14. Bukan yang Kukenal

8 3 0
                                    

Bel sekolah belum berbunyi, dan Aluna tak peduli akan berbunyi kapan. Titik pandangnya terfokus pada dua orang manusia yang berada diantara sekumpulan orang yang lewat. Pandangannya terpaku, kakinya terasa dicengkram hingga kaku untuk digerakkan.

Derap langkah kaki sama sekali tak membuat Aluna buyar, dibawah pimpinan Arka mereka berjalan. Kembalinya Arka Dirgantara.

Jati dirinya kembali, bukan si dingin yang anti sosial lagi. Karena, pada kenyataannya dia sama sekali bukan penganut aliran ansos. Bebal, kasar, sarkas, kejam. Entahlah dia terlalu sulit dideskripsikan.

Arka kembali, Arka yang lama telah dilupakan oleh kelamnya masa lalu, kini berdiri tegap memimpin ratusan insan untuk bergabung didalamnnya

Falcon telah kembali.

Salah satu maskot Atlanta dimasanya, brutal, kejam, tanpa ampun. Rutinitas wajibnya "perang". Kabarnya hilang ditelan bumi, setelah salah satu anggota intinya tertangkap polisi. Namun kini, mereka sedang berjalan kembali dengan gagahnya, menggemparkan seluruh penjuru Atlanta.

Aluna tak tau, baik atau burukkah berita ini, satu yang pasti Aluna tau. Alan bergabung didalamnya.

Sesaatnya Aluna bergeming, menyadari itu pilihan Alan, itu haknya yang tidak ada yang berhak mengatur, mungkin hanya sekedar mengingatkan.

****

Aluna pulang sendiri, tak diantar siapapun. Cukup sudah hari ini dia melihat kejadian tak disangka, tanpa ada persiapan ataupun tanda. Itu terjadi begitu saja.

Rumahnya sepi, semenjak kedua orang tuanya bercerai papanya mendadak suka mabuk dan mamanya yang tak pernah memberinya kabar. Jika pulang rutinitasnya sebatas dikamar, bahkan untuk makan pun Aluna biasanya pesan menggunakan hpnya.

"Lun,papa pulang" teriakan khas papanya, Aluna tak berkutik dari kamarnya, pintu kamar sudah ia kunci rapat-rapat. Enggan rasanya bertemu dengan seseorang sehina papanya. Panutannya sejak kecil kini berubah menjadi monster.

Kekerasan sudah sering Aluna terima sejak kecil dari keluarga besarnya yang tak harmonis, hinaan bahkan caci maki sudah Aluna kecil sering telan mentah-mentah. Tapi ini, jauh lebih sakit karena pendukungnya selama inilah yang melakukan itu padanya.

Aluna tak tau lagi kabar tentang perceraian ayah maupun ibunya, dia sudah tak peduli. Sendiri sudah jadi teman hidupnya mulai sekarang. Bahkan teman setianya tak tau akan hal ini. Sekarang bagi Aluna, menutup diri adalah pilihan terbaik.

"ALUNA!!" papanya menjerit dari lantai bawah.

Aluna terlampau kaget, bahkan dia sampai bangun mendadak dari tidur sebentarnya.

Aluna takut, ayahnya tak pernah sekasar ini padanya dulu. Iya dulu tidak dengan sekarang. Sekuat apapun Aluna, dia tetap takut, dia takut ayahnya melakukan hal gila yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Tak pernah dia pikir sebelumnya untuk pergi, dia paham ayahnya sedang dalam masa frustasi. Meskipun, sulit untuk bertahan akan tetap lebih sulit untuk meninggalkan.

Bantalnya sudah basah, penuh dengan air mata yang entah sudah berapa liter keluar secara sadar maupun tidak, asli ataupun ilusi.

Arka: gue depan rumah lun

Bukan berita baik, dan bukan berita yang Aluna ingin ketahui untuk saat ini, malam sudah larut dan bulan sudah terlihat sejak tadi di langit hitam tanpa bintang, yang sepertinya juga tak berawan untuk hari ini.

JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang