part 22

2 0 0
                                    

Assalamualaikum, Aisyah? Ini aku niko."
"Waalaikumusalam, iya niko? Ada yang bisa aku bantu?"
"Tidak ada, aku hanya ingin ngobrol denganmu. Boleh?"
"Tentu saja boleh, dengan senang hati."
Cukup panjang kami berbasa-basi, namun kutahu ia menunggu pertanyaan yang inti dari percakapan ini. Akhirnya kutanyakan sebuah pertanyaan yang langsung mengintrogasinya.
"Apa benar kata orang-orang kau menyukaiku?" sebenarnya konyol jika seorang pria berkata demikian pada gadis yang ia sukai. Namun aku ingin bertanya hal itu terlebih dahulu sebelum makin jauh. Beberapa menit berselang, ia mengirimku sebuah pesan.
"Iya, itu benar." Dia membalas dengan singkat namun jelas. Dilengkapi emoticon malu, ia mengakui hal itu. Hatiku lega. Takutnya nanti aku dianggap kePeDean oleh teman-teman. Akhirnya pembicaraan kami lebih pada menceritakan pribadi masing-masing. Kami bercakap-cakap via SMS sampai larut malam. Segera aku menyuruhnya tidur agar nanti subuh tidak kesiangan. Dia mematuhiku biarpun dia masih ingin melanjutkan percakapan ini.
Akhirnya kami selesai. Aku menutup hari ini dengan senyuman indah, tak sadar aku kembali jatuh. Jatuh kedalam lubang yang bernama Cinta. Aku tahu jatuh itu sakit, namun logikaku mampet malam ini. Mataku mulai berair. Sudah beberapa kali juga aku menguap. Semoga ia tidur lelap disana. Aku mulai mendoakan dia. Berharap tuhan memberi aku jodoh seperti dia, dan memang dia. Kudekap bantal gulingku, dan kunikmati sejuknya kipas menerpa tubuhku yang dibalut selimut. Semoga esok jauh lebih baik. Digelapnya pejaman mataku terlintas wajahnya yang cantik jelita. Tergambar sikapnya yang sopan. Tersirat ekspresinya yang pemalu. Terniang bahasanya yang santun. Yah, aku jatuh cinta lagi.
Mataku langsung terbuka. Astaga, ada wanita disana yang juga menantikan aku. Evina menunggu kabarku. Dia masih mencintaiku. Aku melupakannya hanya karena seorang gadis yang baru aku ketahui mencintaiku belakangan ini. Aku segera mengambil ponselku. Mencari kontak yang bertuliskan Evina. Segera kukirimkan SMS mengucapkan selamat tidur. Saat ingin kutekan tombol kirim, hatiku terganjal. Aku tidak boleh mengganggu studinya. Aku sudah berjanji dikelas tiga tidak akan mengganggu belajarnya. Aku takut ia sedang tertidur dan akhirnya terbangun untuk membalas pesan singkatku. Aku mengurungkan niatku. Astaga, aku mencintai Aisyah -gadis yang sangat luar biasa kepribadiannya- yang banyak dibicarakan semua pria sebagai gadis idola di SMAku. Namun aku sudah berjanji pada Evina untuk kembali padanya seusai studiku sukses. Aku makin depresi dimalam ini. Sejenak kulupakan bayangan Evina. Berharap nanti dia bisa menerima apabila nanti aku dan Aisyah berjodoh. Namun aku sangat mencintai Evina. Aku juga berharap dia jodohku. Terserahlah. Ketika aku sudah siap menikah, istikharah jadi pedomannya.
***

Titik Balik PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang