part 2

33 5 1
                                    

Kepala serasa mendidih menikmati hawa panas disudut kota Palembang. Gersang dan tandus bagai dipadang pasir. Banyak yang lalu lalang melintasi dirinya. Memerhatikan satu titik dan diam. Diingatnya wanita paruh baya. Yang selalu menyajikan nasi uduk dipagi hari. Yang tak peduli itu ngutang atau uang simpanan yang harusnya digunakan nantinya. Rindu sekali padanya. Padahal ia baru meninggalkan rumah sekitar 8 jam hari itu. Dirangkulnya tas dengan senyuman menuju sepeda motornya yang terparkir dihalaman sekolah. Tak disangka hampir dua tahun ia berada di SMA, sifat tempramentalnya perlahan mulai mengurang. Ia sudah mulai bisa diajak bersosial, pandai menyembunyikan amarah dan sering membuat lelucon yang memancing gelak tawa orang disekitarnya. Luar biasa memang. Mulai muncul pikiran untuk sukses dari dirinya. Membahagiakan wanita paruh baya yang ia bayangkan saat ini memasak ayam goreng kesukaanya.

"WOI!!!" suara teriakan mengarah pada Niko.

Niko menoleh dengan ekspresi datarnya seperti biasa. Siswa yang meneriakinya tadi langsung berlari mendekat dan memukul dengan sangat keras. Sontak Niko terjatuh hingga tas ranselnya terlepas.

"Gak usah sok hebat, loe! Cepet bangun!"

Mendengar tantangan siswa itu Niko bangkit dan langsung memukulnya. Bertubi-tubi pukulannya mendarat diwajah siswa itu. Entah darimana datangnya, enam siswa lain datang menyerbu Niko seorang diri. Habis ia dihajar tujuh orang sekaligus. Sayangnya posisi sekolah saat itu sepi. Diparkiran motor hanya ada motor Niko dan empat motor lain yang disinyalir adalah motor mereka bertujuh. Biasanya ada ratusan motor terparkir rapi disana. Ia hanya membalas sekenanya saja. Sisanya, habis mukanya dihajar oleh siswa-siswa itu. Mereka adalah siswa kelas lain yang pernah bermasalah dengan Niko.

"Saat itu jam istirahat. Bel tanda istirahat juga sudah berbunyi. Semua siswa-siswi segera keluar dari kelas bergerombol tak tentu arah. Ada yang kekantin, kelapangan, kebalkon kelas, dan ada yang tetap menetap dikelas. Niko keluar dengan dinginnya. Ia menuju kantin. Siapa tau ada yang bisa dimakan sesuai seleranya. Ia melewati sekelompok siswa yang menyanyi tidak karuan dengan gitar. Ia melirik dengan tatapan dingin, kemudian kembali fokus berjalan. Seorang siswa tampak tak senang melihat sikap Niko. Siswa itu mengejar Niko.

"Hei! Kenapa ngeliat gitu? Gak suka loe?" celetuk pria itu merangkul bahu Niko.

"Lepasin." Jawab Niko singkat sambil menyentakkan tangan siswa itu.

Ternyata salah satu siswa itu dendam dan merencanakan pengeroyokan pada Niko saat sekolah sudah sepi."

Niko masih dihajar. Muka nya mulai lebam dan berdarah. Ia sudah terkulai lemas tak berdaya.

"Pegangin!" Perintah seorang siswa pada temannya untuk memegangi tangan Niko.
Siswa itu mulai memukuli wajah dan perut Niko beberapa kali.

"Kurangin dikit dong gaya loe. Disini gua yang pegang!" Ucap siswa tadi tepat didepan muka Niko.

Tatapan beku itu mulai menatap sayup. Ciuh!!! Niko meludahi siswa tadi. Dan membenturkan kepalanya pada siswa itu. Melihat ulah Niko siswa itu tertawa kecil. Ia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.

"Mati aja loe ya hari ini?"

"Tur! Gila parah loe! Cuma hajar aja jangan sampe mampus!" Celetuk salah satu siswa.

Siswa yang memegang pisau tadi mulai berpikir. Akhirnya ia menyimpan pisau lipatnya dan menendang perut Niko dengan sangat keras. Setelah berdiskusi singkat, mereka meninggalkan Niko seorang diri yang terkulai lemas tak berdaya.
***

Titik Balik PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang