Kamar sudah terlihat gelap dan hampir semua penghuni kamar tersebut sudah terlelap.
Namun terlihat satu penghuni kamar masih belum juga menutup matanya. Matanya mengerjap menatap langit-langit kamar yang gelap. Haruskah ia menghitung seratus domba agar mengantuk?
Laki-laki yang masih terjaga di tengah malam itu adalah Joo Changwook.
Ia mendudukkan dirinya, lalu melongok ke arah tempat tidur di seberang dan bawahnya.
Satu kamar memiliki dua tempat tidur bertingkat. Tempat tidur bagian bawah dihuni oleh dua lelaki bernama Kim Mingyu dan Kim Dongbin. Di atas Kim Dongbin adalah tempat tidur Ham Wonjin, sedangkan Joo Changwook berada di atas Kim Minkyu.
Ketiga orang tersebut sudah tertidur lelap.
Changwook memegang perutnya yang datar. Sedaritadi perutnya tidak mau berhenti berbunyi. Ia lapar... dan tidak bisa tidur.
Tadi saat makan malam, Changwook yang sudah antusias untuk makan malam, tiba-tiba menjadi lesu mengetahui menu makan malam yang disajikan.
Sup kepala ikan adalah makanan yang paling ia hindari karena ia memiliki trauma tidak mengenakkan dengan sup kepala ikan.
Dulu saat kecil, ibunya sering membuat sup kepala ikan yang lezat, membuat makanan tersebut menjadi salah satu makanan kesukaan Changwook. Hingga suatu ketika, tetangganya pernah membagikan sup kepala ikan pada keluarganya. Changwook sudah sangat antusias untuk menyantapnya saat tiba-tiba ia menemukan seekor anak cicak di dalam supnya.
Changwook menjadi mual dan muntah-muntah melihatnya.
Semenjak itu, ia hanya bisa makan sup kepala ikan buatan ibunya.
Karena itu juga, Changwook tidak bisa menyantap makan malamnya karena perutnya terus-menerus merasakan mual hanya dengan melihat sup kepala ikan tadi.
Dan sekarang Changwook lapar.
Ia menyesal mengapa tidak membeli roti atau kudapan tadi sebelum jam malam. Sekarang ia tidak bisa tidur.
Changwook memilih turun dari tempat tidurnya sambil meminimalisir suara yang mungkin ditimbulkan.Ia berjalan menuju lemari pendingin yang ada di sudut kamar.
Changwook mendesah saat tak mendapati makanan yang bisa ia makan untuk mengganjal perutnya.
Akhirnya ia hanya mengambil sebotol air mineral dan meneguknya. Ia duduk dengan lesu di depan kulkas. Sesekali memegangi perutnya yang masih keroncongan.
"Lo ngapain duduk disitu?"
Changwook tersentak saat tiba-tiba mendengar sebuah suara. Ia menoleh dan mendapati Ham Wonjin tengah tengkurap di kasur sambil melihat ke arahnya.
"Gue... gue lagi minum," jawab Changwook sambil menunjuk botol air mineral di tangan kanannya.
Sayangnya perutnya mengkhianati mulutnya karena sekali lagi, suara cacing-cacing di perutnya itu menggema dengan begitu kentara. Changwook jadi malu sendiri sambil memegangi perutnya.
Wonjin melihat Changwook dengan datar. Lelaki itu beranjak dari kasurnya lalu berjalan ke kamar mandi dengan cuek.
Changwook menghela napas lega karena Wonjin memilih untuk tidak mengejeknya. Ia pun bergegas kembali ke kasurnya dan bersembunyi di dalam selimut.
Ia bisa mendengar pintu kamar mandi yang terbuka. Mungkin Wonjin sudah selesai dengan urusannya di kamar mandi. Entah apalagi yang dilakukan lelaki itu, Changwook memilih untuk tidak peduli.
Biarlah, ia akan mencoba tidur dengan perut keroncongan.
Namun, baru saja Changwook memejamkan matanya, tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu dilempar ke arahnya.
"Aduh!" refleknya pelan saat sebuah benda mengenai kepalanya.
Changwook berdecak kesal. Ini pasti ulah Ham Wonjin. Ia bangun dari tidurnya dan mengambil benda yang baru saja dilemparkan kepadanya. Gerakan Changwook terhenti saat melihat benda apa yang ada di tangannya.
Sepotong roti coklat.
Kedua mata Changwook mengerjap melihat roti di tangannya tersebut.
Belum cukup kebingungan Changwook, tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Salah satu aplikasi pesan mengatakan ada pesan masuk dari sebuah kontak bertuliskan 'Gak Kenal Siapa'.
-
Gak Kenal Siapa
-
<Gak Kenal Siapa>
Itu roti gue
Gak usah kegeeran dulu
Gue cuman gamau kamar gue jadi horror gara2 ada yg mati kelaparan di kamar-
Changwook mengalihkan pandangan ke tempat tidur di seberang. Terlihat Ham Wonjin sudah berbaring membelakanginya. Bukannya tadi Wonjin ke kamar mandi?
Ia kembali melihat ke arah roti dan ponselnya. Jadi Wonjin yang memberikannya roti.
Changwook tersenyum tipis lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya.
-
Gak Kenal Siapa
-
<Me>
Gue ngerti
Anyway... thanks rotinya-
Changwook meletakkan ponselnya lalu berbaring menghadap ke tembok dan menarik selimut hingga hanya menyisakan wajahnya saja yang tidak tertutupi selimut. Dibukanya bungkus roti yang ada di tangannya, lalu dilahapnya perlahan.
Sedangkan di tempat tidur seberang.
Drrtt... drrtt...
Ham Wonjin mengambil ponselnya yang baru saja bergetar. Ada satu pesan masuk. Balasan dari Joo Changwook.
-
Musuh
-
<Musuh>
Gue ngerti
Anyway... thanks rotinya-
Wonjin menatap lama layar ponselnya, ia menolehkan kepalanya ke arah tempat tidur Changwook. Lelaki itu berbaring menghadap tembok, tapi Wonjin tahu, laki-laki itu sedang melahap roti yang dilemparkannya tadi.
Wonjin meletakkan ponselnya.
Ia mulai memejamkan kembali matanya
Dan tersenyum tipis.
•● s t a r l i m h i g h s c h o o l ●•
Thanks for 500 votes ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlim High School | PRODUCE X 101
Fiksi PenggemarKalian tahu SMA Starlim? Belum tahu? SMA Starlim adalah salah satu SMA yang cukup terkenal di kota Seoul. Tak heran banyak orang ingin bersekolah di sana. Tapi bagaimana jadinya kalau murid-murid yang bersekolah di SMA Starlim adalah makhluk sejenis...