Level 4

290 87 8
                                    

Ayah Seongwoo itu seorang wali kota, sejak kecil ia memang tidak punya teman seakrab Sanggyun, Youngmin, dan Jonghyun. Sebenarnya mereka bertiga juga anak seorang pejabat, kekayaan orang tua mereka tidak main main, bahkan keempatnya tinggal di kawasan elit.

Namun gara gara kekayaan orang tua mereka, tidak jarang banyak siswa yang hanya ingin berteman dengan keempatnya hanya karna uang.

Seongwoo baru saja sampai di halte bus, bersama Youngmin, Jonghyun, dan Sanggyun dibelakangnya. Iya, mereka tetap naik kendaraan umum meskipun punya mobil berjajar dalam garasi rumah.

"Hey, bagaimana kalau kita adu cepat sampai ke gerbang sekolah?" usul Jonghyun.

Hidup mereka berempat terasa kurang jika tidak ada kompetisi dan taruhan antar sesama.

"Apa hukuman untuk si pecundang?" tanya Sanggyun tertarik.

Lumayan kan olahraga pagi pagi dengan berlari sejauh 200 meter, dari halte bus menuju gerbang sekolah.

"Si pecundang harus membawakan ransel kita sampai ke kelas. Tidak sulit kan?" Jonghyun meminta pendapat yang langsung anggukan dari Sanggyun dan Youngmin.

"Memang tidak sulit, tapi berat, brengsek!" keluh Seongwoo kesal.

Hari ini memang jadwal mereka membawa tiga buku diktat setebal 300 halaman. Membawa tasnya sendiri saja sudah keberatan bagaimana jika membawa tiga tas lainnya?

"Kenapa lemah sekali sih? Kita ini kan laki laki" tegas Youngmin pada Seongwoo.

Pasalnya sudah sedari dulu Seongwoo sering sekali lupa gender. Ia akan mengeluh berat, capek, kepanasan, persis seperti perempuan. Seongwoo juga punya fisik paling lemah diantara Sanggyun, Jonghyun, dan Youngmin.

"Aku tidak lemah!" kilah Seongwoo, bibirnya mengerucut. Lihat, bahkan tingkahnya seperti perempuan.

"Baiklah semuanya, bersiap. Satu. Dua. Tiga" Jonghyun memberi aba aba.

Empat remaja tersebut berlari sekencang yang mereka bisa. Menghindari lalu lalang beberapa siswa di trotoar menuju gerbang sekolah.

Bisa ditebak bukan siapa si terkuat dan si terlemah soal fisik diantara mereka berempat?

Sanggyun tentu menjadi yang pertama, dan Seongwoo berada di urutan terakhir dengan nafas terengah engah, bahkan ia menumpukan tangan ke lutut sebentar untuk mengatur nafasnya.

"Bawa ini pecundang" perintah Jonghyun tidak manusiawi. Lelaki itu memakaikan ranselnya di bagian depan tubuh Seongwoo.

"Dan ini juga" Youngmin dan Sanggyun menyerahkan ransel berat mereka di masing masing tangan Seongwoo.

Jadilah ia membawa tiga ransel milik teman teman brengseknya. Mereka bertiga sudah berlari duluan ke arah kantin meninggalkan Seongwoo sendirian. Lelaki itu mendengus sebal, tapi taruhan tetap taruhan.

"Selamat pagi kak Ong, butuh bantuan?" sapa seseorang bersuara husky dibelakang Seongwoo.

Seongwoo menoleh cepat ke arah sumber suara, "K-Kang Daniel? Kau masih mengingatku?" mata sayunya melotot terkejut mendapati wajah tampan Daniel sedang tersenyum memamerkan gigi kelincinya.

"Tentu saja, mana mungkin aku lupa pada seseorang yang menanyakan warna celana dalamku?" jawab Daniel ringan.

Daniel sungguh tidak ada niatan menyindir Seongwoo, dia hanya bicara kenyataan saja. Seongwoo sudah kepalang malu, padahal ia sudah meminta Daniel untuk melupakannya dan berharap tidak akan pernah bertemu lagi.

Lantas ia mempercepat langkah kakinya, agar lelaki gigi kelinci itu tertinggal di belakang.

"Hey, jangan berjalan terlalu cepat dengan barang bawaan sebanyak ini, nanti kalau kau jatuh bagaimana?" Daniel punya kaki panjang, jadi bukan perkara sulit untuk menyamakan langkah dengan Seongwoo.

"Bu-bukan urusanmu" balas Seongwoo gagap, kakinya juga masih tetap melangkah menyusuri lapangan yang memisahkan antara gerbang dan gedung utama sekolah.

"Sini, biar aku bantu bawakan" Daniel berhasil meraih lengan Seongwoo dan menahan langkahnya.

Seongwoo berhenti, "Aku tau kok kakak pasti kalah taruhan lagi kan?" tebak Daniel, Seongwoo menoleh bertatapan langsung dengan bola mata Daniel seraya menggaguk dan melengkungkan bibirnya ke bawah.

Daniel tiba tiba gemas dengan tingkah seniornya ini, jadi tanpa sadar ia mencubit kedua pipi Seongwoo sebentar sebelum mengambil alih ransel Sanggyun dan Youngmin.

Kelas Seongwoo itu ada di lantai dua, dan kelas Daniel ada di lantai satu. Daniel sama sekali tidak keberatan mengantar Seongwoo sampai ke kelasnya.

Tapi langkah keduanya terpaksa berhenti saat melihat gerombolan siswa di mading lobi utama. Papan berukuran besar itu kini dipenuhi dua poster berukuran sama besarnya dengan papan tersebut.

TBC

1995 | PRODUCE 101 S2 1995 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang