part 5 : Kedatangan mahasiswa baru

869 143 23
                                    

Halllooo hallooo gengs

Update againnn...

Siapa yang menunggu Yuki?

Menunggu Yuki balikan apa Yuki udahan?

Happy reading...

*******

"Haruskah aku pergi dan menyerah kembali? Atau aku harus memperjuangkan cinta yang dulunya aku buang?"

~Yuki~

********

Di malam hari,

Yuki menggulingkan badannya ke kiri dan ke kanan sedari tadi. Ia gabut saudara-saudara.

Mau makan, tapi gak laper.

Mau tidur, tapi gak bisa bobo.

Mau gangguin Radit, adiknya lagi mode belajar. Mana bisa diganggu.

Mau chat Alza, tapi sadar kalau dia bukan siapa-siapa Alza.

Eh kok yang terakhirnya bikin sakit sih?

Bodoamat.

Padahal, tugas kuliah Yuki sudah numpuk mengingat dia pindahan dan untuk menutupi nilai yang kosong ia harus mengerjakan tugas itu.

"Minta bantuan Radit, dan duid papi juga beres." Yuki  menyeringai kala ia mau bertemu tenggat alias batas waktu.

Untuk kali ini Yuki bersyukur kalau ia memiliki adik yang jeniusnya gak kaleng-kaleng.

Pada akhirnya, Yuki memutuskan untuk mengganggu Radit saja. Biar dia istirahat.

Pelan, Yuki berjalan ke pintu kamar Radit. Kemudian, membuka pintunya pelan.

Di sana, Yuki melihat adiknya, Radit sedang berkutat dengan kertas kertas di meja belajarnya.

Ingin rasanya Yuki membakar kertas itu, kalau saja tidak mengkhawatirkan masa depan Radit.

Perlahan, Yuki mendekati Radit. Lalu, ia memeluk leher adiknya itu dan menyandarkan kepalanya di bahu lebar sang adik.

"Udah ih tidur, udah malem banget," lirih Yuki di telinga Radit.

Radit yang sedang menulis sesuatu di kertas folio terkejut begitu ada beban berat di bahunya dan hembusan udara hangat di leher dan telinganya.

"Kakak! Ih ngagetin aja."

Bukannya menepis, Radit malah menyamankan diri di pelukan Yuki. Sungguh, walaupun begini, rasanya nyaman.

"Dikit lagi, kak," ucap Radit.

Yuki mengecup pipi Radit, kemudian ia berbisik, "Kuliah mu kan siang, jangan diforsir malam ini."

Pada akhirnya, Radit menyerah. Kakaknya ini memang pemaksa ulung.

"Ya udah, sekarang kita tidur." Radit melepaskan pelukan kakaknya, dan membereskan peralatannya.

Radit menatap kakaknya yang malah mengikutinya ke ranjang. Bukan pergi ke kamarnya sendiri.

"Kak, ayo kembali ke kamarmu," ucap Radit ketika Yuki menduduki ranjangnya.

Yang diajak ngobrol hanya menaikkan bahunya acuh lalu ia menarik Radit dan memeluknya.

"Kakak, sebenarnya ... butuh pelukan." Yuki menyelusupkan kepalanya di dada bidang adiknya.

Sang adik hanya diam. Ia tahu, kakaknya sering seperti ini semenjak berpisahnya dia dengan iblis bucin itu.

YukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang