13

331 33 0
                                    

Sinar matahari dengan malu malu menyapa seluruh orang yang ada di Korea Selatan. Pukul sembilan bukanlah waktu yang terlalu siang untuk memulai hari. Suara mesin yang dihasilkan dari mobil mobil yang berada di jalanan menambah kesan pagi yang ramai.

Ramai, seperti suasana kamar Irene dan Seulgi. Biasanya terdapat Yeri, namun ia memilih tidur dengan Joy dan Wendy dengan alasan ingin menonton film bagus. Tentu saja Irene tak percaya dengan tipu muslihat mereka, bisa dipastikan bahwa mereka sedang membicarakan para lelaki. 

Kamar Irene sedari tadi terisi alunan lagu, siapa lagi yang menyalakan lagu di pagi hari jika tidak bukan seorang Kang Seulgi. Dia seperti maniak musik, padahal dia juga maniak daging. Seulgi sedari tadi berada di dalam kamar mandi, entah apa yang ia lakukan. Telah tiga puluh menit ia berada di sana -kamar mandi.

Decitan nyaring tanda khas dari pintu menyambut Irene yang sedari tadi melamunkan suatu hal. Lantas Irene menatap pintu kamar mandi serta orang yang membuka pintu tersebut dengan tatapan kesalnya.

"Sudah, eonni" ucap Seulgi.

Irene berdecak kesal, "Kau tak pernah mandi selama ini" ujarnya pelan.

"Atau kau ingin bertemu Park Jimin?" tebak Irene.

Seulgi hanya menunjukan senyum polosnya. Percayalah saat ini Irene kesal dan ingin memukul Seulgi.

"Aku akan menemuinya nanti eonni, pukul sebelas" ujarnya.

Sebelas? Siang? Bukan malam? Siang siang seperti ini mereka ingin kemana? Lagipula mereka adalah idol. Bagaimana jika mereka diketahui oleh fans dan paparazi? Huh, otak mereka sungguh berada di lutut. Pikir Irene.

"Aku hanya menemaninya latihan dance, eonni" ujar Seulgi menggantung. Seolah paham dengan apa yang Irene pikirkan layaknya peramal profesional.

"Lalu?" tanya Irene, ia tahu selanjutnya mereka akan pergi entah kemana. Tidak mungkin mereka melakukan kencan sebatas itu, pasti lebih.

Kencan? Irene saja tak tahu apakah Seulgi dan Jimin benar benar berkencan. Namun Irene tetap akan menganggap mereka sepasang kekasih.

"Entahlah, kami bingung. Mungkin menikmati indahnya sungai Han, di malam hari" ucapnya sembari mengeringkan rambutnya.

Irene hanya menganggukan kepala dan masuk ke dalam kamar mandi untuk melepas seluruh keringat yang menempel nakal di kulit mulusnya.

●●●

Dentuman musik yang mengalun indah di ruang berwarna putih dengan iringan sepatu yang bertapak cepat kesana kemari. Tiada kata lelah dan letih, seakan tak peduli dengan keringat yang berjatuhan beranak sungai terjun bebas dari tubuh mereka.

Namun bagaimanapun mereka harus tetap memikirkan kesehatan diri mereka. Dua puluh lima menit telah berlalu, saat ini mereka menikmati waktu waktu istirahat mereka.

Taehyung dan Jungkook dengan permainan mereka, sedangkan Jimin yang lebih senang membalas suatu pesan yang tak di ketahui oleh Jungkook dan Taehyung.

"Hyung, kau jadi pergi?" tanya Jungkook yang masih fokus terhadap game nya.

"Aku? Pergi kemana?" rupanya Taehyung lah yang menjawab pertanyaan Jungkook.

"Bukan kau, tapi Jimin Hyung" timbali Jungkook.

Taehyung lalu memutar kedua bola matanya jengah, sedangkan Jimin nampak tak peduli dengan pertanyaan Jungkook. Ia masih memilih tersenyum sendiri di depan layar ponselnya. Ingin rasanya Jungkook membawa Jimin ke rumah sakit jiwa.

"Jimin-ah!" panggil Jungkook tanpa embel embel Hyung.

Lantas Jimin menoleh ke arah Jungkook dan menatap seakan akan Jungkook adalah orang yang melakukan kesalahan tingkat dewa yang tak dapat di maafkan oleh Jimin.

Kita (VRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang