part 26

12 1 0
                                    

Minggu pagi yang cukup dingin. Sudah pukul 9 namun matahari hanya mengintip saja diufuk timur sana. Angin menerpa halus daun-daun yang tergantung diranting pepohonan hingga membuat beberapa dari mereka terjatuh ketanah. Buah mangga didekat rumahku sudah mulai menguning. Banyak mata nakal mengincarnya untuk disantap. Ibuku sangat rajin menutupi buah dengan kantong kresek. Dia melindunginya dari mata nakal orang yang ingin mencuri. Jika aku analogikan buah mangga, wanita juga seperti itu. Jika dia tertutup sebuah hijab atau pelindung, hal yang menggairahkan pada dirinya akan teralihkan. Mangga yang ditutupi saja bisa aman dari para pencuri nakal, apalagi wanita shaleha. Wah makin cinta aku dengan Islam. Aku mengamati pohon mangga yang masih kokoh walau berusia tua sekali itu. Ibuku pernah bercerita bahwa dulu aku paling suka ditidurkan dan diayunkan dibawah pohon itu. Bahkan sering membawa makan siang dan membentang tikar seolah sedang piknik. Aku selalu tertawa jika mendengar cerita masa kecilku itu. Aku menonton sebuah animasi dilayar kaca kesayanganku itu. Kuotak-atik remotnya berharap ada animasi lain yang menarik yang bisa aku saksikan. Akhirnya aku menangkap sebuah animasi 3D yang mengisahkan dua larva ulat yang lucu. Beberapakali aku terpingkal dibuatnya. Tanpa bicara, namun tingkah mereka lucu. Aku terus menyaksikan sampai akhirnya iklan. Akupun mengubah chanel pada pertandingan tinju.
Saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba ada SMS masuk ditelpon genggamku. Aku mengambilnya dan melihat sang pengirim. Oh ternyata Ike. Dia adalah salah satu teman baikku. Banyak yang mengatakan bahwa dia menyukaiku, namun aku tepis jauh-jauh tuduhan itu. Aku sangat menyayanginya sebagai saudara.
"niko, sedang apa?"
"Nonton aja, Ke. Kenapa, Ke?"
"Gak apa-apa kok, Cuma ngajak SMSan aja. Ganggu gak?"
"Gak donk, kan lagi nyantai. Kamu lagi apa, Ke?" aku melanjutkan pembicaraan agar tidak garing percakapan ini. Hitung-hitung aku menunggu jedah iklan berakhir.
"Lagi tiduran aja kok. Eh, gak ada yang marah ni kita SMSan?"
"hahaha, ya gak ada donk."
"Aisyah, gimana? Bukannya kamu pacaran sama dia?"
"Nggak, kok. Kami lagi jalanin pengenalan aja. Dia belum pernah pacaran, dan aku gak mau mencoreng gelarnya itu." Jawabku sangat percaya diri.
"Hah? Aku boleh ngasih tahu kamu sesuatu?"
"Apa? Memang ada yang salah ya?" aku bingung dengan jawaban SMSnya
"Maaf sebelumnya, niko. Aku bukannya ingin merusak hubungan kalian, tapi aku mau meralat sedikit perkataanmu. Sebenarnya, Aisyah pernah pacaran dengan seseorang, niko. Namanya Angga. Aku satu kelas dengannya saat kelas satu. mereka benar-benar pacaran. Sama seperti yang kalian lakukan saat ini. Aku fikir itu memang caranya berpacaran."
Darahku seperti berhenti mengalir. Jadi selama ini Aisyah membohongi aku. Aku sudah jujur akan segala kekuranganku padanya agar nanti tidak ada lagi yang kami tutupi. Aku menginginkan kejujuran dalam kisah cinta ini. Aku sangat sakit sekarang. Airmataku seakan mau jatuh. Namun aku tetap berpositif thinking. Aku mau mendengar langsung dari mulut mungil Aisyah yang aku taksir tak pernah berbohong sedikitpun.
"Apa kau tidak salah? Aku akan Tanya langsung padanya. Tunggu sebentar ya, Ke!"
Segera aku menekan nomor telponnya. Aku berharap informasi dari Ike salah. Hanya nada Tut... tut... tut... yang menyapaku. Lama sekali dia mengangkatnya. Hatiku sakit sekali. Wanita yang sangat aku percayai tidak menceritakan sesuatu yang penting pada diriku. Aku tidak kuat, tanganku gemetar memegang telpon. Dan akhirnya ada suara wanita menyambut telponku.
"Assalamualaikum, niko. Maaf lama menjawab. Ada apa?"
"Waalaikumusalam. Aku ingin bertanya padamu. Tolong jawab dengan jujur."
"Apa yang ingin kau Tanyakan? Apa aku menyakitimu?" nada bicaranya melemah.
"Aku dulu pernah menanyakan ini diawal kita kenalan. Namun aku ingin jawaban yang benar-benar jujur dari hatimu kali ini. Apa kau pernah pacaran?"
Dia diam seribu bahasa. Aku masih menunggu, dia tak mau sama sekali menjawab.
"Aisyah, sekali lagi aku Tanya. Mohon jawab dengan jujur, apa kau pernah pacaran?" suaraku gemetar, airmataku tumpah. "Katakan padaku, Aisyah. Dia Angga, kan?" Aku mulai lemas.
"Iya. Maaf selama ini aku tidak berani cerita." Jawabnya padaku.
"Terimakasih, Aisyah. Asslamualaikum." Kumatikan segera telpon itu.
Aku terpukul, hatiku pedih. Tak pantas memang seorang pria sedih oleh wanita, namun begitu aku. Fisikku kuat, sangat kuat disekolahku. Namun aku sangat lemah dengan kisah cinta ini. Aku beristighfar berulang kali. Segera aku membawa HPku menuju kamar. Aku takut saat aku menangis dilihat ibu atau saudari-saudariku. Aku sedih sekali mencintai seorang wanita yang cantik namun menghardik jiwa. Aku sangat mencintainya tulus. Aku baru akan memberikan buku "Sayap-sayap Sakinah" padanya. Aku ingin terbang menuju Sakinah bersamanya. Namun sudah terlambat. Hatiku terlanjur sakit. Aku lebih baik menyendiri melupakan dia dan semua senyum manis yang pernah dia beri kepadaku. Aku sudah menebak pria kemarin memiliki hubungan dengannya. Namun rasa cinta dan rasa percayaku tertanam kuat hingga menyingkirkan fikiran negatif itu.
HPku kembali berbunyi. Aku melihat ada dua pesan. Pertama dari Ike dan kedua dari Aisyah. Aku membuka terlebih dahulu pesan dari Ike.
"niko, maafkan aku, bukan aku ingin merusak kebahagiaan kalian, namun aku takut engkau kecewa dikemudian hari. Aku sudah menganggapmu saudaraku, aku tidak mau kau terluka saat sudah jauh berjalan hubungan itu." Pesan itu dikirimnya padaku. Segera aku membalas pesan darinya.
"Tidak, Ke. Aku berterimakasih banyak padamu. Karena kau sudah memberitahu kebenaran itu padaku. Seandainya aku tahu ketika kami semakin jauh, maka luka akan semakin dalam tertanam. Terimakasih, Ke." Kubalas padanya dilengkapi dengan emoticon menangis bahagia. Kutunggu balasannya. Dan ia membalas "sama-sama, niko ("
Aku membacanya dan tidak membalas lagi. Sekarang tinggal satu pesan, yaitu dari Aisyah. Aku terpaksa membuka.
"Maaf selama ini aku tidak berani cerita. Aku takut hubungan kita berakhir buruk seperti hubunganku dan Angga. aku sangat mencintaimu. Aku takut kehilanganmu. Aku sangat ingin kau menjadi yang pertama, namun engkau telah didahului oleh Angga. dia masalaluku! Salahku memang telah berbohong dan merusak citraku. Apa masih ada kesempatan untukku?"
Aku hanya membaca dan langsung menutupnya. Dia mengirim dua pesan lagi yang berbeda namun intinya sama. Aku tetap tidak mau membalas. Hatiku sudah terlanjur hancur dengan semua ini. Lalu dia mengirim SMS terakhir padaku.
"Apa tidak ada lagi harapan untukku? Jika memang tidak ada, baiklah. Semoga engkau bahagia nantinya. Maaf aku telah merusak semua kebahagiaan ini. Assalamualaikum"
Aku kembali menangis mendengarnya, namun aku jawab dengan singkat pesan-pesannya padaku.
"Waalaikumusalam."
Hari ini aku berjanji menjaga pandanganku untuk hari-hari berikutnya. Tuhan menegurku dengan cara seperti ini. Sangat sakit sekali. Namun tak apa, rencana tuhan pasti lebih baik. Kini aku hanya bisa meratapi nasib kisah cintaku. Aku hancur, benar-benar hancur. Aku bilang tidak mau pacaran, namun aku berdua-duaan dengannya, aku juga pulang bareng dengannya, pamer kemampuan padanya, dan lain-lain. Ya Allah betapa luar biasa teguran-Mu. Aku berjanji menjadi hamba-Mu yang baik dan setia. Tidak akan aku mengecewakan Engkau dan Rasulullah untuk kesekian kalinya. Aku akan menghindari pacaran dan tidak akan memandang seorang wanitapun untuk aku sukai. Telah terlanjur kecewa aku pada diriku sendiri.
Segera aku menghapus air mataku dan mendengarkan sebuah lagu berjudul "Goodbye" yang dibawakan oleh Gilang Dirga. Kuputar terus lagu itu berulang kali sampai memenuhi Riwayat Umpan di aplikasi BBMku. Aku menikmati tiap kata pada liriknya hingga aku tertidur. Sesekali aku masih terisak. Yah mau gimana lagi. Hatiku saat ini sudah tenang, namun rasa sedihnya masih menggelayuti relung jiwaku. Aku meniup lilin kecil dalam hatiku. Berharap nanti api itu tak membakarku lagi. Akan aku nyalakan lagi jika waktunya tepat. Dan mengizinkan satu orang setia menjaganya agar tidak padam dengan mudahnya.

Titik Balik PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang