250 | awal pertemuan

1K 202 50
                                    

Bunga sakura adalah ciri khas mulainya tahun ajaran baru di Korea Selatan, tepatnya di SMA Starlim, Seoul. Kelopak-kelopaknya akan berguguran menghiasi jalanan menuju gedung kebanggaan SMA Starlim.

Seluk beluk sekolah terlihat ramai oleh para murid yang baru saja kembali ke sekolah. Baik murid baru maupun murid yang sudah lama menghuni SMA Starlim.

Seorang siswa kelas satu berjalan melewati lorong asrama sambil meneliti satu-persatu pintu kamar, mencari pintu dengan nomor kamar yang sesuai dengan nomor miliknya.

Langkahnya terhenti di depan sebuah kamar bernomor 250. Senyumnya mengembang. Akhirnya ia menemukan kamarnya.

Joo Changwook.

Pemilik kamar nomor 250 itu adalah lelaki bernama lengkap Joo Changwook.

Segera saja lelaki itu melangkah masuk ke dalam kamar setelah memastikan kamar itu benar-benar kamar yang akan digunakannya selama bersekolah di SMA Starlim.

Ruang kamar itu tidak besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Lebih besar dari kamar Changwook di rumah. Terdapat dua tempat tidur bertingkat, dua lemari sedang, empat meja dengan empat kursi ber-roda di sudut ruangan, sebuah cermin ukuran badan, dan satu pintu yang menghubungkan dengan kamar mandi kamar.

Changwook meletakkan kopernya. Ia berjalan menaiki tangga untuk melihat tempat tidur di bagian atas. Sepertinya Changwook akan memilih tempat tidur itu.

Saat sedang mengamati ruang yang akan menjadi tempat tinggalnya, tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk.

Changwook menoleh ke arah pintu. Mungkinkah yang baru saja mengetuk adalah teman sekamarnya? Ia pun segera turun dan membuka pintu tersebut.

Kening Changwook berkerut melihat dua orang lelaki berdiri di depan kamarnya.

Satu lelaki sepertinya adalah anggota OSIS, terlihat dari pin yang tersemat di kerah bajunya. Dan yang satu lagi... tunggu, laki-aki itu habis menangis?

"Hai, lo penghuni kamar ini bukan?" tanya siswa yang tidak menangis pada Changwook.

"I-iya," jawab Changwook.

Lelaki itu beralih menoleh ke lelaki di sampingnya.

"Nah, ini kamar lo, Dek. Itu temen sekamar lo. Udah nyampe kamar nih, jangan nangis lagi," kata lelaki itu.

"Iya, Kak," si lelaki yang menangis menjawab dengan suara sengau.

Changwook? Ia masih berdiri memperhatikan.

"Ya udah ya, gue mau balik dulu."

"Makasih ya, Kak."

"Sama-sama," jawab lelaki 'OSIS' tersebut. Ia beralih pada Changwook yang masih berdiam diri. "Dia kamarnya di sini juga. Tadi habis kesasar sampai gudang belakang terus nangis jadi gue antar ke sini. Walaupun bukan siapa-siapa gue, tapi tolong titip ya."

"I-iya.. eh, eung... Kak," balas Changwook.

Tak lama kemudian, lelaki 'OSIS' itu pun beranjak pergi dan Changwook mempersilahkan calon teman sekamarnya untuk masuk ke dalam kamar.

"Masuk aja. Eung... gue juga baru sampai kok," kata Changwook berusaha mencairkan suasana.

Tetapi sepertinya calon teman sekamarnya itu masih belum fokus, membuat Changwook yang memang mempunyai hati yang 'lembut' jadi tidak tega. Diambilnya beberapa lembar tisu dan sebotol air mineral dari dalam tas ranselnya, lalu ia ulurkan ke arah calon teman sekamarnya.

"Ini, buat nenangin diri lo."

"Makasih."

Changwook diam sambil menatap lelaki itu mengelap bekas air mata dan ingus di wajahnya, juga saat lelaki itu meneguk air pemberian Changwook.

"Makasih ya," ucap lelaki itu setelah selesai dengan minumnya.

"Iya, sama-sama," jawab Changwook.

"Oh iya, gue denger tadi kata kakaknya, kita sekamar di sini. Maaf ya pertemuan pertama kita nggak enak gini. Gue malah lagi nangis."

"Nggak apa-apa kok."

"Ah gue lupa ngenalin diri. Nama gue Ham Wonjin."

"Gue Joo Changwook."

"Ah, Changwook. Salam kenal ya, Changwook."

"Changwook..."

"Joo Changwook?"

"Changwook, bangun!"

Kedua kelopak mata Changwook terbuka. Pandangan matanya langsung disambut oleh langit-langit dari gedung olahraga indoor sekolahnya, SMA Starlim.

Changwook masih terdiam. Pikirannya masih melayang pada kejadian yang baru saja muncul di mimpinya.

Pertemuan pertamanya dengan Ham Wonjin.

Dulu.

Changwook menghela napas panjang. Ia menoleh ke samping untuk melihat keadaan tempatnya berada tapi justru dikejutkan oleh seorang perempuan berambut panjang yang berdiri di sampingnya.

"Akhirnya kamu bangun, Wook."

Changwook mengalihkan pandangannya. Ia beranjak dari tidurnya dan mengamati sekelilingnya.

Seingatnya tadi sepulang sekolah, Changwook langsung bergerak ke lapangan basket karena hari ini memang jadwal rutin kegiatan ekskul basket yang diikutinya. Tapi karena teman-temannya belum datang, Changwook memilih untuk memejamkan matanya sejenak. Ia tidak mengira akan memimpikan Ham Wonjin yang bisa dibilang musuhnya. Terlebih mimpi itu sebenarnya adalah pertemuan pertamanya dengan Wonjin dulu.

Bicara tentang Wonjin, Changwook melirik gadis yang masih berdiri di sampingnya.

Changwook melengos. Ia memilih beranjak dari duduknya saat melihat teman-temannya mulai terlihat.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Changwook langsung beranjak berdiri, berencana menghampiri teman-temannya.

"Kamu masih marah sama aku?"

Langkah Changwook tertahan. Gendang telinganya menangkap kalimat yang baru saja dilontarkan perempuan itu. Changwook kembali menghela napas dan berencana untuk melanjutkan langkahnya, saat tiba-tiba gadis itu mengeluarkan suara kembali.

"Changwook, masalah Wonjin-"

"Kim Minju," potong Changwook.

"I-iya?"

Tanpa membalikkan tubuhnya, Changwook bersuara. "Jangan bahas itu. Mending lo latihan cheers sama teman-teman lo. Jangan ganggu gue, gue juga mau basket."

"Tapi Changwook-"

Sepertinya Changwook sudah tidak peduli lagi dan memilih untuk melanjutkan langkahnya. Meninggalkan gadis cantik itu, yang bernama Kim Minju.

•● s t a r l i m   h i g h s c h o o l ●•

Hai maaf ya kalo gaje :(
Emg dr awal rencanaku gini ceritanya. Itu minju izone, mbak minju saya pinjem namanya dulu
Part yg digaris miring itu maksudnya mimpinya changwook ya gaes
Thanks buat vommentnya, maaf kalo ada typo. Diriku dh ngantuk gak sempet baca ulang ^^

Starlim High School | PRODUCE X 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang