part 15

3 0 0
                                    

Siang itu panas menyengat ubun-ubun kepala Evina. Menyusuri tiap gang dengan berjalan kaki seorang diri. Terlihat tetesan keringat mengalir dari dahinya. Beruntung jilbab yang ia gunakan melindungi serangan mentari secara langsung keatas kepalanya.
Dari kejauhan sepeda motor mendekat. Terlihat hendak berhenti disamping Evina. Motor itu tidak asing baginya. Rekan satu SMPnya dulu yang jutek dan sok cool baginya. Ciiiittt!!! Motor itu berhenti mencadang langkahnya. Belum juga dibuka kaca helm yang menutupi wajah pengemudi sepeda motor itu. Sejenak Evina bertanya-tanya siapa sosok itu. Hingga akhirnya ia mengangkat kaca helmnya.
"niko? Hei apa kabar?" wajah bingung Evina berubah jadi riang. Sedikit kaget ia melihat pria yang dulunya paling pendek di SMP, kini menjelma menjadi pria yang gagah dengan motor sport tuanya.
"Apa kabar, Evina?" Tanya niko dengan senyuman. Sejak pertama ia mengenal Evina, ia sudah jatuh hati. Namun niko adalah pria yang cukup tinggi gengsinya hingga lebih memilih untuk memendam. Namun dahaga kerinduan itu kembali membuncah, lewat pertemuan singkat dibatas lorong sekolah .
"Alhamdulillah baik. Wah sombong sekali nih. Kayaknya ada yang berubah ya. Hehehe." Jawab Evina.
"Ayo naik. Kasian jalan sendirian, nanti diculik." Sambung niko sedikit bercanda. Evina berfikir sejenak. "Sudah naik saja. Aku tidak akan menculikmu. Lagipula orang sepertimu tidak laku untuk dijual." Celetuk niko dengan senyuman.
"Hehe. Iya deh." Evina menaiki kuda besi milik niko. Sepanjang jalan banyak sekali yang mereka bicarakan. Mulai dari hal yang tidak penting, sampai menceritakan pribadi masing-masing selepas berstudy di SMP mereka dulu dan cerita mereka. Apalah daya, dua muda-mudi yang masih labil masalah cinta ini ternyata ditumbuhi benih asmara. Rantingnya mulai menjalar dan menumbuhkan daun-daun indah dan bunga yang merona.
Sore hari sepulang dari mengantar Evina tadi, niko langsung mengotak-atik HPnya. Membuka facebook dan langsung menyerang inbox Evina disana. Sebelum ia mengirim sebuah pesan, ia melihat inbox mereka dulu. Tidak ada yang spesial. -Hanya ada balasan-balasan penting. Yang dibahaspun sekedar masalah tugas- membuat ia sedikit geli membacanya. Niko memulai percakapan.
"Vina, tugas besok apa?" dengan cekikikan dia menekan tombol enter yang berarti mengirim pada lawan bicara disebrang sana. Lama juga ia nanti balasan itu, hingga akhirnya.
"Iseng banget nih orang. Tumben mau inbox, udah dua tahun lalu gak ketemu?" Pertanyaan Evina memancing niko untuk lebih lama bertukar pesan dengannya.
"Gak mau? Yaudah assalamualaikum." Balas niko seolah marah. Namun itu hanya perbuatan isengnya pada Evina.
"Eh jangan donk, baru juga chattingan."
"Hahaha, iya-iya." Jawabnya singkat. "Vina, boleh aku bicara agak serius?" sambungnya
"Wah udah main serius aja nih? Ngomong apa?"
"Vina, bukannya aku mendramatisir keadaan hatiku saat ini. Namun kurasakan ada rasa yang berbeda dihatiku saat bertemu denganmu hari ini. Jujur, dulu memang pernah aku tertarik pada dirimu. Tapi sudah aku kubur dalam-dalam. Namun kurasakan sudah bangkit kembali rasa ini. Aku juga bingung, secepat itu hatiku luluh kembali." Jelas niko panjang lebar. "Sudahlah, mungkin konyol bagimu. Abaikan saja (" lanjut niko.
"Kau serius dengan penyataanmu atau sekedar gurauan?"
"Tentu aku serius, tapi.... mana mungkin kau mau menanggapi. Hahaha."
Lama Evina tidak membalas. Mungkin ia marah pada niko.Hati niko mulai tak karuan. Ia coba menutup layar ponselnya dengan sedikit kecewa. Namun tiba-tiba masuk sebuah pesan facebook.
"Sebenarnya aku merasakan hal yang sama. Namun aku tidak mau langsung menyatakan hal ini. Untuk pasangan aku harus selektif. Biarpun saat ini masih duduk dibangku SMA, tapi aku harus memikirkan jauh kedepan. Aku wanita, hatiku lemah. Namun jika kau hadir untuk menguatkan. Akan aku pertimbangkan. Beri aku waktu." Jawab Evina dengan jelas. Mendengar itu muka niko langsung cerah. Ada secercah asa merajut kisah bersama Evina.
"Aku menunggu jawabanmu. Dan nanti izinkan aku segera menemui keluargamu. Aku benci melakukan hal konyol seperti pacaran dari belakang."
"Besok aku jawab (" benar-benar jantung niko hendak meledak. Ia sangat senang dan cemas. Semoga jawaban itu bernilai positif.
Ia segera menyimpan HPnya dan segera mengganti pakaian seragamnya yang sedari tadi masih dikenakan niko terlepas dari lamunan kenangan nya dlu yah itulah kenangan sebelum niko dan evina berpacaran dahulu.

Titik Balik PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang