu tangan yang sepertinya sudah diberi obat bius.

Yuki masih menguatkan matanya, seingatnya, obat bius itu butuh waktu lebih dari lima menit supaya korban pingsan.

Dan Yuki memutuskan untuk pura-pura pingsan sampai ia dibawa ke sebuah mobil.

Sebelum kesadarannya hilang, Yuki membuka aplikasi chatnya dan menekan akun secara acak.

"Siapapun... Tolong aku...," lirihnya sebelum kesadarannya mulai menghilang.

******

Alza mengerang di kamarnya. Sedari tadi kepalanya sakit. Seperti ada yang mencoba masuk ke dalam kepalanya.

Pertemuannya dengan wanita aneh tadi pagi membuat kepalanya berdenyut. Jujur, ia tidak tahu kenapa.

"Argh!" Alza mendorong meja hingga barang-barang di atasnya pun ikut berhamburan.

"Sakit!" teriak Alza tak tahan.

Mami serta papinya sedang berada di luar negeri tepatnya di New York. Mereka harus menangani perusahaan di sana.

Ponselnya berbunyi satu kali, dan Alza langsung mengeceknya. Namun, tidak ada apa-apa di sana.

Nomor pribadi lah yang menghubungi Alza tadi. Begitu ia menekan tombol kembali, terpampanglah foto Yuki.

"Yu... Yuki?" gumam Alza seraya menatap ponselnya, menampilkan wallpaper foto Yuki yang sedang tersenyum.

Pelan, sakit di kepalanya berangsur hilang. Ia sudah mulai tenang.

"Yuki, maaf aku tidak menghubungimu tadi."

Kemudian, Alza berdiri dan membereskan barang-barang yang tadi berhamburan di sekitarnya. Setelah itu, ia mengenakan jaket kulit kesayangannya dan mengambil ponselnya.

YukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang