Level 3

356 87 28
                                    

Lelaki itu sempat merasa tidak bisa bernafas beberapa detik. Jantungnya berdebar kencang menunggu respon Miss Yumi. Ia siap ditampar karena perbuatan kurang ajarnya ini, dimaki atau dipukul dengan high heels miss Yumi juga Jonghyun sudah siap.

Secara naluriah Jonghyun menundukkan kepala dengan mata terpejam rapat.
“Aku juga menyukaimu Mr. Kim” suara Miss Yumi mengalun indah melewati gendang telinga Jonghyun.

Kepalanya kembali terangkat dan detik itu juga Miss Yumi menghadiahi usakan lembut dikepalanya. Jonghyun sempat lupa bagaimana cara mengatupkan mulut, ia terus terusan memasang wajah bodoh hingga Miss Yumi berlalu dihadapannya.

Ketiga makhluk yang sedari tadi mengamati dua orang berbeda usia itu juga ikut terkejut tak percaya, namun terdengar gelak tawa puas setelahnya.

...


Jika jam istirahat membuat wajah Jonghyun suram, maka jam pulang sekolah juga mampu mebuat muka Seongwoo suram. Ia kalah taruhan yang dibuatnya sendiri. Konyol, benar benar konyol, rutuk Seongwoo dalam hati.

Ketiga teman lelakinya memasang wajah bahagia dengan tidak sopan di depannya. Mereka masih memikirkan hukuman apa yang cocok untuk Seongwoo.

“Seongwoo” seru Sanggyun. Pantatnya ia dudukkan di meja seberang bangku Seongwoo.

“Iya?” tanggap Seongwoo.

“Jilat sepatuku” semena mena Sanggyun mengangkat salah satu kakinya di atas meja Seongwoo.

“Apa? kau benar benar tidak manusiawi tuan Kim. Aku tidak mau!” Seongwoo menolak mentah mentah, dengan delikan mematikan untuk Sanggyun. Tega sekali dia.

“Bagaimana kalau kita beri hukuman yang sama dengan Jonghyun?” usul Youngmin.

“Jangan melakukan hukuman yang sudah pernah dilakukan, kita harus menemukan sebuah inovasi” sela Jonghyun tak setuju. Lantas membuat Youngmin dan Sanggyun terdiam, berpikir sejenak.

“Bagaimana jika bertanya tentang warna celana dalam? sepertinya seru” celetuk Youngmin kurang ajar.

“Ternyata otakmu busuk juga Im Youngmin” Seongwoo melotot tajam ke arah Youngmin.

“Setuju. Kita gunakan metode seperti Jonghyun tapi dengan pertanyaan warna celana dalam” Sanggyun justru tak menanggapi ekspresi marah Seongwoo. Karena baginya hukuman tetaplah hukuman.

“Kau benar benar brilian Im Youngmin” Tangan besar Jonghyun menepuk nepuk lengan Youngmin dengan tempo cepat.

“Kalian membuatku terlihat seperti lelaki hidung belang” lelaki itu mendengus kesal. Telapak tangannya menangkup kedua pipi, bibirnya mengerucut lucu.

“Oke jika itu maumu, kita batasi peraturan. Sasaran kita harus berjenis kelamin laki laki agar Seongwoo tidak terlihat seperti hidung belang. Bagaimana?” usulan Youngmin semakin tidak manusiawi dan menjatuhkan harga diri Seongwoo sebagai lelaki sejati, itu sih tidak membatasi namanya.

Memang tidak terlihat seperti hidung belang sih, hanya kelihatan seperti gay saja.

“Ya Tuhan! benarkah kalian masih menganggapku sebagai teman?” Karna terlalu kesal, sampai sampai Seongwoo menggebrak meja dan berdiri dari kursinya.

“Ayolah sayang, ini hanya untuk bersenang senang. Kita berempat adalah sahabat. Lagi pula hanya kami berempat dan si orang ke sepuluh yang tau” bujuk Jonghyun.

Ia melingkarkan tangannya di bahu Seongwoo. Youngmin dan Sanggyun tersenyum lebar lalu mengagguk semangat, mengiyakan perkataan Jonghyun. Seongwoo agak tersentuh mendengar kata ‘sahabat’, Seongwoo itu dulunya tidak punya teman seorangpun.


