Bukan Barang Taruhan

89 7 3
                                    

Malam ini Kafka menantang Deon untuk balapan. Deon tersenyum smirk, "siapa takut."

Buru-buru pemuda itu bersiap-siap menuju sirkuit. Ia mengambil jaket, helm, dan juga kunci motor.

Drrtt.. drrt..

Baru saja pemuda itu hendak keluar kamar, smartphone-nya bergetar. Ia pun mengambilnya dan melihat no wa random tanpa foto mengirimnya pesan.

0851999×××××
Hai

Deon mengerutkan dahinya bingung, kemudian kembali memasukkan hpnya ke dalam kantong celana jins yang dipakainya.

💦💦💦💦

"Imbalan bagi yang menang dapat apa?" Tanya Deon setelah sampai di sirkuit. Didit meninju pelan lengannya.

"Aelah perhitungan banget ye lu sekarang." Deon melirik Didit sekilas kemudian mengangkat bahunya acuh.

"Gue suka sama Meira Arkayyana, siswi dari SMA Paffela, teman kelas lo," ucap Kafka membuat semua menatap ke arahnya. Rahang Deon mengeras, menatap tajam ke arah Kafka.

"Gue ngajakin lo balapan, gue mau kita taruhan. Yang menang, bisa dekat sama Meira. Yang kalah, harus turutin apapun yang dikatakan oleh yang menang," lanjutnya. Hampir saja Deon merobek bibir Kafka jika Didit dan yang lainnya tidak menahannya. Emosi pemuda itu sudah di ubun-ubun.

"Lo kalau ngomong ngotak dulu! Cewek bukan buat dijadiin bahan taruhan bro," ucap Deon dingin, sambil sengaja menepuk bahu Kafka keras. Kafka menghempas keras  tangan Deon dari bahunya.

"Halah gak usah sok bener lo. Cewek lo aja berserakan dimana-mana noh. Itu sih terserah lo ya, lo nyerah duluan? Meira jadi milik gue." Kafka tersenyum smirk ke arah Deon yang menatapnya semakin tajam, wajah Deon merah padam menahan emosinya.

Bugh...

Deon tiba-tiba menendang keras perut Kafka membuat Kafka terhempas ke aspal. Sedari tadi ia ingin meninju muka Kafka, namun tangannya ditahan oleh Didit. Alhasil, ia mempergunakan kakinya.

"Shh shit!" Kafka bangkit kemudian meninju tepat di hidung Deon hingga mengeluarkan darah. Keduanya saling menatap tajam, Deon semakin emosi. Ia melepaskan cekalan tangannya dengan kencang membuat Didit kewalahan. Dan terjadilah adu jatos antara Deon dan Kafka. Suasana sirkuit menjadi ricuh, orang-orang yang ada disana berusaha memisahkan Deon dan Kafka

"Lo gak pantes dekat sama Meira. Biadab!!" Deon meninju muka Didit berkali-kali.

"Lo pikir lo pantas?" Kafka yang berada di bawah Deon berusaha bangkit, namun Deon tak memberinya celah sama sekali. Ia terus menerus memukuli Kafka.

"Seenggaknya gue tulus sama dia. Nggak kayak lo yang cuman mainin dia! Brengsek!!"

"Shh, sialan lo Deon." Kafka meringis kesakitan.

"Udah Yon, bisa mati anak orang." tiba-tiba Levin datang dan menarik paksa tangan Deon menjauh dari Kafka.

"Gak biasanya lo segitunya kalau ada cewek yang dijadiin bahan taruhan. Biasanya kan lo bodo amat," ujar Didit. Deon mengatur nafasnya yang masih tak beraturan.

"Itu karena gue cinta sama dia. Gue gak bakalan biarin Meira jatuh ke tangan cowok biadab macam dia," jawab Deon tegas. Didit dan Levin mengangguk paham.

IntroGirl & EkstroBoy✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang