Jae membalikkan badannya saat dirasa tidur nya tidak nyaman. Berkali-kali ia mengubah posisi tidur sayangnya itu malah membuatnya terus terjaga dan tidak tertidur.
Si sulung akhirnya memilih untuk duduk dan menyalakan lampu tidur nya. Ia mengambil segelas air yang ada di nakas lalu meminumnya. Setelah itu, ia kembali membaringkan tubuhnya dan mencoba tidur.
Kini, jam di dinding menunjukkan pukul 1 malam dan sepertinya Jae sudah tidur pulas dan sedang berada di alam mimpi. Induk ayam itu mengubah posisinya menjadi terlentang dengan rambut yang berantakan dan menutupi sebagian wajahnya.
Tuing Tuing (?)
Jae agak mengernyit saat merasakan ada sebuah jari yang menyentuh pipinya sejak tadi. Ia mencoba mengabaikan hal itu karena masih mengantuk, namun sayangnya jari jahil itu tidak berhenti terus menyolek pipinya.
"Abangggg..~" sebuah bisikan terdengar membuat Jae langsung terbangun.
Ia membuka sebelah matanya dan melihat siapakah gerangan yang menganggu tidur nyenyak nya. Ternyata itu si bungsu yang sudah memasang wajah merajuknya.
"Kenapa heum?" Tanya Jae dengan suara bangun tidur nya. Ia lantas menarik pinggang Jineul dan membuat sang adik jatuh di atas tubuh nya.
Jari telunjuk Jineul menggambar pola abstrak di dada bidang Jae, ia masih mempertahankan wajah merajuknya.
"Kenapa?" Tanya Jae sekali lagi.
"Itu..-"
"Kenapa sayang heum?"
"Abang besok libur?" Tanya Jineul membuat kedua alis Jae terangkat heran.
Si sulung membenarkan posisi menjadi duduk dengan bersandar di kepala ranjang, namun masih dengan tubuh Jineul yang berada di atasnya.
"Besok Minggu, libur. Kenapa?"
Jineul langsung mendongak dan kedua matanya berbinar bahagia, "Oke kalau gitu"
"Emang kenapa?"
Jineul kembali memainkan jari nya diatas dada Jae, "Aku pingin cendol bang hehe"
Mata kecil jadi melotot kaget, ia langsung melirik ke arah jam. Tiba-tiba ia merasa jika Jineul ada dikamar nya adalah untuk membangunkan dan menyuruhnya membeli cendol di tengah malam seperti ini? Kenapa kalau ngidam yang berat berat selalu Jineul limpahkan pada dirinya? Saat ngidam yang gampang saja semuanya dilimpahkan pada Sungjin! Tidak adil dunia ini bagi Jae.
"Maksudnya? Besok kamu mau cendol gitu? Boleh, besok siang kita cari ke pasar cari cendol yah" ujar Jae yang mencoba pura-pura tidak peka dan mencari aman.
"Ih, aku kan pingin cendol nya sekarang! Aku pingin cendol abangggg"
"Tapi sekarang jam 1 malem sayang, besok aja yah?"
"Sekarang!!!"
"Sekarang mana ada yang jualan cendol"
"Abang mau cendol, beliin"
"Tapi sekarang harus beli dimana cendol? Kalau nasi goreng mah masih ada di depan komplek"
"Beli sekarang Abang. Atau aku yang beli sendiri!"
"Anji- Astaghfirullah iya-iya Abang beli sekarang. Kamu tunggu disini yah?" Ucap Jae yang sedang mencoba lembut dan menahan emosi. Ia tidak mau membuang tenaga nya hanya untuk marah-marah pada sang adik di tengah malam begini. Aduhh repot juga ternyata bumil.
Jineul mengangguk senang dan membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil menyelimuti diri. Jae dengan malas bangkit dari kasur dan menggapai jaket nya Jineul pergi berkelana mencari tukang cendol.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Ayah Siaga + Day6
Fiksi PenggemarSequel KAKAK part 1. Ketika Jineul hamil dan Yuko sedang dinas, mampukah para Abang menjadi ayah siaga menggantikan Yuko? Ditambah dengan ngidam Jineul yang kayaknya dendam sama mereka? "Bang Jae, contohnya Ayam kayang gimana yah? Aku pingin lihat" ...