“Baiklah, aku melakukan ini atas dasar persahabatan kita. Dan aku orang yang sportif tentu saja” Seongwoo menyingkirkan tangan Jonghyun dibahunya, lantas memasang wajah angkuh yang elegan di kalimat terakhir.

...

Kursi panjang di taman sekolah telah terisi empat remaja yang sedang duduk berjajar menunggu mangsa. Seongwoo sendiri yang memilih tempat ini karena jam pulang sekolah telah berlalu sekitar tiga puluh menit lalu, sudah bisa dipastikan  tempat ini akan ramai menjadi akses berlalu lalang siswa yang akan menuju lapangan dan gerbang.

Tidak butuh waktu lama memang. Setelah kepala sekolah, cleaning service, guru sejarah, salah satu anggota dewan kedisiplinan, dan beberapa siswa sempat berseliweran, akhirnya siswa kesepuluh datang juga. Lelaki dengan name tag ‘Kang Daniel’ mengenakan dasi berstrip satu itu menjadi sasarannya.

“Hey, tunggu sebentar” Seongwoo agak berteriak.

Youngmin sudah menyiapkan ponsel untuk merekam aksi sahabatnya.


“Kau memanggilku?” tanya si target setelah berbalik menghadap Seongwoo.

“Iya. sebelumnya perkenalkan namaku Ong Seongwoo dari kelas 2 B” tangan Seongwoo terulur kedepan.

Setidaknya ia harus bersikap sopan diawal sebelum menanyakan pertanyaan tidak senonoh pada juniornya ini.

“Oh hai, aku Kang Daniel dari kelas 1 C” balasnya ramah dan menjabat tangan Seongwoo.

Lelaki itu sedikit bersyukur karena Daniel orang yang lembut dan ramah. Kemungkinan untuk ‘disemprot’ jadi semakin kecil.

“Aku bermaksud menanyakan sesuatu” Bibirnya berucap lancar, tapi kedua tangannya sudah memainkan ujung kemeja putihnya. Ia merasakan apa yang dirasakan Jonghyun tadi, gugup.

“Tentang apa itu?” Daniel bertanya penasaran.

“Bolehkah-- bolehkan aku tau-- warna celana dalammu hari ini?” Seongwoo mengecilkan volume, agar tak ada yang mendengarnya selain junior tampan didepannya ini.


Tunggu.


Apa?


Tampan?


Iya, Seongwoo akui Kang Daniel ini tampan. Proporsi tubuhnya juga pas, dan auranya benar benar manly. Nah kan, Seongwoo malah memuji Daniel.

Pantas saja Youngmin ingin sekali mengatai Seongwoo sebagai gay, karna dia tidak pernah kelihatan tertarik dengan perempuan. Tapi, Seongwoo hanya memuji kok bukan menyukai Daniel.

Dan reaksi Daniel terkejut tentu saja. Mata sipitnya melebar, bibirnya sedikit terbuka dengan wajah terheran heran. Lelaki itu memang tidak berbicara apapun, namun Seongwoo tentu bisa membaca dengan jelas air muka Daniel.

Lagi pula manusia mana yang tidak terkejut saat ditanyai warna celana dalam di pertemuan pertama?

“Emm Kang Daniel, kumohon jangan berpikran macam macam aku hanya sedang sial. Aku kalah taruhan dan sebagai hukumannya aku harus menanyakan pertanyaan seperti itu pada orang kesepuluh yang lewat didepanku” jelas Seongwoo singkat.

Wajahnya berubah memelas, memohon pada Daniel agar ia mau memberitaukan apa warna celana dalamnya. Baiklah, presepsi teman temannya tentang Ong Seongwoo adalah gay akan makin kuat setelah ini.

“Okay, hari ini aku memakai warna hitam. Kakak mau melihatnya?” Jawab Daniel gamblang.

Kedua tangannya bahkan sudah bersiap mebuka gesper sabuk yang melingkar dipinggang.

“Tidak. Tidak perlu, terima kasih. Ku harap kakak segera melupakanku. aku permisi” ujar Seongwoo cepat. Segera saja ia berlari meninggalkan Daniel setelah membungkukkan badannya sesaat.

TBC

1995 | PRODUCE 101 S2 1995 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang