part 25

7 1 0
                                    

Berjalan sekitar dua bulan hubungan ini. Kami semakin dekat dan memahami satu sama lain. Disekolahpun prestasiku makin meningkat. Aku selalu mendapat nilai terbaik dikelasku saat ujian. Aku sangat semangat menjalani hari-hariku karena ada seorang wanita yang mengamati, memperhatikan, dan menanti prestasi-prestasiku disekolah. Sangat malu bagiku jika aku terlihat bodoh. Selama hubungan ini berjalan, kami cukup sering ngobrol berdua dibalkon sekolah. Waktu istirahat sering kami lewatkan untuk ngobrol. Aku sering membawakan makanan kecil sebagai pengganti waktu istirahat makannya yang aku sita untuk ngobrol. Teman-teman sudah terbiasa melihat kami sering ngobrol berdua. Bahkan Yosep selalu ikut nyempil saat kami ngobrol. Kadang cuma ikut makan aja. Ya mungkin benar kata Rasulullah, apabila ada sepasang muda-mudi berduaan maka yang ketiga adalah syetan. Dan itu adalah Yosep Hehehe.
Sabtu siang itu mataku berkedut-kedut. Menurut kepercayaan nenek moyang kami di Palembang, itu adalah pertanda sesuatu yang buruk akan menimpa. Aku cemas, aku memanjatkan doa-doa singkat pada Allah untuk dilindungi dari musibah yang akan terjadi padaku. Aku masih tetap menunggu didepan kelas. Menunggu bidadariku menyelesaikan tugas piketnya. Aku pasti selalu menunggunya keluar kelas. Selain ingin keluar berbarengan, aku juga ingin memastikan bahwa ia tidak ada yang menggangu. Aku sangat takut ia kenapa-kenapa. Faktanya memang banyak sekali yang menyukainya. Aku takut dia digodai atau diganggu oleh beberapa tangan jahil disekolahku.
Setelah dia usai dengan tugasnya, aku menyerahkan tas warna pink miliknya yang sedari tadi aku letakkan didekat aku berdiri. Ia langsung memakai tas itu dan menganggukan kepala sebagai isyarat agar aku juga bergerak mengikutinya menuju parkiran motor. Kulihat seorang pria menatapnya cukup lama dan akhirnya melihatku juga. Langsung kupasang tampang sangar untuk menggertaknya. Aisyah juga melihat pria itu. Aku heran mengapa Aisyah mau melihat seorang pria lama sekali seperti itu. Setelah kami melewati pria itu, aku langsung berjalan disebelah Aisyah.
"Siapa dia?" tanyaku penasaran.
"Bukan siapa-siapa, memangnya kenapa?"
"Kau melihatnya cukup lama, aku kira kau mengenalnya?"
"Sudah lupakan saja, kan aku hanya heran kenapa dia melihat kita seperti itu, mangkanya aku membalas melihat seperti itu juga." Jawab Aisyah menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu."
Aku sangat mempercayainya. Aku sangat yakin dia tidak akan membohongiku. Kami berjalan perlahan menuju masing-masing sepeda motor kami. Aku terlebih dahulu mengeluarkan motor, dan menunggunya dibawah pohon disebrang pagar sekolah. Kutunggu beberapa menit namun ia tidak datang juga. Kulihat beberapa temanku yang lewat menyapaku dengan santunnya. Masih belum juga kulihat motor bebek miliknya melintasi pagar sekolah. Aku mulai geram. Kukunci sepeda motorku dan membiarkannya terparkir dibawah pohon itu. Aku mencoba menyusulnya dengan berjalan kaki. Baru saja aku mau masuk kedalam melewati pintu gerbang, tiba-tiba pria yang tadi mengamati kami lewat dengan sepeda motornya, dan kali ini tatapannya terlihat marah padaku. Aku sampai memutar kepala melihatnya melewatiku. Kubalikkan badanku melihat pria tadi. Aku membaca sekali lewat namanya adalah Angga Syaputra. Dia masih melihatku lewat kaca spion dan akhirnya menarik pedal gas motornya berulang-ulang seolah mengejek diriku dengan kenalpot besarnya. Jengkel sekali aku melihat pria itu. Rasanya ingin aku jungkir balikkan motor bututnya. Namun dari belakang Aisyah mengklaksonkan motornya. Lamunanku terpecah mendengar itu.
"Sudah lama, ya? Maaf tadi ada teman ngajak ngobrol sebentar." Aisyah menjelaskan keterlambatannya menemui aku.
"Ya, tidak apa-apa. Silakan pulang duluan, nanti aku susul." Jawabku semanis mungkin pada dirinya.
Dia melajukan sepeda motornya. Dan aku tidak mengikutinya kali ini. Aku kembali berjalan menuju sepeda motorku yang terparkir dibawah pohon beringin besar yang amat teduh. Aku menungganginya. Dan aku mulai berjalan menuju rumahku yang sangat sederhana namun mewah akan kebahagiaan. Sepanjang perjalanan aku masih penasaran dengan pria itu. Mungkinkah dia salah satu orang yang menyukai Aisyah. Aku sangat yakin. Terlihat sekali kalau dia tidak senang dengan kedekatanku dengan Aisyah. Aku lupakan sejenak tentang pria tadi. Aku menyanyikan sebuah lagu yang indah buah ciptaku sendiri. Namun saat ini kendala terbesarku adalah tidak mempunyai band, sehingga tidak ada lagi wadah menuangkan karya-karyaku. Selalu kuhabiskan sepanjang jalan menuju rumah dengan menyanyi. Namun ntah kenapa aku ingin datang ketoko buku saat ini. Sebentar lagi buku bacaanku habis, aku harus mencari buku pengganti. Segera kususuri jalan yang padat itu melewati beberapa mobil yang berhenti karena macet. Beruntung aku menggunakan sepeda motor, sehingga bisa menyelip dimana saja aku mau.
Akhirnya aku sampai disebuah toko buku yang cukup ternama dikota Palembang. Gedungnya yang bertingkat tiga seolah menjadi raksasa yang akan memakanku masuk kedalam mulutnya. Akupun masuk dan mulai melihat-lihat beberapa buku. Aku sangat suka buku berbau religi dan sejarah islam. Bagiku itu adalah caraku untuk memperdalam islam secara autodidact. Mulai kususuri membaca satu demi satu judul buku yang terpajang disana. Pegawai yang ada disanapun sangat manis dan sabar menunggui setiap pelanggan yang datang. Baik ia mau bertanya, membayar, atau sekedar membaca, pegawai disana tetap melebarkan senyum demi konsumen tercinta. Luar biasa. Mataku menangkap sebuah judul buku yang bagiku sangat menarik. "Ayat-ayat Cinta". Aku pernah menonton filmnya, namun belum membaca novelnya. Kuharap banyak cerita yang lebih indah didalam novelnya. Segera aku menarik buku itu dari singgahsananya. Aku berjalan menuju tempat pembayaran sambil tetap menengok kiri-kanan mencari buku lain yang indah. Tiba-tiba aku menangkap sebuah papan bertulis "Romantis Islami". Aku langsung menuju kesana. Difikirku langsung terlintas nama Aisyah. Mungkin ada sebuah buku yang bisa aku beri pada dirinya. kususuri tiap lemari buku itu. pasti ini lengkap mengenai Novel-novel cinta islami. Akhirnya aku membaca sebuah judul yang benar-benar indah. "Sayap-sayap Sakinah". Aku ingin memberikan buku ini pada Aisyah. Segera kuambil buku itu dan membawanya menuju loket membayaran. Setelah selesai aku membayar, langsung aku pulang menuju rumahku tercinta. Senin nanti aku akan memberikan buku ini pada dirinya. aku yakin dia pasti senang.

Titik Balik PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang