Ending

101 8 1
                                    

Flashback

Meira berdiri di balkon kamarnya sambil memandang lurus ke depan. Tadi setelah pulang sekolah Mama dan papanya tiba-tiba memintanya ke New York besok. Dikarenakan Omanya tinggal sendiri, jadi orang tuanya menyuruhnya menemani Omanya, sekaligus melanjutkan pelajarannya disana, karena katanya, di New York Meira bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Lama berdiam diri, angin malam semakin menusuk hingga ke tulangnya. Meira pun memutuskan masuk ke kamar dan tidur.

Pagi harinya Meira bangun dan bersiap-siap. Kemudian turun ke bawah sarapan dengan keluarganya. Sudah ada papa mamanya di ruang makan.
Meira segera duduk di tengah-tengah mereka.

"Hati-hati ya sayang disana, kalau ada waktu kami pasti jengukin kamu disana" ucap namanya sambil mengelus rambutnya. Sebenarnya berat mengizinkan Meira pergi, namun bagaimana lagi? Dia tidak bisa apa-apa.
"iya ma, mama tenang aja, Meira pasti jaga diri kok. Mama sama papa juga baik-baik ya" ujarnya tersenyum.

Mama dan papanya mengangguk dan tersenyum ke arahnya.
Tak lama kemudian ponsel Fero berdering. Fero mengangkat telponnya.
Setelah selesai menelfon...
"Padahal papa pengen anterin anak gadis papa ke bandara, tapi tiba-tiba ada meeting dadakan sama kolega dari Jepang. Atau papa cancel aja ya?" Tanyanya
"Eh, jangan dong Pa. Mereka datang jauh-jauh loh, udah Mei gpp, papa pergi aja ntar aku naik taksi online" ucapnya meyakinkan
"Mama antar ya?" Tawar mamanya
"Eh gak usah ma, ntar Mama pulangnya sama siapa? Udah ah, Mei udh besar, bisa jaga diri kok"

Mama dan papanya menghela nafas.
"Yaudah tapi kamu hati-hati"
"Iya Mama, tenang aja" ucapnya tersenyum
"Kalo gitu papa berangkat dulu ya, kamu take care semoga sampai dengan selamat" ujarnya kemudian mencium kening Meira dan Meira mengangguk sambil mencium tangannya.

Mama Clara mengantar papa Fero keluar. Meira bergegas mengambil barang2nya yang masih ada di kamar kemudian memesan taksi online.

"Meira berangkat ya ma" pamitnya sambil mencium tangan mamanya.
Mama Clara memeluk Meira dan mencium kening anaknya. Entah kenapa berat rasanya Meira pergi, tapi Clara berusaha menepis pikiran buruknya
"Hati-hati sayang" Meira mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.

Meira melambaikan tangannya dan Mama Clara melakukan hal yang sama. Hingga mobil tersebut semakin jauh dari rumahnya.

"Pak, sebelum ke airport singgah ke SMA Paffela dulu ya"
"Iya dek"
Sesampainya di depan gerbang, Meira turun dan menitipkan surat ke Pak Anton(satpam)

"Pak Anton, Meira titip ini ya, kasih ke Deon sama Alea kalau udah pulang sekolah. Sekalian Meira mau pamit" ucapnya tersenyum
"Loh, kamu mau ke New York ya? Jauh banget, iya dititipin kok. Tapi kenapa gak langsung pamit aja?" Tanya pak Anton
"Soalnya mau temenin Oma Pak, kasian Oma sendirian. Kalau aku langsung ngomong takut mereka gak rela aku pergi pak hehe, yaudah aku pamit ya pak, assalamualaikum"
"Waalaikum salam, hati-hati ya"

Di tengah perjalanan, Meira fokus ke hpnya. Sedangkan sopirnya mengantuk jadi tak fokus mengendarai. Dari arah berlawanan, sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi. Meira membulatkan matanya
"PAKKK AWASSS!"
BRUKKK
Kecelakaan pun tak bisa dihindari, truk tersebut menabrak mobil yang dikendarai Meira, hingga mobilnya terbalik 180°. Keadaan mobilnya rusak parah, dan sopirnya meninggal di tempat.

Semua orang yang ada disana berbondong-bondong melihat kecelakaan tersebut. Para warga berusaha membebaskan korban dari dalam mobil. Keadaan Meira begitu mengenaskan, darah bercucuran dari kepalanya, mulutnya juga memuntahkan darah. Badannya lecet akibat terkena pecahan kaca.

"Cepat panggil ambulance!" Ujar salah satu warga. Salah satu dari mereka pun menelfon ambulance
"Innalilahi supirnya meninggal, sedangkan mbaknya luka parah"
"Alhamdulillah mbaknya masih hidup,cuma detak jantungnya melemah" semuanya panik hingga tak lama ambulance datang.

Di tengah perjalanan, Meira menghembuskan nafas terakhirnya.
Hingga pihak rumah sakit menelfon keluarga Meira. Clara yang menerima telfon tersebut syok bukan main, Fero yang sedang meeting setelah menerima telfon tak sanggup berkata apa-apa lagi. Tubuhnya kaku, tanpa berkata-kata dia keluar dari ruangan dan menuju ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Mama Meira terus saja menangis, papanya juga. Mereka saling menguatkan namun sama-sama rapuh, kemudian mereka bergegas ke rumah sakit.

Di sekolah paffela, bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Sesampainya di gerbang, Pak Anton menahan Alea dan Deon. Memberikan surat dari Meira, dan menjelaskan apa yang dikatakan oleh Meira. Deon & Alea kaget bukan main. Mereka bergegas ke rumah Meira.

Sesampainya di rumah Meira, rumahnya kelihatan sepi. Mereka memanggil2 Meira namun tak keluar2. Tak lama security komplek menghampiri mereka, dan mengatakan jika Meira meninggal dunia.

Alea & Deon shock.
"Gak gak gak mungkin, bapak kalau bercanda jangan kelewatan. Ini gak lucu!" Ucap Alea gemetar
"Jangan bercanda pak, Meira masih hidup" ujar Deon dingin, berusaha tidak percaya.
"Saya sedang tidak bercanda, saya tau mana yang harus dijadikan candaan mana yang tidak. Non Meira kecelakaan saat ingin ke Bandara, mobilnya tabrakan dengan truk dan di tengah perjalanan ke RS dia meninggal dunia"

"Mei" ujar Deon lirih. Air matanya jatuh. Dia tidak menyangka Meira akan pergi secepat ini, meninggalkan kenangan yang baru setahun mereka ukir..
"Yon, bilang sama gue kalo ini mimpi. Meira gak mungkin ninggalin kita kan? Meira masih ada kan Yon?" Ucap Alea menggoyang-goyangkan lengan Deon.

Deon menggeleng, "Ini nyata Le" Alea menangis, sahabatnya yang selalu menemaninya, pergi meninggalkannya.
"Sekarang Meira ada dimana pak?"
"Sekarang dia di rumah sakit Permana, tadi Pak Fero mengatakan akan kesana"
"Makasih pak" Deon menarik tangan Alea dan mereka bergegas ke RS Permana.

Semua orang yang ada disana memandang haru tubuh yang terbujur kaku itu. Bibir yang akhir-akhir ini sering tersenyum, sekarang bungkam dengan pucatnya.

Mama Clara terus menggoncang tubuh anaknya namun tak ada perubahan. Deon dan Alea mendekat.
"Mei bangun Mei, jahat lo pergi tanpa pamit. Kalau lo mau ke New York gue izinin asal lo kembali. Tapi kalau pergi selama-lamanya gue gak siap Mei!" Tangisnya pecah, Alea memeluk tubuh Kaku sahabatnya.
Deon mengusap kening Meira.
"Benar kata Lea, kamu tega ninggalin kita semua. Baru aja kemarin aku bisa akrab sama kamu, liat kamu ketawa tapi sekarang kamu udah pergi Mei. Jahat banget liat kita sedih gini. Kayaknya kamu tenang banget perginya" ujarnya memandang Meira, mencium tangannya sambil memejamkan matanya. Air matanya kembali jatuh, Deon melepaskan genggamannya hingga suster menyuruh mereka keluar dan menutup wajah Meira.

Selamat tinggal Meira~

Yeay finally end jugaa😍
Btw makasih yg sdh baca ceritaku yg sangat sangat absurd. Alhamdulillah target tercapai, bisa ending juga sebelum semakin sibuk😅

Thank you all💕

IntroGirl & EkstroBoy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang