161 | sma starlim

3.4K 412 9
                                    

Mentari bersinar cerah ditemani angin musim semi yang sejuk membuka pagi itu. Kelopak-kelopak merah muda berguguran dengan indahnya, memenuhi jalanan yang terarah ke sebuah bangunan megah di ujung jalan. Gerbang coklatnya terbuka lebar, menyambut siswa dan siswi yang baru saja menyelesaikan satu tahun ajaran baru dan siap membuka lembaran baru di sekolah.

SMA Starlim, sebuah private school yang terletak di tepian kota itu cukup dikenal orang-orang sebagai sekolah bergengsi. Tak heran banyak orang berlomba-lomba untuk bisa menyandang almamater sekolah tersebut.

Hari ini, tepatnya bulan Maret 2019 tahun ajaran baru telah dimulai.

Para murid berbondong-bondong membawa barang bawaan mereka untuk dimasukkan ke dalam asrama sebelum kemudian mengikuti upacara penyambutan siswa baru di aula sekolah.

Tidak seperti kebanyakan sekolah lainnya, SMA Starlim memang mengharuskan semua murid mereka untuk tinggal di asrama yang sudah disediakan sekolah. Asrama putri terletak di sebelah utara gedung sekolah, sedangkan asrama putra berada di sebelah selatan.

Seorang pemuda tengah menarik koper berwarna biru dongker, senada dengan jas almamater kebanggaan yang kini dikenakannya. Langkahnya terlihat santai melewati taman yang menghubungkan gedung sekolah dan gedung asrama putra. Sesekali ia mengumbar senyumnya pada beberapa orang yang dikenalnya.

Terhitung sudah dua tahun ia menuntut ilmu di sekolah ini jadi tahun ini akan menjadi tahun terakhirnya menyandang status siswa SMA Starlim. Terdengar mellow mungkin.

Langkah pemuda itu semakin antusias begitu memasuki gedung asrama yang sudah menjadi rumah keduanya selama dua tahun ini. Ia penasaran siapa yang akan menjadi roommate-nya tahun ini walaupun sejujurnya ia sudah bisa menebaknya. Dan semoga tebakannya tidak salah.

Kamar dengan nomor 161. Senyumnya mengembang, bersiap mendapat sambutan hangat dari ketiga temannya yang kemungkinan besar akan menjadi teman sekamarnya lagi.

Cklek.

Pintu bernomor 161 itu terbuka lebar, menampakkan sebuah ruangan minimalis dengan dua tempat tidur bertingkat, empat meja belajar, dan dua lemari.

Tapi tunggu. Ada yang aneh. Kemana teman-temannya?

Senyum hangat yang siap ia lemparkan pada teman-temannya seketika lenyap mendapati kamarnya masih kosong melompong.

"Kok nggak ada orang?" gumamnya kebingungan.

Ia melongokkan kepalanya sekali lagi, berharap ternyata teman-temannya hanya bersembunyi. Tapi nyatanya kamar itu memang kosong alias tidak ditemukan tanda-tanda adanya makhluk hidup bernama manusia di dalamnya.

"Lo ngapain berdiri di depan pintu gitu?"

Kening pemuda itu berkerut. Ia seperti mendengar suara yang familiar. Tapi siapa?

"Malah bengong. Lagi ngapain sih?"

Suara itu terdengar lagi, seketika membuat pemuda itu menoleh ke sumber suara.

Senyumnya yang tadi lenyap seketika mengembang mendapati teman seperjuangannya kini tengah berdiri di hadapannya dengan sebuah koper berwarna hitam di tangan kirinya.

"Huaaa Yunseong, akhirnya lo dateng."

"Lo kenapa sih?"

Hwang Yunseong menatap temannya bingung.

Sedangkan lelaki berperawakan tinggi itu mengerucutkan bibirnya. "Gue kira gue bakal sendirian," ucapnya.

"Hah? Ngomong apasih lo sebenernya gue gak ngerti," balas Yunseong makin tidak mengerti.

"Hish lupain aja. Yang lain mana?"

"Udah di kamar."

"Loh? Lah ini masih kosong kamarnya."

Yunseong mengerutkan keningnya. "Ya iya kosong. Itu bukan kamar kita. Kamar kita di nomor 191 bukan 161," jelas laki-laki bermarga Hwang tersebut.

"Hah? Salah dong berarti."

Yunseong hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi temannya. Padahal sudah dua tahun tinggal disini tapi masih saja salah kamar setiap tahun ajaran baru.

Tahun lalu malah lebih parah. Temannya yang satu ini sudah masuk kamar dan menata barang-barangnya, bahkan sudah merebahkan diri di atas salah satu ranjang, sebelum tiba-tiba ada empat siswa baru mengaku kalau kamar itu adalah kamar milik siswa baru tersebut.

Untung saja Yunseong cepat datang dan berhasil menyeret temannya yang satu ini.

"Salah siapa kamarnya passcode-nya dibuat sama semua. Padahal kan gue udah usul tiap rapat OSIS biar tiap ajaran baru dikasih passcode yang beda masing-masing kamar tapi nggak digubris."

Begitu alibinya.

Memang ini salah satu aturan yang tidak disukai Yunseong di sekolah ini. Berhubung setiap kamar tidak menggunakan kunci manual melainkan menggunakan passcode jadi setiap hari pertama semua pintu kamar memiliki kode yang sama sebelum kemudian diganti oleh masing-masing pemilik kamar. Mungkin pihak asrama malas membuat daftar passcode yang berbeda-beda untuk kurang lebih 300 kamar jadi mereka menyamakan semuanya.

Kalau yang menghuni kamarnya semacam Yunseong tidak masalah. Kalau semacam temannya yang satu ini? Bisa-bisa salah kamar semua.

Yunseong hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan ajaib temannya yang satu ini. Heran juga mengapa laki-laki itu bisa menjabat sebagai Ketua Osis selama kurang lebih setahun dengan sifat ajaib itu.

"Udah ayo ke kamar terus buruan ke aula. Udah ditunggu Hyunbin sama Junho," ajak Yunseong, kemudian langsung melenggang meninggalkan temannya yang sampai sekarang kita belum tahu namanya siapa itu.

"Heh, Yunseong! Tungguin napa!"

"Nggak mau."

"Nggak boleh jahat, Seong. Ntar kualat lo sama Goo Jungmo yang ganteng ini."

"..."

Dan begitulah hari pertama salah dua dari 300 murid SMA Starlim mengawali tahun ajaran baru ini.

Jadi... selamat datang di SMA Starlim dan tunggu makhluk-makhluk ajaib lainnya!

•● s t a r l i m   h i g h   s c h o o l ●•

Hai, krn masih awalan jd part2 awal aku pake buat pengenalan karakter dulu. Nanti mungkin kalo udah muncul semua baru mulai ceritanya walaupun ini nanti series sih bukan chaptered.

Anyway, makasih yang udh baca dan vomment. Maaf kalo ceritanya jelek. Ini pertama kali aku bikin cerita pake bahasa semi formal gini alias pake lo-gue jadi maafin ya kalo ceritanya agak garing.

Starlim High School | PRODUCE X 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang