part 23

4 1 0
                                    

Dring... dring... telingaku menangkap suara ponsel yang berbunyi. Tanpa membuka mata, langsung kuraba tempat kemarin aku meletakkan ponselku. Aku segera menatap layarnya dan melihat ada nama Aisyah disana. Mataku langsung terang.
"Assalamualaikum, niko. Subuh dulu, yuk." Suara Aisyah sangat lembut dan santun..
"Waalaikumusalam. Iya, terimakasih, Aisyah. Kau sudah subuh ya?"
"Belum, aku ingin mengajakmu subuh bersama." Jawab Aisyah. Ah rasanya aku hendak meleleh. Semangatku berkobar fajar ini. Aku segera duduk sambil sesekali menguap karena masih menahan kantuk.
"Ya udah, ayok kita shalat. Aku wudhu dulu, ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Segera aku menuju kamar mandiku. Memerciki tubuhku yang lemas dengan air yang segar. Mataku yang semula sayup, seketika terang benderang. Aku langsung menuntaskan wudhuku dan berdoa. Segera aku mendekati ruang sepetak yang biasa aku sebut kamar itu dan menunaikan kewajibanku sebagai hamba Allah.
Seperti biasa. Seusai aku shalat, al-Qur'an langsung menjadi sasaran utamaku. Aku melantunkannya secara perlahan dan teliti. Biasanya seisi rumah baru akan bangun ketika aku membacakan Al-Quran. Barulah mereka menunaikan shalat subuh. Aku ingin seperti dulu, shalat berjamaah dengan ayah, ibu, dan saudari-saudariku. Namun, kesempatan dulu selalu aku lewatkan. Aku lebih suka keluar rumah dan nongkrong dengan teman-teman. Dan sekarang aku menginginkan itu semua terjadi kembali. Penyesalan tinggallah penyesalan. Tak mungkin aku mengembalikan keadaan ayah seperti dulu lagi. Kecuali atas izin Allah ayah bisa sembuh kembali. Sekarang aku rindu ayah, sangat rindu. Padahal dia ada dikamar sebelah. Aku menyesal.
Kembali ponselku berdering. Takku pedulikan ia karena aku tahu, itu hanya dering SMS. Aku masih fokus pada bacaanku, karena aku tidak hanya membaca tapi juga menghafalkan. Cukup lama, sampai akhirnya ponselku kembali berbunyi. Dan kali ini dering telpon. Aku melanjutkan tilawahku sampai tanda 'Ain dan melipat tepat dibagian aku berhenti membaca. Segera kuraih ponsel yang cukup jauh jaraknya dari tempat dudukku. Kulihat dilayar ponselku nama Aisyah terterah.
"Assalamualaikum, niko. Sedang apa?"
"Waalaikumusalam. Maaf Aisyah, aku sedang melanjutkan tilawahku. Nanti kita sambung ngobrol disekolah saja, ya?" jawabku sambil mengingat-ingat hafalan yang baru aku baca tadi.
"Owh maaf aku mengganggu. Silakan lanjutkan, Assalamualaikum."
"Waalaikumusalam." Aku menutup ponselku dan melanjutkannya.
Aku sedikit lega dengan diriku. Saat ini juz 30 sudah aku kuasai. Aku berharap bisa menghafal semua juz didalam Al-Quran sebelum aku tutup usia. Lagi, semangatku menggebu. Kupejamkan mata saat menghafalnya untuk menambah fokusku dalam menghafal. Tanpa kusadari kokokan ayam mulai memanggil. Menandakan pagi mulai menyapa. Segera kutuntaskan tilawahku dan menuju seragamku yang sudah tergantung dibalik pintu. Kukenakan pakaianku itu dan menuju ruang tamu. Kulihat ibu masih duduk didepan televisi menyaksikan tausiyah agama yang disampaikan oleh mamah Dedeh disebuah stasiun televisi. Fokus sekali, sampai-sampai anak laki-lakinya mau pergi sekolah tidak diladenin. Yasudahlah, nanti juga noleh kalau aku sudah bilang mau berangkat. Kupakai kaos kakiku yang ada didalam sepatu. Setelah selesai, langsung aku dekati ibuku dan pamit pergi sekolah.
"Bu, niko mau pergi. Assalamualaikum." Aku sujud dan mencium tangan ibuku.
"Hati-hati ya, anakku. waalaikumusalam"
Aku meninggalkan ibuku dan menuju tempat menimbah ilmu yang bernama sekolah. Aku akan belajar segigih mungkin agar nanti TV jelek yang ibu saksikan berubah menjadi home tearter yang mewah. Serta rumah yang berdinding kayu ini berubah menjadi beton yang kokoh.
***

Titik Balik PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang