part 21

3 0 0
                                    

Hari baru, semangat baru. Sudah sekitar satu bulan aku belajar di kelas tiga SMA. Sepertinya aku menyukai cara belajar kelas tiga. Mulai menambah sedikit materi dan kembali mengulang pelajaran yang telah lalu. Saat ini aku ada dikelas yang cukup unggul di jurusan IPS. Aku memang dari dulu tidak suka menghitung, sehingga aku pilih jurusan IPS dan tidak mengikuti tes mengambil kelas IPA. Terserah, yang pasti aku nyaman. Namun dikelas ini aku merasa ada terror mata-mata yang mengintaiku. Aku tidak sadar kalau selama ini aku diamati oleh seseorang. Wanita yang sangat pendiam dan tertutup. Sebelum-sebelumnya memang sering aku mendengar seseorang mengagumi diriku dari kelas-kelas lain. Ketika teman kelasku datang dipagi hari, pasti ada saja yang meminta untuk disampaikan salam pada diriku. Aneh, apa yang mereka sukai dari diriku. Aku orang yang malas bergaul, tidak aktif, dan cuek dengan sekitar. Yah begitulah wanita fikirku. Sangat sulit ditebak. "Ah masa' bodo ah. Toh mereka Cuma suka. Kalau mau ya langsung temui aku ajah." fikirku.
Bermula pada pagi itu. Aku duduk dibangkuku. Masih sepi kelas ini. Kutengok kedepan hanya ada beberapa orang disana. Akupun mengeluarkan sebuah buku dari tas hitamku. Buku yang keren sekali bagiku. Karangan Ahmad Rifa'i Rif'an "Jangan Sampai Ada dan Tiadamu Didunia Ini tak Ada Bedanya" panjang sekali memang judulnya. Namun benar-benar sesuai dengan isinya yang panjang dan teliti membahas mengenai seseorang yang patut ditunggu kehadirannya dan yang patut dihindari kehadirannya. Asyik-asyiknya aku membaca buku, seorang teman wanitaku datang menghampiri dan memecahkan kefokusanku membaca buku yang bagus itu. Tidak penting pembahasannya. Dia hanya bilang bahwa Aisyah menyukaiku. Dialah gadis yang katanya pendiam dan tertutup tadi. Awalnya aku bingung siapa gadis yang dimaksud.
"Ya ampun, niko, dia anak kelas kita. Duduknya disono tuh." Jelas temanku itu sambil menunjuk bangku yang masih kosong tidak jauh dari tempatku duduk.
"Iya aku tahu, jadi kenapa?"
"Ya gua nyampein salam ajah. Jarang loh dia suka sama cowok."
"Eum... kabar angin doang. Udah gak usah dianggap serius apa yang disampeinnya."
"Ih, niko mah pe'ak. Cewek perfect gitu ditolak, hadeh." Temanku itu menepak jidatnya yang lebar.
"Hahaha. Udah ah, mau baca lagi." Celetukku tanpa memperhatikan teman wanitaku itu.
"Huh, niko mah dikasih yang bagus gak mau." Dia meninggalkan aku sambil mengejek. Aku hanya tertawa kecil melihat ulahnya.
Aku lanjut membacanya. Kukeluarkan mp3 player yang aku beli dipasar kemarin dan memakai earphone ditelingaku. Sayangnya di mp3 ini tidak kelihatan lagu yang diputar. Karena tidak ada layar sama sekali. Tak apalah, yang penting dengar lagu. Sudah kumasukan beberapa lagu favoritku disana. Saat ini aku mendengarkan beberapa lagu Bryan Adam. Sambil membaca satu demi satu kata dalam buku itu, aku menikmati alunan merdu dari pelantun lagu Please forgive me itu. Mulutku seolah tak mau kalah. Tanpa sadar aku juga menyanyikan lagu itu. Asyik sekali. Aku sangat menyukai Bryan Adam. Kece badai suaranya. Tidak lama kemudian bel berbunyi. Kulihat semua siswa sudah masuk kekelas. Walaupun masih ada yang menjadi 'satpam' untuk mengawasi ada guru atau tidak menuju kelas kami. Karena biasanya, walaupun bel berbunyi teman-teman masih doyan ngobrol. Ku amati orang-orang disekitarku. Semua sibuk sendiri. Ada yang berkelompok, ada yang tidur, ada yang nyontek tugas, dan lain-lain. Rekan satu meja dudukkupun belum nongol -Yosep- tampaknya ia kesiangan. Terserahlah, aku tidak begitu peduli. Tiba-tiba aku terfikir pesan yang disampaikan oleh temanku tadi. Spontan aku langsung menoleh kursi yang tadi ia tunjuk. Dan.... BOOM!!!
Aku tersentak kaget melihat wanita yang dikatakan menyukaiku itu. Cantik, sangat cantik. Dia hanya diam dan membaca bukunya. Namun kadang-kadang melirik kearahku. Saat pandangan kami bertemu, jujur saja hatiku bergetar. Ah sial, aku tidak boleh jatuh cinta lagi. Aku tahu gadis yang satu ini. Cerdas dan lemah lembut. Jilbabnyapun sangat syar'i dibanding teman-teman lain satu kelasku. Aku tertunduk, hatiku bagai disengat oleh listrik berdaya kecil. Mataku iseng, kembali melihat dirinya. JLEBB!!! Dia juga melihatku. Spontan kami berdua salah tingkah. Segera kurapikan dudukku dan lanjut membaca. Oh tuhan hati ini kembali tercuri. Bodoh sekali aku ini, mau jatuh untuk kesekian kali. Akhirnya aku punya ide untuk meminta nomornya nanti pulang sekolah. Karena kalau ngobrol disekolah, pasti malu. Aku tidak pernah bicara dengan wanita berdua sebelumnya.
"Selamat pagi anak-anak." Suara bu Yani mengagetkan aku. Segera ku lepas earphoneku dan menyimpannya didalam tas. Aku langsung mengeluarkan tugas yang semalam aku kerjakan terkantuk-kantuk.
"Maaf bu telat. Tadi macet diarah rumahku." Yosep tiba-tiba datang dengan nafas tersengal. Hahaha alasannya selalu itu. Aku tertawa kecil. Akhirnya ia diizinkan duduk.
"Alasanmu gak kreatif, Sep. lain kali alasannya 'malas ketemu ibu' aja hahaha." ujarku meledek Yosep yang megap-megap.
"Semprul kau."
"niko ." Bu Yani memanggil namaku. Ah sial, aku tahu betul maksudnya apa. Pasti aku presentasi duluan mengenai tugas yang aku kerjakan.
"Tuh kena azabnya. Wkwkwkwk." Yosep balas mengejekku.
Aku maju dengan membawa buku tugasku. Kuceritakan dengan mantap pengamatanku mengenai Indahnya ta'aruf dalam islam. Sengaja kupilih topik ini, karena aku sangat ingin meniru ayah dan ibuku. Mereka sangat bahagia tanpa pacaran. Bahkan saat salah satu dari mereka tak mampu lagi, maka salah satunya memampukan. Luar biasa, mereka saling melengkapi. Mereka memiliki anak-anak yang luar biasa juga. Kami tidak pernah diajarkan meminta uang. Tapi diajarkan memberi uang, walaupun seratus rupiah.
Aku juga menyelipkan beberapa diksi yang indah guna membuat presentasiku lebih luar biasa. Aku juga menceritakan masalaluku yang sempat terjerat dan terjerumus dalam pacaran sebagai pembelajaran teman-temanku yang lain. Dan aku tidak ingin mengulanginya lagi. Aku ingin seperti ayah dan ibuku. Yang sangat bahagia karena dipilihkan oleh tuhan jodohnya. Tak sadar ternyata presentasiku hampir selesai. Disela-sela presentasiku terdengar suara sorakan teman-teman dikelasku. Aku agak bingung, karena sorakannya adalah "Ciyeee" bukan "Huuuu". Ternyata mata tertuju pada seorang gadis. Dia adalah Aisyah. Wajahnya memerah. Mungkin karena diolok-olok oleh teman-teman satu kelasku. Cara dia mencintai memang tidak bisa ditutupi. Dia berbeda dengan wanita lain yang berani menceritakan bahwa mencintaiku, dengan beberapa orang. Dia hanya menceritakan pada satu orang dan ingin meminta untuk disampaikan padaku langsung. Cukup polos fikirku. Dan sekarang semua sudah mengetahui bahwa ia menyukaiku. Hatiku juga berbeda kala itu. Aku ikut tersipu. Bagaimana tidak, seorang gadis yang cantik jelita dan shaleha menyukaiku. Aku ingin melaksanakan ta'aruf seperti ayah dan ibu. Namun saat ini aku masih SMA. Mungkin aku kenalan dulu saja lewat HP, apabila sudah lulus langsung Nikah. Tapi.... Aku belum bekerja? Bukankah menikah membuka pintu rezky? Tapi juga harus bekerja donk? Yasudahlah itu nanti, yang pasti aku ingin mengenal gadis ini tanpa ikatan 'pacaran'.

Titik Balik PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang