Buku catatan pelanggaran keempatnya sudah memasuki lembar ketiga dari lima lembar yang sudah tersedia, itu artinya surat peringatan akan segera melayang ke tangan orang tua masing masing.
"Surat peringatan akan di kirim hari ini juga ke orang tua kalian" kata siswa bername tag Kang Dongho.
Siswa bertubuh seperti gangster ini kebetulan menjabat sebagai wakil ketua dewan kedisiplinan. Wajah Dongho memang kelihatan seperti berandalan, tapi sebenarnya ia tidak begitu.
Dongho justru menjunjung tinggi kedisiplinan dan hal hal baik lainnya yang bertentangan dengan keempat berandal didepannya ini.
"Apa? Tidak bisa begitu! Kami tidak melakukan kesalahan berat" protes Sanggyun.
Khawatir jika saja kedua orang tuanya mengambil tindakan tegas. Sanggyun tidak mau uang sakunya di potong.
Dongho tertawa remeh. Bukan kesalahan berat katanya? Apa Sanggyun bercanda?
"Mendorong guru ke kolam renang kau pikir bukan masalah berat? Kau itu tidak punya etika" Dongho menjawab dengan suara dalam dan senyum menyebalkan di kalimat terakhir.
"Jangan berkata sembarangan. Kau tidak tau apa apa tentangku" Sekarang jari telunjuk Sanggyun sudah berada didepan wajah Dongho.
Jika saja mereka berdua tidak dibatasi meja, mungkin sanggyun sudah meraih kerah kemeja Dongho.
"Aku tau. Kau hanya kurang perhatian kan?" Seringai menyebalkan masih bertahan di bibir Dongho, sengaja ingin menyulut emosi Sanggyun.
"Sanggyun, sudah! dari pada buku pelanggaran kita terisi lagi" Jonghyun menghalangi.
"Tapi si brengsek ini sok tau" balas Sanggyun cepat. Jonghyun, Youngmin, dan Seongwoo berusaha menenangkannya.
Sebenarnya sudah lama Dongho gemas pada empat lelaki yang sudah sering keluar masuk ruang konseling dan ruang dewan kedisiplinan ini. Ingin rasanya berduel melawan salah satu dari mereka.
Ekspresi Sanggyun berubah keruh sejak keluar dari ruang kedisiplinan. Ia bahkan tidak menggubris saat tiga temannya mengajak bicara baik baik. Moodnya hancur gara gara si brengsek Kang Dongho.
Jika ia tidak ingat ini masih di sekolah, mungkin ia sudah menghajar Dongho sejak tadi. Tapi ia menahan amarahnya, menahan hingga pulang sekolah nanti. Ya, Dongho sudah setuju untuk diajak berduel satu lawan satu.
Tiga temannya tidak ada yang tau perkara ia akan berduel satu lawan satu melawan Dongho. Sengaja memang, agar tidak ada penghalang.
Biar saja, ini urusannya dengan Dongho, tidak ada urusannya dengan mereka bertiga.
"Aku duluan" pamit Sanggyun pada tiga temannya.
Ia menyambar ranselnya secepat kilat dan meninggalkan kelas, padahal sang guru masih berada didalam ruangan.
...
Sanggyun dan Dongho sudah berdiri berhadapan. Mereka berdua saat ini sedang berada di tanah lapang sisa proyek hotel yang tidak dilanjutkan pembangunannya.
Karna lokasinya yang harus melewati gang sempit, jadi mereka tidak perlu takut ketauan atau terganggu oleh orang berlalu lalang.
Ini tempat yang sempurna untuk berkelahi, dari pada harus berkelahi di sekolah, keduanya pasti akan kena semprot guru konseling.
Kalau disini kan tidak ada yang tau, beruntung Dongho tidak gegabah seperti Sanggyun, ia masih bisa berpikir rasional mengenai apa apa saja resiko yang akan mereka terima jika berkelahi di sembarang tempat.
Ransel keduanya sudah teronggok begitu saja tak jauh dari mereka. Dongho masih saja menyeringai sombong, dan emosi Sanggyun makin tersulut karna hal tersebut.
Tanpa menunggu Dongho siap, Sanggyun sudah menerjang Dongho duluan hingga tubuhnya telentang di tanah.
Sanggyun bukan tipe orang yang akan menyia nyiakan kesempatan, jadi ia langsung mengepalkan tangan kananya dan melayangkan pukulan pertama pada rahang Dongho.
Ujung bibir Dongho berdarah, tapi ia masih mampu untuk melempar seringai mengejek pada lelaki yang sedang duduk di atas perutnya. Sanggyun memukulnya lagi, kali ini telak mengenai pelipisnya.
"Sudah?" pertanyaan bernada menantang terucap dari bibir Dongho.
Ia tidak perlu menunggu jawaban, kedua tangannya sudah mendorong kuat tubuh Sanggyun hingga lelaki itu jatuh terduduk.
Dongho berhasil bangkit, lantas menendang perut Sanggyun. Tidak ada yang menyuruhmu lengah saat berkelahi.
Sanggyun terbatuk, tapi ia menjegal salah satu kaki Dongho, menariknya sampai ia ikut jatuh terduduk.
Ganti Sanggyun yang berdiri. Ia menendang bahu Dongho hingga ia terbaring lagi, lantas menginjak injak perutnya beberapa kali.
Dongho berkomitmen sendiri dalam hati, jika ia berhasil dikalahkan oleh Sanggyun maka dengan suka rela ia akan mencopot jabatannya sebagai wakil ketua dewan kedisiplinan.
Berkat komitmen itu, Dongho jadi makin semangat untuk bangkit memukuli Sanggyun. Meskipun butuh waktu yang agak lama, Sanggyun sekarang sudah tidak berdaya dengan darah mengucur disekujur tubuhnya. Kang Dongho sudah menang telak.
"Tolong! Ada yang berkelahi" teriakan orang asing mampu mengurungkan niat Dongho untuk memukul Sanggyun sekali lagi, kepalanya menoleh ke sumber suara "Astaga, Kang Dongho!" pekik orang asing itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
1995 | PRODUCE 101 S2 1995 line
Rastgele[COMPLETED] 60% FRIENDSHIP • 30% BOYS LOVE • 10% COMEDY empat siswa pembuat onar di sekolah yang hobi bertaruh kapanpun dan dimanapun. fanfiksi ini mengandung unsur friendship dan slice of life -atau mungkin sedikit boys love- antar trainee produce...