Part 11

105 7 0
                                    

"Gue suka sama lo, Lea."

Uhukkk uhukkk

Alea yang sibuk memakan baksonya tersedak saat mendengar pernyataan Didit. Langsung saja Didit memberikan air ke Alea

"Eh eh sorry, pelan-pelan. Nih, minum dulu."

"Lagian lo sih," sungut Alea

"Lah gue kenapa? Salah gitu kalo gue suka sama lo?"

"Ya.. yaa nggak. Ta-tapi kata2 lo tadi ngagetin tau gak."

"Se-kaget itu Le?" Deon terkekeh kecil, sesaat kemudian berdehem. Raut wajahnya berubah serius.

"Gue beneran suka sama lo. Lo gimana?"

"Yaa gak gimana gimana,"

"Hah? Kok respon lo gitu sih?"

"Terus lo maunya gimana?"

"Ya cuma dua jawaban, suka juga atau enggak,"

"Kalau itu gue belum tau Dit."

"Yahh yahh Lea kok gitu" Didit mengerucutkan bibirnya membuat Alea menatapnya jijik.

"Gue beneran suka sama lo Le, gue juga cinta sama lo. Ntah dari kapan rasa itu datang, tapi gue pengen lo jadi milik gue,"

"Oh." Alea hanya mengangguk-angguk membuat Deon gemas.

"Lo kok cuek gitu sih? Lo gak suka ya sama gue?" Tanya Deon dengan tampang melasnya

"Segitu doang perjuangan lo Dit? Kalau soal suka sama lo mungkin belum. Dan gue gak bakalan bisa buka hati gue ke lo kecuali-"

"Kecuali?" Potong Didit cepat

"Kecuali lo sendiri yang buka hati gue." Alea tersenyum ke arah Didit

"Lah ini gue mau buka hati lo Le, dengan gue nyatain perasaan gue terus nembak lo deh. Sekarang tinggal gimananya lo aja." Alea tertawa mendengar ucapan Didit membuat Didit menatapnya bingung

"Gue gak mau." Didit menarik nafasnya pasrah

"Nanti lo nyakitin," lanjut Alea

"Gue gak akan nyakitin lo Le, beneran deh." Didit berusaha meyakinkan cewek di dekatnya ini. Pokoknya Didit harus dapatin Alea. Titik.

"Semua orang gampang kali ngomong suka, terus janji-janji gak akan nyakitin. Tapi mereka lupa kalau mereka juga manusia, berpotensi berkhianat,"

"Jangan cuma ngomong, buktiin! Gue bukan tipe cewek yang dengan mudahnya ngasih hati ke cowok. Gue mau liat dulu perjuangannya dia, seberapa sabar dia hadapin gue yang kadang moody ini, kadang nyebelin,tapi dia tetap milih stay. Bukan yang bikin nge-fly di awal tapi ujung-ujungnya dibikin jatuh." Didit mengangguk paham.

"Oke, gue bakal perjuangin lo. Karena gue cinta sama lo, dan gue bakalan buktiin kata-kata gue. Tapi kata lo tadi lo gak cinta sama gue? Kalo nanti lo gak bakalan cinta sama gue gimana?"

"Gue emang gak cinta sama lo, Dit. Tapi sekarang gue nyaman. Namanya hati gak ada yang tau ke depannya gimana. Tapi gue bakalan cinta kalau lo bisa bikin gue jatuh cinta,"

"Gimana caranya?"

"Itu pr buat lo, fikir sendiri. But poinnya cukup buat gue percaya sama semua yang lo bilang tadi,"

"Oke gue ngerti." Didit mengangguk paham. Untungnya Alea ini tipe cewek yang ngomong terus terang maunya apa. Jadi Didit gak perlu mengeluarkan jurus cenayang untuk menebak isi hati gadis itu. Alea cuma mau diperjuangkan, dan Didit harus membuktikan ketulusannya.

"Gentlemen itu lebih banyak bertindak daripada banyak bicara,"  Alea dan Didit reflek mengucapkan bersama, kemudian mereka saling pandang lalu tertawa.

"Haha kok bisa sama ya,"

"Haha gak tau tuh, lo sih ikut-ikut"

"Nggak loh Le. Pulang yuk." ajak Didit kemudian diangguki oleh Alea. Mereka pun beranjak pergi dari rumah makan tersebut.

-----------

Sudah seminggu pak Fero sadar dari komanya. Dan kini ia sudah dibolehkan untuk pulang.  Meira dan mama Clara membereskan barang2nya.

"Udah belum Mei?" Tanya Mama Clara sambil menenteng tas yang berukuran cukup besar

"Udah, dikit lagi kok ma" Mama Clara mengangguk dan bergegas mendorong kursi roda pak Fero

"Haii semuanya."  tiba-tiba Deon datang dengan cengiran khasnya membuat Bu Clara menghentikan langkahnya di depan pintu. Bu Clara dan Pak Fero menyambutnya dengan senyum dan Meira menatapnya bingung

"Ngapain kesini, Yon?" Tanya Meira

"Mau jenguk Om Fero Mei, tapi udah keluar ya?"

"Iya om udah mau pulang. Btw ini mau jenguk om apa anak om?"Goda om Fero membuat Deon salting .

"Jenguk om kok, hehe. Sini Tante tasnya biar Deon yang bawa." Deon mengambil tas yang dipegang Bu Clara

"Gak ngerepotin, Yon?" Tanya Mama Clara.

"Enggak kok Tante, tenang aja. Yok keluar!" dengan semangat Deon berjalan dan tanpa sadar menarik tangan Meira yang sedari tadi di sampingnya. Membuat Mama Clara dan papa Fero yang melihatnya tersenyum penuh arti.

Sesampainya di prakiran Deon baru sadar dan melepaskan tangannya, begitupun dengan Meira. "Eh eh ketarik ya, maaf maaf, gak sadar gue dari tadi narik bidadari" sempat-sempatnya Deon menggombal membuat Meira mengulum senyumnya.

"Cieee merah pipinya ciee," goda Deon membuat Meira semakin blushing.

"Apaan sih, enggak," bantah Meira cepat.

"Hahaha bohong dosa tahu, Tante lihat anaknya udah mulai bohong nih," adu Deon membuat Mama Clara dan Pak Fero tertawa.

"Deon ikut ke rumah gak?" Tanya Mama Clara.

"Boleh Tan, kalo diizinin," mama Clara, papa Fero, dan Meira tertawa membuat Deon menatapnya bingung.

"Yaa bolehlah, Yon haha. Yaudah Mei ikut sma Deon aja ya, mama sama papa naik taksi online," ucap pak Fero. Meira menatap papanya tak percaya, biasanya papanya melarangnya jalan atau boncengan dengan cowok manapun. Tapi mengapa sama Deon langsung disuruh sebelum minta izin?

"Papa percaya sama Deon sayang." pak Fero mengusap kepala anaknya

"Yon, jaga Meira ya, sampe rumah jangan sampai ada yang lecet. Om percaya sama kamu, jangan pernah rusak kepercayaan Om,"

"Siap Om!" jawab Deon sambil hormat membuat yang lain terkekeh

"Tuh taksinya udah ada. See u di rumah ya," ucap Mama Clara membuat Deon dan Meira mengangguk kemudian menyalami Mama Clara dan papa Fero bergantian. Kemudian Mama Clara dan papa Fero mencium kening Meira.

Deon yang melihatnya tersenyum tipis.
"Keluarga lo pasti bahagia banget Mei, gak kayak gue," batinnya

"Deon kok bengong?" Tanya Meira membuat Deon tersentak

"Eh enggak kok. Yaudah yuk." Deon pun menjalankan motornya dan mereka meninggalkan rumah sakit.

IntroGirl & EkstroBoy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang