9. Maaf

17 5 0
                                    

"Semuanya berawal, ketika kita tak menyadari bahwa sesungguhnya aku adalah kamu dan kamu adalah dia dan dia adalah tokoh utama"
-Strangers

****

Aluna sudah bangun sebelum jam lima pagi hari ini, bahkan dia sudah bangun pukul tiga pagi tadi. Kondisi matanya begitu mengenaskan, mata pandanya sangat terlihat. Penyebabnya adalah Aluna yang hanya tidur dua jam hari ini.

Dia enggan berangkat ke sekolah. Siapa juga yang peduli dia sekolah atau tidak? Dia rasa tidak ada.

Aluna bangkit menuju meja belajarnya, membuka buku diary hitam miliknya.

Selamat pagi,
Enggan untuk mengetahui kebenaran
Memilih diam larut dalam kepedihan
Hatiku teriris
Jiwaku tersakiti
Aku menangis dalam diam
Meski hati ini meronta untuk menyatakan
Walau jiwa ini punya keinginan lebih
Ku rasa begini sudah cukup
Diam
Sendiri
Larut dalam dimensi yang ku buat sendiri
Bisakah semuanya kembali pada masa lalu?
Aku ingin kembali kesana dan tidak lagi beridir disini
Memasang wajah teguh dengan hati rapuh
Aku ingin merajut cerita baru
Melupakan semua masa lalu
Yang hanya sebatas mimpiku

-A19june15end

****

Aluna sama sekali tak beranjak dari kamarnya, padahal biasanya jam-jam seperti ini dia sudah bertengger manis dikantin sekolah bersama Alan.

Kamarnya gelap, lampu dimatikan, korden ditutup rapat, dan tak lupa mengunci pintu. Sisi lain dari diri Aluna kini muncul. Introvert.

Air matanya sudah tak jatuh lagi seperti kemarin. Tak ada lagi pikiran yang menghantui dirinya tentang kejadian kemarin. Kini, pikirannya kosong.

Menatap langit kamar yang sama sekali tak ada penerangan. Ini sebenarnya bukan hal yang Aluna suka, namun entah kenapa dia bisa menemukan ketenangan sekarang. Sendiri.

****

"TATAA" jerita seorang perempuan mampu menghentikan langkah Alan.

"Iya kenapa?" tanya Alan sembari berbalik badan untuk melihat sosok itu.

"Makan yuk lan" ajaknya dengan nada setengah memaksa.

"Yuk shya" ajakan Arshya diterima oleh Alan. Arshya senang--sangat senang. Sudah hampir dua tahun lamanya tangan kekar Alan tak menggenggam tangannya yang mungil.

Seseorang tersenyum simpul dari kejauhan melihat dua orang tadi, entah sejak kapan jiwanya yang penyendiri berubah jadi suka menguntit seseorang. Dia sendiri pun tak tau sejak kapan.

****

Arka mengendari motor dengan sangat gila,tak peduli sumpah serapah apa yang akan dikatakan oleh pengguna jalan lain.

Pesan dari Aluna langsung membuat dia keluar dari sekolah, melupakan konsekuensi yang akan diterimanya esok hari. Yang terpenting kini adalah satu sahabat yang dia miliki dan satu-satunya sekarang, Aluna.

Rara: Lo sekolah gak?.

Arka D: Sekolah lah,gue kan rajin.
Emang lo gak sekolah?.

JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang